Elano : 17

3.4K 113 0
                                    

Zora menghirup udara segar pagi hari yang masih belum terkontaminasi oleh polusi. Dari jendela kelasnya ia tersenyum melihat Elano yang menampilkan ekspresi lucu menurut Zora. Gadis itu bolak balik tertawa karena Elano yang sering mengubah raut wajahnya.

Elano berjalan ke kelasnya. Karena kelasnya dan Zora berbeda, Elano bisa melihat wajah cantik gadisnya dari bawah sini. Ia berkali-kali mengubah wajahnya dari yang tersenyum menatap Zora lalu kembali datar saat berpapasan dengan siswi yang mengaguminya. Tentu! Ia tidak mau Zora cemburu hanya karena ia tersenyum bukan kepada kekasihnya itu.

Lucu sekali pasangan bucin ini. Vio dan Mae bahkan memilih diam saat Zora senyum-senyum tidak jelas di jendela.

"Temen lo sakit?"

"Temen lo kali Mae, gue gak pernah punya temen sakit mental"

Namun naas, senyum Zora harus luntur saat guru yang mengajar datang. Hari ini pelajaran Biologi terlebih dahulu. Anak-anak di kelas ini harus pergi keluar untuk mempelajari alam bekerja. Termasuk Zora, yang sedari tadi bingung pada Samuel yang terus menatapnya dari tempatnya yang berada tak jauh darinya.

'tu anak gak minum obat kali yaa pagi ini' batin Zora.

Samuel berpindah tempat. Laki-laki itu melangkah dan duduk disamping Zora. Dengan basa basinya, Zora hanya menjawab seperlunya saja. Ia tak mau kalau sampai Lano tau. Karena sifat cemburu Lano mengalahkan kekejaman badut sikopet di film teripier.

"Lo ga gabung sama kelompok lo?" Tanya Zora. Guru sudah membagi mereka secara berkelompok supaya bisa bekerja sama untuk mempelajari tumbuhan hidup di sekitarnya.

"Gue maunya sama lo, gimana dong?"

"Emm..." Zora sedikit menjauhkan tubuhnya dari Samuel. Mereka duduk terlalu dekat. Sumpah, kalau Lano tau bisa-bisa Samuel koma part dua nih.

"Nilai lo semakin turun, lo gak pernah belajar ya?" Tanya Samuel. Ia tau karena selalu pergi keruang guru untuk mengumpulkan tugas, dia kan ketua kelas.

"Bukan urusan lo" Zora muak. Gak dulu, gak sekarang. Laki-laki itu selalu saja membahas nilainya. Lalu selanjutnya apa? Samuel akan merendahkannya seperti yang sudah-sudah.

"Pantesan, lo udah kaya sekarang, main sama berapa orang dalam semalem?"

Plak..

Ngilu sudah Samuel rasakan di area pipi kirinya. Tamparan Zora sangat keras dan Samuel sedikit merintih karena kesakitan.

"Jaga ucapan lo ya anjing"

"Selain murah kasar juga tu tangan. ngaku aja, udah nyentuh berapa titid?"

Zora benar-benar marah akan ucapan laki-laki itu. Alhasil, papan ujian yang dibawanya untuk membantu nencatat tugas pun melayang pada kepala Samuel hingga membuat papan itu menjadi dua bagian.

Zora pergi dari sana. Samuel melihat gadis itu pergi sambil memegangi kepalanya yang sedikit sakit. Para siswa, siswi maupun guru yang berada di lokasi tersebut berlari ke arah Samuel untuk memeriksa kondisi laki-laki itu, sementara para sahabat Zora pergi menyusul Zora.

Zora mengunci kamar mandi. Kedua tangannya ia letakan pada wastafel. Kepalanya terus memikirkan ucapan Samuel tadi. Beraninya laki-laki itu merendahkannya padahal kenyataannya saja ia tak tau. Baru masuk sekolah saja sudah membuat masalah dengan dirinya.

Mungkin nanti Zora harus berbicara dengan Elano mengenai tinggal seatap ini. Meskipun Samuel tidak tau pasti tentang kehidupannya. Laki-laki itu selalu melebih-lebihkan cerita, dan bisa saja Zora dan Lano akan menjadi gosip hangat satu sekolah.

Samuel itu selain gak bisa jaga rahasia, laki-laki itu suka sekali menggosipkan para siswa maupun siswi, makanya banyak yang tidak suka padanya. Para laki-laki satu sekolah menganggap Samuel seorang tulang lunak karena sering bergaul dengan perempuan, dan para siswi sekolah ini menganggapnya friendly, sangat tampan dan menyenangkan. Samuel pintar sekali mengambil hati semua orang. Apalagi para wanita.

Zora membasuh wajahnya di wastafel. Di kamar mandi ini hanya ada dirinya, dan didepan pintu itu, kedua sahabatnya terus saja memanggil namanya, menanyakan keadaannya dan maksud dari tindakannya yang memukul kepala Samuel.

Zora tidak suka. Ia sama sekali tidak memperdulikan panggilan sahabatnya itu. Dirinya marah karena Samuel merendahkan. Memang ia terlihat seperti wanita malam? Yang dengan bangganya berkencan dengan banyaknya pria hidung belang yang sudah mempunyai istri? Apa ia terlihat seperti itu di mata Samuel.

Samuel sudah kelewatan, sampai kapanpun ia tak akan mau berbicara dengan laki-laki itu. Jangankan berbicara, menatap matanya saja ia tak akan mau.

Setelah kembali segar. Zora membuka pintu kamar mandi itu. Kedua sahabatnya yang masih disana segera mengecek keadaan Zora. Rambut gadis itu basah di bagian depan dan seragam di bagian pundaknya juga basah. Mungkin Zora terlalu kasar saat mencuci mukanya tadi.

Mae dan Vio menarik pelan tangan Zora. Kedua gadis itu sudah bertanya apakah Zora mau di bawa ke uks saja, tapi Zora menjawabnya dengan gelengan.

Selesai mengantarkan Zora ke kelas, Zora meminta kedua sahabatnya untuk kembali pada pelajaran biologi saja. Ia ingin tidur di kelas ini sendirian.

Dengan berat hati, Mae dan Vio kembali menuruti perintah sahabatnya walaupun awalnya mereka sangat suka karena bisa membolos pelajaran dengan alibi menemani sahabatnya itu.

Baru saja sampai di ambang pintu, Elano datang dengan berlari. Mendorong tubuh mereka tapi tidak sampai jatuh dan langsung duduk disamping Zora.

Mae dan Vio hanya bisa terdiam. Mereka kaget karena Elano datang secara tiba-tiba. Mereka pun menutup pintu kelas ini lalu kembali pada kegiatan belajarnya.

"Aku kesini karena perasaanku gak enak, kakak sakit? Ayo kerumah sakit" ucap Elano.

Zora menatap kekasihnya itu. Dapat ia lihat Elano memasang raut wajah khawatir. Dari ini pun ia tau kalau Elano benar-benar mencintainya.

"Enggak, aku hanya ingin tidur" jawab Zora.

"Bohong, kakak duduk dengan bajingan itu kan? Katakan, dia bicara apa saja sama kakak?"

Sepertinya Zora lupa kalau mata-mata Elano sangat banyak di sekolah ini.

"Hanya mengobrol tentang tugas"

"Tugas apa sampe bikin kakak mukul kepalanya? Katakan yang sejujurnya kak" desak Lano. Meskipun ia mengetahui kekasihnya itu duduk dengan Samuel, ia tidak tau mereka membicarakan tentang apa.

"Bukan apa-apa Lano, hanya tugas" tegas Zora.

"Jujur atau-"

"Atau apa? Kamu terlalu memaksaku lagi, kamu mau hubungan ini berakhir?" Ucap Zora dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sangat sakit hati tentang ucapan Samuel tadi hingga secara tak sadar, ucapan yang paling dibenci Lano keluar dari mulutnya.

Elano hanya menatapnya datar. Ia kemudian meraih kepala Zora lalu membenamkannya di dada besarnya. Zora menangis. Ia menangis tanpa suara dengan dada naik turun karena sesenggukan.

Elano dengan sayang mengelus surai indah kekasihnya. Mungkin ia juga terlalu memaksa gadis itu karena rasa penasarannya yang tinggi, atau rasa cemburunya juga? Seharusnya Elano mengesampingkan pertanyaan itu dulu. Bodoh sekali ia tidak peka dengan kondisi gadisnya. Dalam hati dengan penuh harap, ia mengucapkan beribu kata maaf pada Zora.

.
.
Next..

Elano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang