Liburan semester Dara dan Caca sudah berakhir. Kini keduanya sudah kembali lagi ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak terasa, waktu seakan berjalan sangat cepat saat mereka menghabiskan waktu bersama.
"Ra, berangkat bareng aku ya?"
"Lah Kak Febby gimana?"
"Dia bilang mau bareng temennya."
Dara manggut-manggut mengerti, dia kembali mengunyah roti tawar sebagai sarapannya pagi ini.
Dara sedikit mengotak-atik ponselnya, menilik jadwal kuliahnya kembali. Jadwal hari ini tidak begitu padat, dia bahkan bisa pulang kampus jam 2 siang nanti.
"Kak?" Dara meletakkan ponselnya perlahan. "Balik jam berapa?" lanjutnya bertanya sembari meraih segelas air susu di hadapannya.
Caca tidak langsung menjawab, dia menghidupkan ponselnya terlebih dahulu, melihat jadwal miliknya sendiri. "Jam 12 selesai. Jadwal hari ini ga banyak," jelasnya. Dia pun segera meraih gelas minum Dara, lalu ikut meminum air susu itu.
"Terus aku baliknya gimana?" Dara bangkit dari duduknya. Dia segera meraih tote bag yang berisi barang-barang keperluan kuliahnya.
"Bareng aku lah." Caca pun ikut bangkit dari duduknya. Sembari berjalan menuju rak sepatu, dia menyampirkan tali tas punggung pada kedua bahunya.
"Emang kamu mau nungguin? Terus Kak Febby gimana?" Dara berjalan mengekori Caca dari belakang. Sesekali jarinya memainkan kunci mobil milik Caca.
"Aku tungguin di perpustakaan kampus." Caca memandang rak sepatu didepannya, menimang sebaiknya dia memakai yang mana. "Soal Febby, nanti aku anterin dia balik dulu." Pilihan Caca pun akhirnya jatuh pada salah satu flat shoes berwarna hitam miliknya.
"Yaudah." Dara meraih asal sneakers yang ada dihadapannya.
"Gausah cemberut. Masih pagi." Caca mulai mengenakan sepatu miliknya. Sesekali dia menatap Dara yang sedang mengenakan sepatunya juga.
"Dih." Dara berjalan menuju pintu apartemen, lalu membukanya perlahan. Setelah Dara keluar, dia pun lanjut berjalan menuju lift dan membiarkan pintu apartemen tetap terbuka. Lagipula, Caca masih didalam.
Caca menghela napasnya pelan. Kini dirinya lah yang mengekori Dara dari belakang.
"Nih kuncinya. Kamu nyetir," ucap Dara ketika mereka berdua sudah sampai di basement.
"Iya iyaaa." Caca pun segera meraih pergelangan tangan Dara agar mereka bisa berjalan sejajar dan tidak saling mengekori.
Ketika sampai di samping mobil mereka, Caca segera membukakan pintu untuk Dara. Setelah melihat Dara yang sudah duduk pada jok penumpang, Caca pun segera menutup kembali pintu mobil.
Caca menyalakan mesin mobilnya ketika dia sudah terduduk pada jok pengemudi.
"Kenapa sih?" Mobil pun mulai melaju perlahan meninggalkan area apartemen. "Cemburu ya?" lanjut Caca bertanya sembari mencolek dagu Dara dengan jari lentiknya.
"Engga." Dara meraih tangan kiri Caca, lalu di kecupnya buku-buku jari Caca. "Kamu pikir aku anak kecil?"
"Engga sayang." Caca menarik tanganya agar terlepas dari genggaman Dara. Lalu, bergerak perlahan mengusap pipi Dara. "Sabar yaa. Aku ga mungkin langsung mutusin Febby, kan?" Caca kembali menarik tangannya agar dia bisa mengemudi dengan baik.
"Iyaa. Gapapa." Dara menganggukkan kepalanya mengerti dan tersenyum. Lalu, dia menarik kepalanya sendiri agar bisa bersandar pada pinggiran kaca mobil, sekalian memandangi jalanan yang masih cukup ramai pada pagi hari ini. Pikirannya melayang entah kemana. Dia harus dipaksa bersabar(lagi), menunggu Caca menuntaskan segala urusannya dengan Febby.

KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER (GxG)
RomanceHubungan segender saja sudah salah, apalagi ini. Sudah segender, sedarah pula. keduanya dikandung dalam rahim yang sama serta dari ayah yang sama. Namun seakan membutakan penglihatan serta menulikan rungu mereka, perasaan itu tetap ada.