CHAPTER |6|

329 45 0
                                    

Dangerous Woman - Ariana Grande

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dangerous Woman - Ariana Grande

"Pilihan seperti apa?"

Pria itu mendekat lalu ia mengedarkan pandangan menunjuk seluruh tamu hotel ini.

"Pertama, tidurlah dengan seluruh tamu hotel ini, atau yang kedua, tidur dengan Raegan didepan semua orang disini. Bagaimana? cukup mudah bukan?" Bisiknya.

Ternyata pria itu sudah gila, mereka semua sama gilanya. Anna menyesap wine miliknya. Ia menatap Jeemo tajam.

"Kau pasti membencinya sedalam itu kan?"

"Tentu saja, aku sangat amat membenci pria itu." Jeemo mendekatkan gelas mereka yang menimbulkan bunyi denting gelas tersebut.

"Lalu bagaimana hubungan kalian?"

"Kukira kau akan menanyakan alasan mengapa aku membencinya."

Anna terkekeh pelan, ia tersenyum miring menatap Jeemo. "Sejujurnya daripada memilihnya aku lebih baik memilihmu, Tuan Jeemo. Bersamanya membuatku muak."

Dalam satu tegukan, wine dalam gelas tersebut kandas tak bersisa. Jeemo tersenyum, "Tapi, aku tak pernah menginginkan barang yang sudah disentuhnya, Anna."

Anna mengetatkan rahang.

"Karena. Mereka. Semua. Sudah. Kotor." Jeemo merangkul kembali pundak Anna, melihat gadis itu menunduk terkekeh.

"Hah.. Padahal mereka sama saja seperti lalat menjijikkan yang keluar dari lubang sampah yang sama, entah apa yang membuat mereka merasa lebih baik dari yang lain." Anna dapat mendengar tawa Jeemo sampai pria itu mengusap bulir air mata akibat tak bisa menahan tawa. Padahal perkataannya barusan adalah untuk menyindir pria sebelahnya tapi mungkin pria ini sangat bodoh tak menangkap maksudnya. Terlihat seperti sedang menertawai dirinya sendiri.

"Kau benar benar sangat lucu, Anna. Penggunaan kata yang kau pakai cukup unik." Jeemo mengambil botol wine itu dan menuangkannya pada gelas milik Anna.

"Baiklah, Nona Anna. Tentukan pilihanmu itu." Jeemo menyerahkan gelas yang sudah di isinya itu kepada Anna dan dalam sekali teguk langsung kandas tak bersisa.

Anna berdiri dari duduknya dan berjalan dengan tatapan kosong. Ia sedikit melirik kebelakang. Kearah Jeemo yang sedang mengisap rokok dan disisi lain Raegan yang tengah menyesap wine itu.

Batin Anna bergejolak, hubungan kedua orang ini pasti tidak baik. Entah kenapa mereka saling melampiaskan emosi melalui dirinya. Namun, karena sudah terlanjur berjalan seperti ini, mau tak mau dirinya sudah tak punya pilihan lain selain mengambil resiko.

Anna bergabung dengan kumpulan para gadis cantik yang tengah asyik berbincang, karena tak jauh dari posisi Raegan duduk, pria itu dapat dengan jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Permisi, bisakah aku meminjam semua pengaman yang kalian punya?" Gadis gadis itu menatap Anna dengan nakal.

"Tentu, ini untukmu." Beberapa bungkusan itu terlihat memenuhi genggaman tangan Anna.

"Ini belum cukup, apakah kalian memiliki nya lagi?"

Tatapan gadis gadis itu yang awalnya nakal berubah bingung. Alis mereka terangkat. "Tidak ada lagi, hanya itu yang kami bawa."

Disisi lain, Raegan menatap Jeemo yang menikmati setiap hisapan pada rokok yang dipegangnya. Melihat tatapan Raegan, Jeemo menghembuskan asap itu kearah Raegan dan tersenyum sinis.

"Jeemo, sudah cukup. Kau tidak perlu mengumpulkan lebih banyak pengaman. Sayangi tubuhmu itu," ucap Raegan datar, ia kembali menyesap minumannya.

Jeemo tertawa keras, "Tuan, aku tak masalah dengan itu. Lagipula bukan aku yang akan memakainya nanti."

Gerakan Raegan terhenti, "Jeemo, kau jangan melewati batas."

"Melewati batas katamu? Kau sendiri yang mengatakan bahwa aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan padanya."

Raegan menatap Anna yang tak jauh darinya. "Permainan apa yang sedang kalian lakukan?"

"Ada dua pilihan yang diajukannya, pertama. Tidur dengan semua pria disini atau.. " Anna terdiam enggan melanjutkan ucapannya. Ia menggigit bibir dan menatap kearah lain mencegah airmatanya jatuh. Raegan melihat itu.

"Anna, duduklah disampingku," titah pria itu, Anna menuruti apa yang dikatakan Raegan dan bergerak duduk disampingnya. Terlihat tatapan datar pria itu menatap Jeemo.

Sedangkan Jeemo, ia menggeleng dan berdecak. Seorang wanita datang merangkul pinggang pria itu.

"Saat ini pasti kau sedang kewalahan menangani anak perusahaanmu itu bukan?"

"Aku tidak mengerti yang kau maksud, Tuan Dewata." Kembali terlihat rahang Jeemo mengetat.

"Kau pikir aku tidak tahu, sekarang kau sedang mengemis padaku untuk membantumu mengangkat kembali anak perusahannmu yang sedang diujung tanduk itu. Kau perlu belajar lagi Jeemo." Raegan tersenyum, sambil memainkan es dalam gelasnya.

"Tuan Raegan Dewata, yang tak pernah berubah dan selalu menjadi tuan Dewata yang kukenal selama ini." Jeemo berbisik pada wanita yang merangkulnya tadi. "Pergi duduk di samping pria itu dan bawa gadis disampingnya duduk kembali disini."

"Tapi, tuan itu menyuruhku untuk-"

"Cepat! Bawa gadis itu kemari!" Jeemo mendorong gadis itu kasar hinga terjatuh.

"A-Anda tidak seharusnya melakukan itu pada saya tuan."

Jeemo menggeram, ia berdiri dan langsung menendang wanita itu dengan ujung sepatunya.

"Apakah kau tidak paham maksudku? Aku menyuruhmu untuk bertukar tempat dengan gadis itu. Kuulangi agar kau paham, kau gantikan posisinya sekarang!"

Anna berpikir, bukankah saat ini hal yang tepat untuk memperbaiki kesalahannya tadi. Dengan begitu jika tujuan dari pertemuan mereka berdua ini gagal, ia bukanlah satu satunya orang yang menggagalkan hal itu.

"Aku tak seharusnya menjadi alasan keributan ini terjadi. Raegan, biarkan aku menggantikan wanita itu. Aku akan duduk disebelah Tuan Jeemo." Saat Anna berdiri dan hendak berjalan, tangannya dengan cepat digenggam oleh Raegan. Pria itu terlihat menegakkan tubuhnya yang masih senantiasa  duduk diatas sofa lembut itu.

"Jeemo Aditya, sepertinya kau sudah minum terlalu banyak wine, pulanglah."

"Hah! Raegan Dewata, kau bilang aku bisa melakukan apapun dengan gadis itu. Apakah kau menarik lagi ucapan yang telah kau ucapkan tadi?"

"Aku sudah memberimu kesempatan, saat kau tidak menginginkannya maka, tentu tidak perlu dilanjutkan, bukan?"

"K-kau!.. "

"Kau harus ingat, orang orang memandangmu hormat karena kau terikat kontrak denganku. Kau masih berada disini saat ini juga karena aku masih mengasihanimu."

Raegan meraih tangan Anna meninggalkan tempat itu. Jeemo menghentakkan kaki kesal melihat itu. Bisik bisik mulai terdengar, dia menoleh memandang sekitar.

Tangannya menunjuk asal orang orang disana.

"Apa yang kalian lihat sialan?!"

TBC

Don't forget to vote and comment guys... See u in the next chap by sann 🩷

OVER THE LOVE : The Tension || JAEROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang