Victor Ray - Comfortable
Pening yang mendera tak bisa ditahan, Anna memegang kepalanya dengan desisan kecil. Matanya membelalak memandang sekitar, kamar mewah dengan desain unik ini membuatnya berpikir keras dimana dirinya berasa sekarang.
"Kau sudah sadar? Anna Sapphira, sudah lama kita tak berjumpa sejak kejadian itu." Raegan manatapnya. Duduk disudut ruangan dengan gaya yang tak pernah ia lihat sebelumnya sangat mendominasi dan mengintimindasinya sekarang, dengan asap rokok yang menyembul keluar dari mulutnya.
"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau membawaku kesini? Apa maumu? Katakan!" Anna memeluk selimut itu, sesekali ia melihat kedalam, memeriksa pakaiannya. Ia sedikit lega mendapati pakaiannya masih utuh melekat di badannya.
"Wow, wow, tak perlu terburu buru seperti itu, Anna. Dulu bahkan kau tak mengizinkan ku untuk berbicara barang sepatah kata pun. Bukankah aku sudah terlalu baik padamu saat ini? Membiarkanmu dengan lancang menaikkan suara seperti itu."
"Kumohon! Untuk kesalahan masa lalu, aku tidak bermaksud melakukan itu padamu. Aku terpaksa." Dengan tangan yang menyatu gadis itu memohon dengan putus asa.
"Terpaksa? Bagaimana bisa kau bilang terpaksa ketika seseorang meregang nyawa karena mu?"
Anna mengadah, dirinya menegang. "A-aku tak pernah menyiksa siapapun selain dirimu dulu. Bahkan aku melakukan itu bukan karena sengaja, seseorang menyuruhku-"
"Diamlah! Alasanmu membuatku muak. Aku tidak ingin mendengar apapun darimu jika kau sangat ingin membela kelakuanmu dulu."
"Tolong maafkan aku.." Anna tak bisa berkata kata, dirinya sudah tak tahu harus bagaimana.
Kekehan menakutkan itu menggema dalam pendengaran Anna, ia berjalan mendekati gadis itu. Tangan besarnya mencengkram dagu gadis itu hingga mata mereka saling bertemu dengan sirat yang berbeda.
"Kau ingin membayar perbuatanmu bukan?"
"Bagaimana jika kita memainkan sebuah permainan. Jadilah bonekaku."
Anna menegang. Situasi ini sama persis seperti kejadian dulu.
Spontan Anna menggeleng, ia tidak mau menjadi boneka orang lain lagi. Sudah cukup dirinya hancur.
"Apa!? Kau tidak mau!?" Dengan kasar Raegan mendorong wajah gadis itu.
Ia kembali duduk dan menatap tajam gadis didepannya.
"Mungkin kau tidak tahu, jika sampai saat ini ibumu belum meninggal. Dia berada di suatu tempat, dan karena kau menolak permainan ini maka kemungkinan buruk akan terjadi." Raegan menyesap cairan merah pekat disampingnya, melalui pantulan gelas itu, ia dapat melihat bagaimana tubuh gadis itu menegang kesekian kali. Kali ini dengan buliran air mata yang tumpah membanjiri pipinya.
"A-aku mohon, ku mohon jangan sakiti ibuku. B-baiklah, permainan yang kau maksud tadi, aku akan mengikuti semua, semua yang kau katakan aku ikuti! Tapi kumohon.. jangan sakiti ibuku," Lirih terucap, Anna tak bisa membayangkan apa yang akan pria itu lakukan pada ibunya nanti.
Dengan senyum lebar, Raegan melempar sebuah kertas kearah Anna.
"Tandatangani itu lalu jangan lupa beri cap jari diatasnya. Aku tidak mempunyai cap apapun untuk itu kau pikirkan sendiri bagaimana caranya."
Anna menatap kertas itu, kertas kosong yang hanya berisi tempat dimana ia harus menandatanganinya. Ia menatap pria licik didepannya.
Dengan alis yang terangkat seolah memerintah Anna untuk segera menandatangani kertas kosong itu.
"Ini hanya kertas kosong, bagaimana bisa aku mengetahui jenis permainan apa yang akan kau mainkan dan bagaimana peraturannya."
"Hah! Anna, kau akan tahu permainan apa itu dan ya.. Setiap ucapan yang kuucapkan nanti adalah peraturannya."
Dengan tatapan menahan marah, Anna segera menandatangani kertas itu dan sedetik kemudian ia menggigit ibu jarinya sampai mengeluarkan darah, lalu ia arahkan kearah kertas tersebut.
"Aku tak menyangka kau melakukan itu. Melukai dirimu sendiri untuk hal ini."
Gadis itu memalingkan wajah, enggan mendengar omong kosong Raegan.
"Baiklah, yang harus kau lakukan pertama sebagai bonekaku adalah.. menikah denganku."
"Apa! Mengapa aku harus menikah denganmu? Lebih baik kau siksa aku, daripada harus menikahi bajingan sepertimu."
"Wah, setelah aku sedikit lembut kepadamu beberapa saat lalu, sekarang kau sudah melunjak, Anna."
"Argh.. Lepaskan." Anna meringis kesakitan saat Raegan menjambak rambut belakangnya.
"Setiap kau membantah dan menolak perkataanku maka ibumu akan terkena imbasnya."
"Baiklah! maafkan aku. Aku akan mengikuti kemauanmu!" Anna merasakan bagaimana cengkraman Raegan di rambutnya perlahan mengendur lalu beralih mengelus pelan sembari memperbaiki bentuk rambutnya yang berantakan.
"Selama kau berbuat baik maka aku tak akan menyakitimu. Jadilah boneka yang menurut, Anna." Anggukan Anna membuat Raegan tersenyum.
"Raegan, sebelum aku melakukan yang kau suruh, boleh kah aku bertemu dengan ibuku?" Takut takut Anna mengajukan permintaan itu melihat tatapan Raegan yang tak bersahabat.
"Tidak, setelah kau melakukan dengan baik apa yang ku inginkan, akan ada hadiah yang kau terima termasuk bertemu dengan ibumu."
Raegan meninggalkan Anna yang terpaku mendengar itu. Gadis itu jatuh terduduk, ia mengadah memandang langit-langit kamar itu dengan pandangan tak percaya.
"Setelah keluar dari jurang lain, aku kembali terjatuh dalam jurang yang lebih dalam lagi?" Anna menjambak kuat rambutnya.
"Apa yang harus ku lakukan?"
TBC
Don't forget to vote and comment guys... See u in the next chap by sann 🩷
KAMU SEDANG MEMBACA
OVER THE LOVE : The Tension || JAEROSE
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA.. Adult Content!! Over the Love : The Tension || JAEROSE Setelah berhasil keluar dari jurang yang dulu dimasukinya, Anna Sapphira kembali memasuki jurang yang paling dalam. Ia kembali terkungkung dalam genggaman orang lain...