Bab XXXV

96 9 0
                                    


Happy reading

✨️

✨️

✨️

________

Pukul 23.00

Amera tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya, Kerongkong nya bahkan sudah terasa kering. Ia beringsut duduk dan mengerjapkan matanya kemudian melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Wanita itu kemudian bangkit dari duduk nya untuk mengambil air minum di dapur walaupun masih dalam keadaan mengantuk.

Ketika amera menuruni anak tangga tiba-tiba matanya menangkap sosok cesar yang tengah duduk di ruang tamu dengan cerutu yang ia apit di jemari nya.

"Kau terbangun?" Tanya cesar kala amera tiba di lantai terakhir, ia sudah menyadari langkah kaki amera yang menuruni anak tangga, namun masih tidak mengalihkan pandangan nya.

Amera melangkah mendekati nya, ia begitu gugup bahkan sampai terbatuk-batuk ketika ia tanpa sadar menghirup asap cerutu yang menggumpal di sekitar cesar. "Kau masih belum tidur?" Tanya amera penasaran, ia masih berdiri menatap cesar.

"Aku belum mengantuk," jawab cesar dengan singkat. Ia kembali menuangkan botol alkohol ke dalam gelas nya kemudian meminum nya dengan perlahan.

Amera hanya menghela napas dan duduk di samping cesar dengan jarak yang lumayan jauh tapi juga tidak terlalu jauh. Suasana nya menjadi sunyi senyap, bahkan antara kedua nya tak ada satu pun yang berinisiatif memulai percakapan. Bukan nya mengapa, tapi amera hanya merasa gugup bahkan jantung nya jadi berdebar.

"Kau masih marah pada ku soal kemarin?" ujar amera hingga membuat cesar terdiam dan tak melanjutkan kegiatan nya.

Gelas yang sedari tadi di genggam oleh cesar kini sudah pria itu taruh di atas meja dengan perlahan. "Tidak, aku tidak marah pada mu. Kau benar amera."

"Benar tentang apa?" Tanya amera, masih tidak mengerti dengan apa yang kini cesar katakan pada nya.

Perlahan mata kecoklatan itu menatap kedua manik mata amera dengan lekat. "Benar bahwa semua orang punya masalalu nya sendiri, mungkin aku tidak seharusnya marah pada mu. Aku sungguh minta maaf," ujar cesar dengan nada pelan masih tidak mengalihkan manik matanya dari wanita cantik di hadapan nya.

"Tidak masalah, aku tahu bahwa nolan sudah keterlaluan pada mu. Dia bicara pada mu yang tidak-tidak."

Amera mendeham sesaat sebelum berucap kembali, rasa nya ia sedikit ragu-ragu untuk mengutarakan rasa penasaran nya akan satu hal. "Aku sebenarnya ingin tahu satu hal dari mu, apa benar kau memang mencintai ku?" Tanya amera dengan rasa penasaran. Semenjak kemarin, ia terus di hantui oleh rasa penasaran tentang perkataan cesar kemarin saat tengah berada di kantornya. Jadi ia ingin bertanya langsung dengan berani.

Manik coklat cesar seketika melebar, ia kembali menyesap cerutunya kemudian menuangkan botol alkohol ke dalam gelas nya di atas meja, lalu menenggak nya hingga tandas. "Aku tidak tahu apa itu bisa di bilang cinta," ucap cesar memainkan gelas nya yang tinggal berisi batu es, ia menatap lekat ke arah gelas tersebut.

"Tapi setiap kali aku bersama mu jantung ku seakan akan berdetak lebih kencang, bahkan untuk melihat senyuman mu saja sudah cukup membuat aku senang. Katakan pada ku, apa itu bisa disebut cinta?" Tanya cesar menatap amera dengan sayu-sayu. Baru kali ini amera melihat sosok lain dari pria di samping nya. Begitu tenang tapi juga ada rasa kesedihan dalam sorot mata nya. Perasaan yang cesar katakan itu pernah amera rasakan saat ia masih begitu mencintai nolan, namun sayang nya hubungan itu bahkan tidak bertahan lama.

his farewell attemptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang