CHAPTER |8|

320 48 0
                                    

Do I Wanna Know - Artic Monkey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Do I Wanna Know - Artic Monkey

Anna memandang pantulan dirinya di cermin, tangannya meraba leher yang tampak tercetak jelas bekas tangan besar Raegan. Merah dan biru mendominasi kulitnya yang pucat.

Ia mendesis mengingat kejadian semalam, hampir saja nyawanya melayang ditangan pria itu.

Karena kegagalannya kemarin, Anna tak dapat bertemu dengan ibunya. Ia harus mencari cara agar dapat keluar dari jangkauan pria itu, setidaknya agar ia dapat bertemu dengan ibunya walau hanya sekali.

Anna berjalan keluar dari kamar. "Permisi, apa kau tahu dimana Raegan sekarang?" tanya gadis itu pada salah satu pelayan yang kebetulan melewatinya.

"Oh, Tuan sekarang sedang berada di ruang kerjanya."

Setelah dirinya diberitahu letak ruang kerja Raegan, dirinya bergegas menemui pria itu.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia langsung saja membuka pintu tersebut dan menampilkan Raegan yang duduk membaca laporan dengan kacamata kerja yang bertengger indah di hidungnya.

Raegan menatap datar gadis itu, ia menutup laporan yang dipegangnya. Lalu bersender pada bangku kerja.

"Apa sopan santun sudah mulai hilang nona?"

Anna memandang pria itu datar. "Aku belajar darimu Tuan Dewata, jangan salahkan boneka yang kau pelihara ini."

Raegan tertawa. "Kau sangat pandai menjawab, Anna. Katakan, apa yang ingin kau katakan padaku sampai mencariku seperti ini."

"Atau kau ingin sesuatu seperti kemarin lagi?"

Gadis itu mendekat dan memegang tepi meja kerja Raegan, ia menatap sengit pria itu.

"Aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, mengapa kau menikahiku? Aku paham, jika kau ingin menghancurkanku tapi, kenapa aku harus berada dalam ikatan pernikahan denganmu?"

"Kau bisa saja membunuhku langsung tanpa harus membebani dirimu sendiri." lanjutnya.

Raegan berdiri dan berjalan ke belakang Anna, yang membuat gadis itu spontan berbalik melihat pria itu.

Dapat dirasakannya deru napas pria itu mengenai kulitnya. Panas dan membuat degup jantungnya berdetak kencang. Pria itu mengungkungnya tampak dari tangan pria itu yang memegang kedua tangannya yang berada disisi meja.

"Apa kau penasaran Anna?"

Gadis itu mengangguk, saling berkontak mata seolah memiliki alat komunikasi sendiri.

"Biar ku beritahu, alasan aku menikahimu. Yang pertama, agar kau tidak bisa lari dariku dan aku juga tidak kesusahan mencarimu. Yang kedua, aku ingin bermain denganmu seperti dulu, menyiksamu sampai gila dan mati perlahan dengan caraku sendiri," ujar pria itu.

Anna memejam, menahan napas saat pria itu mendekat. Lalu sedetik kemudian ia merasakan hembusan kuat menerpa wajahnya membuat Anna terkejut hingga tak sengaja menyenggol bingkai foto itu hingga jatuh.

Raegan mendengar suara pecahan itu sontak menoleh, Anna pun begitu. Gadis itu kembali menahan napas, kali ini ia merasakan jantungnya akan copot.

Anna memandang dua orang yang berada di foto itu, lebih tepatnya orang berada di samping Raegan dalam foto tersebut.

Anna berjalan mundur. "Kenapa? Apa kau mengenalnya Anna?"

"Kau pasti mengenalnya dengan baik kan, Anna?"

"Dia! Orang yang sudah kau renggut nyawanya dari dunia ini!" Tunjuk Raegan, membuat tubuh Anna bergetar ketakutan.

"Ti-tidak! Bukan aku yang melakukannya." Derai air mata membasahi pipi Anna.

Raegan terkekeh sinis. "Kau menyangkal lagi apa yang sudah kau lakukan? Baiklah, maka kau harus terima semua akibat dari perbuatanmu itu, teruslah menyangkal sampai kau gila!"

Raegan membanting pintu itu meninggalkan Anna yang menangis. Tangisannya terdengar begitu menyayat hati.

"Bukan aku yang membunuhnya.."

_____

"Hai, aku namaku Raja. Raja Dirgantara." Anna menatap laki-laki didepannya, senyum ramah tercetak jelas di wajah Raja.

Anna melirik datar tangan yang diulurkan pria itu padanya. Raja menyadari hal tersebut, berniat menarik kembali uluran tangannya namun,  dengan cepat Anna menggapai tangan itu dan kemudian mereka berjabatan.

"Aku, Anna Sapphira." Gadis itu tersenyum singkat, cepat cepat ia melepaskan jabatan tangan mereka.

Raja melongo, ia menggaruk belakang kepalanya salah tingkah. Laki-laki itu menatap Anna yang kembali sibuk dengan buku yang dipegang gadis itu.

"Eum, bolehkah aku berteman denganmu?"

Anna menoleh, ia memandang sekitar.

"Aku hanya tidak paham bagaimana cara bergaul dengan kalian. Kumohon, jadilah temanku yang pertama." Raja mendekat, dan memohon pada Anna.

Sedang Anna, bergerak mendorong Raja agar sedikit menjauh darinya. "Baiklah, baiklah. Aku akan berteman denganmu. Tapi, kau jangan menggangguku membaca buku sekarang."

"Yes!" Laki-laki itu tidak dapat menahan senangnya, spontan ia berteriak kegirangan.

"Ssst!" Raja menoleh, saat semua mata memandang padanya. Ia bahkan sampai tak sadar dirinya sedang berada di perpustakaan sekarang. "Maafkan aku, aku siswa baru disekolah ini," ucap Raja pelan pada Anna.

Anna tersenyum melihat tingkah konyol laki-laki itu.

_____

Raegan membuka pintu kamar mandi itu dan menatap Anna yang begitu pucat. Ia berjalan mematikan rain shower tersebut.

Dipegangnya pergelangan tangan gadis itu, terdengar hembusan napas lega saat ia mengetahui denyut nadi gadis itu masih berdetak yang menandakan Anna masih hidup.

Diangkatnya tubuh Anna. "Ringan sekali."

Diletakkannya pelan tubuh ringkih itu diatas tempat tidur, melihat pakaian gadis itu yang basah kuyup, tanpa aba aba Raegan mengambil baju tidur Anna.

Ia terdiam sebentar, ia baru sadar jika semua pelayan dipulangkan saat malam tiba, kini tinggal dirinya dan gadis itu di mansion ini.

"Tenanglah, dia bukan tipe mu."

Cepat-celat ia menggantikan pakaian gadis itu dengan memandang ke arah lain.

Setelah selesai, dipindahkannya gadis itu ke sisi biasa tempat Raegan tidur. Ketika ia hendak menyelimuti gadis itu, terdengar gumaman lirih dari mulutnya.

Raegan mendekat mencoba mendengarkan apa yang gadis itu gumamkan.

"Maafkan aku.."

"Raja."

Dengan gerakan cepat, Raegan mengangkat tinggi selimut itu lalu dijatuhkan ke atas tubuh Anna. Tubuh itu terselimuti asal-asalan terlihat wajahnya ditutupi penuh selimut sedangkan bagain kakinya tidak.

Raegan berjalan duduk di sofa single menatap tajam Anna.

"Kau harus tetap pada tujuanmu, Raegan."

TBC

Don't forget to vote and comment guys... See u in the next chap by sann 🩷

OVER THE LOVE : The Tension || JAEROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang