Moth A Flame - The weeknd
Raegan tak pernah merasakan hidup bebas. Ia merupakan anak tunggal, yang selalu menyibukkan diri dengan membaca buku ketika orangtuanya sibuk bekerja hingga tak pernah pulang kerumah, bahkan untuk sekedar makan bersama pun ia tak pernah merasakannya.
Lalu ketika anak itu datang, ia seperti menemukan sesuatu yang berharga. Raja Dirgantara. Anak pengasuhnya dulu, mereka tumbuh bersama. Raegan sudah menganggap Raja seperti adiknya sendiri.
Anak yang begitu ceria, selalu menceritakan apapun yang dialami Raja disekolah barunya, mengingat Raegan yang lebih memilih Homeschooling daripada sekolah diluar.
Namun sesuatu terjadi, Raja menghilang tanpa kabar. Raegan ingat dengan betul bagaimana raut panik seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Untuk kali pertama Raegan merasa khawatir, ia mencari ke seluruh tempat.
Seketika ia merasa seperti kosong, ketika menemukan seseorang tergeletak tak berdaya dengan mata yang terbuka.
"Raja!" Pria itu berlari mengabaikan tubuhnya yang dibasahi oleh hujan, fokus matanya hanya satu.
Ia memegang wajah Raja, menepuknya berkali kali. Namun, tubuh itu tak merespon bahkan kulitnya sudah pucat dan dingin.
"Tidak.. Tidak.. Raja, bangunlah ibumu khawatir, dia menunggumu pulang ke rumah," Lirih dan menyayat hati, mata Raegan memerah. Ia menangis, ini kali pertama dirinya menangis.
Ia memeluk tubuh dingin Raja, Raegan menggeleng. Namun, gerakannya terhenti saat melihat sesuatu yang aneh, pria itu mendapati ada sayatan pada lengan Raja.
Ia memicing, menajamkan penglihatannya.
Anna'S
Kilat saling bersahutan, seperti paham apa yang tengah pria itu rasakan. Raegan mengusap wajahnya kasar, perlahan ia menutup mata Raja.
"Tenanglah disana, Raja. Akan ku buat dia membayar apa yang dilakukannya ini padamu."
____
Mimpi buruk itu selalu menghantuinya setiap kali Raegan memejamkan mata.
Ia menoleh, Anna tak ada disebelahnya. Ia menghembuskan napas kasar, selama beberapa hari ini dirinya selalu menunggu dan menantikan apa yang akan gadis itu lakukan padanya. Pria itu bahkan dengan sengaja tidur disebelah gadis itu, tapi dirinya justru tidak mendapatkan apa apa.
"Padahal aku ingin sekali menyiksanya ketika ia mencoba untuk membunuhku."
Raegan mengernyit, ia mencium sesuatu yang asing. Ia berjalan mengikuti aroma tersebut.
"Apa yang kau lakukan?" Dapat dipastikan setelah Raegan mengatakan itu, Anna terjengat kaget dan menatapnya tajam.
Jujur, Raegan sedikit menyukai tatapan yang diberikan gadis itu padanya. Ia merasa seperti tertantang. Pria itu mengambil segelas air, lalu menyender pada dinding sambil memperhatikan apa yang gadis itu lakukan.
"Aku lapar, apa kau tak pernah makan?! Aku bahkan tak menemukan apapun disini. Jadi, aku menyuruh pelayanmu untuk berbelanja sedikit."
"Kau sudah merasa seperti tuan dirumah ini?"
Anna menatap Raegan, ia memutar bola matanya.
"Kau mungkin tak akan membiarkan bonekamu mati konyol hanya karena kelaparan kan?"
Anna menyajikan hasil masakannya dimeja. Dan menyiapkan dua piring disana.
"Aku tak makan masakan rumah," ucapnya setelah meletakkan gelas di meja dan berniat pergi meninggalkan tempat tersebut. Sontak Anna memegang tangan pria itu dan menariknya untuk duduk.
"Aku tak tahu, entah apa yang akan kau lakukan padaku nantinya, tapi setidaknya kau makan dulu, aku tak pernah melihatmu makan apapun kemarin. Anggap saja ini bentuk terima kasih karena meminjam jasa pelayanmu untuk berbelanja diluar tadi, " jelas Anna, pria itu duduk tanpa menjawab, membuat Anna tersenyum.
Saat gadis itu menuangkan lauk diatas piring Raegan, tiba-tiba pria itu memegang tangannya.
"Bagaimana mungkin aku bisa memakan masakanmu saat aku sendiri tak tahu entah racun apa yang akan kau taruh di makanan ini."
Ucapan Raegan seketika melunturkan senyum Anna, ia melepaskan genggaman Raegan dan mengambil piring pria itu. Gadis itu menyuapkan lauk yang ia siapkan tadi ke mulutnya. Mulutnya sampai menggembung mengunyah makanan tersebut dan sampai susah payah Anna menelannya. Raegan bersender menikmati pemandangan itu, sekilas terlihat sudut bibirnya terlihat.
"Lihat! Aku masih sehat sehat saja kan? Lagipula aku masih ingin bertemu ibuku, tak mungkin membunuhmu begitu cepat."
"Baiklah, akan ku coba percaya kata-katamu itu."
Raegan menyuapkan makanan itu, Anna sedikit melihat perubahan diwajah pria itu, walaupun sedetik kemudian berubah datar kembali.
"Bagaimana rasanya?"
"Layak di makan," ucap pria itu datar. Entah apa yang diharapkan Anna dari Raegan yang sudah pasti sangat tidak menyukai apa pun yang dilakukannya itu.
____
Anna terbangun saat mendengar suara rintihan, gadis itu kaget mendapati tubuh Raegan bergetar.
"Hei, bangunlah," ucap Anna yang berusaha membangunkan pria itu dengan menepuk pipi Raegan berkali-kali, tapi pria itu tak kunjung terbangun.
Anna bingung harus bagaimana, disisi lain ia merasa senang mengetahui kelemahan pria itu namun, disisi lain dirinya juga tak tega melihat pria itu sampai mengeluarkan air mata.
Anna kembali membaringkan tubuhnya menghadap Raegan. Ia membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh pria itu. Anna terdiam sejenak, ragu-ragu ia mengulurkan tangannya ke tubuh Raegan, mengusap pelan tubuh pria itu.
"Tidurlah, itu hanya mimpi buruk Raegan." Bagai mantra penenang, ucapan Anna barusan berhasil membuat tubuh Raegan berhenti bergetar, deru napas pria itu pun kembali teratur.
Anna bernapas lega.
"Kau harus berterima kasih padaku setelah ini."
TBC
Don't forget to vote and comment guys... See u in the next chap by sann 🩷
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE LOVE : The Tension || JAEROSE
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA.. Adult Content!! Over the Love : The Tension || JAEROSE Setelah berhasil keluar dari jurang yang dulu dimasukinya, Anna Sapphira kembali memasuki jurang yang paling dalam. Ia kembali terkungkung dalam genggaman orang lain...