Cahaya yang Tetap Menyala.

24 4 0
                                    


---

Di Rumah Keluarga Jayawardana

Pagi itu, Christy sedang menulis sesuatu di meja belajarnya. Alzee mengetuk pintu kamar adiknya sebelum masuk.

"Christy, lagi apa?" tanya Alzee sambil melongok.

Christy tersenyum kecil. "Aku lagi bikin puisi buat Kak Freano. Besok di sekolah ada acara tentang keluarga, dan aku mau bacain ini."

Alzee mendekat, memandang lembaran kertas yang penuh dengan coretan Christy. "Boleh Kakak baca?"

Christy mengangguk malu-malu.

Alzee mengambil kertas itu dan membaca keras-keras:

"Di atas sana, Kakak tersenyum
Menjaga kami dengan penuh kasih
Meski tak lagi ada di sini
Hatimu tetap hidup di hati kami..."

Alzee terdiam, suaranya sedikit bergetar. "Bagus banget, Christy. Freano pasti bangga."

Christy menatap kakaknya dengan mata berbinar. "Beneran, Kak? Aku cuma mau Kak Freano tahu kalau aku masih ingat dia setiap hari."

Alzee memeluk adiknya erat. "Dia tahu, Christy. Dan dia pasti bangga banget sama kamu."

---

Di Kampus: Pekerjaan yang Tertunda

Di kampus, Alzee berjalan menuju ruang seni. Ia membawa sketsa lama Freano yang ditemukan di kamar mereka beberapa hari lalu.

Marsya, yang sedang melukis di dalam ruang seni, menoleh saat melihat Alzee masuk. "Eh, Zee. Lo bawa apaan tuh?"

"Sketsa Fre," jawab Alzee sambil menyerahkan buku itu pada Marsya.

Marsya membuka halaman demi halaman, terkesima dengan detail gambar yang dibuat Freano. "Gila, dia emang jenius. Gue nggak nyangka dia punya bakat segini hebat."

"Gue juga baru nemu ini, Marsya," kata Alzee. "Gue pengen kita masukin karya-karyanya ke acara yang lo sama anak-anak rencanain."

Marsya mengangguk dengan semangat. "Pasti, Zee. Gue yakin karya Freano bakal bikin banyak orang terinspirasi."

---

Di Rumah Aldo: Persiapan Acara Kenangan

Di tempat lain, Aldo dan yang lain sedang sibuk mempersiapkan acara peringatan untuk Freano. Ruang tamu rumah Aldo penuh dengan poster, desain panggung, dan daftar acara yang harus mereka selesaikan.

"Rasya, lo udah urus perizinan buat tempat?" tanya Aldo.

"Udah, tinggal konfirmasi sama pihak kampus. Gue bakal urusin itu besok," jawab Rasya sambil mencatat sesuatu.

Daniel menambahkan, "Gue udah dapet beberapa anak yang mau ikutan kompetisi seni. Mereka semua antusias, terutama karena ini buat kenang Freano."

Olla, yang sibuk membuat desain poster, tiba-tiba berkata, "Lo semua sadar nggak? Kita ini kayak kerja keras buat ngebuktiin kalau Freano masih ada di sini, lewat kita."

Semua terdiam sejenak, merenungkan kata-kata itu.

"Karena dia emang ada," kata Aldo akhirnya. "Di semua yang kita lakuin, dia ada."

---

Di Malam Hari: Perbincangan Keluarga

Malam itu, keluarga Jayawardana berkumpul di ruang makan. Ibu Chika menyajikan hidangan favorit Freano, yang membuat semua orang terdiam sesaat sebelum mulai makan.

"Kok, tiba-tiba Mama masak ini?" tanya Alzee sambil mencicipi makanan.

Ibu Chika tersenyum tipis. "Mama cuma pengen kita mengenang Freano, tapi dengan cara yang bahagia."

Christy menambahkan, "Mama masaknya enak banget! Kayak waktu Kak Freano bilang dulu."

Ayah Aransyah, yang biasanya pendiam, akhirnya angkat bicara. "Kalian tahu, Papa masih sering mimpi tentang Freano. Di mimpi itu, dia bilang dia nggak marah sama kita."

Ibu Chika menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Aran, aku masih sering merasa bersalah. Apa kita terlalu keras sama dia?"

Ayah Aransyah menghela napas. "Mungkin kita salah, Chika. Tapi sekarang yang penting adalah kita belajar. Kita nggak bisa ulangi waktu, tapi kita bisa jadi lebih baik buat Alzee dan Christy."

Alzee memandang kedua orang tuanya. "Ma, Pa, kita semua salah. Tapi zee yakin, Freano nggak pernah benci sama kita. Dia cuma pengen kita ngerti kalau dia juga berhak bahagia dengan caranya."

Semua terdiam, tapi kehangatan mulai terasa di antara mereka.

---

Di Taman Kampus: Hari yang Dinanti

Hari acara peringatan Freano akhirnya tiba. Banyak teman dan kenalan Freano datang, membawa kenangan dan rasa hormat mereka.

Kompetisi seni berlangsung meriah. Sketsa-sketsa Freano dipajang di galeri khusus, menarik perhatian banyak orang. Marsya berperan sebagai pembawa acara, sementara Alzee menyampaikan pidato singkat di hadapan semua orang.

"Freano bukan cuma adik gue. Dia inspirasi buat kita semua. Dia ngajarin gue untuk nggak pernah menyerah, meski dunia ini nggak selalu adil. Hari ini, kita nggak cuma mengenang dia, tapi juga merayakan semangatnya yang nggak pernah padam."

Tepuk tangan menggema di aula. Semua orang tersenyum, meski air mata mengalir di beberapa wajah.

Di sudut aula, Christy berdiri bersama Ibu Chika dan Ayah Aransyah, memandang karya-karya Freano dengan rasa bangga.

"Kak Freano pasti senang, kan?" bisik Christy.

"Pasti, sayang," jawab Ibu Chika sambil memeluk anaknya.

---

bagaimana keluarga dan teman-teman Freano terus melanjutkan hidup mereka dengan membawa semangat dan kenangan tentangnya. Dalam duka, mereka menemukan kekuatan untuk berubah dan menjadi lebih baik. Di setiap langkah mereka, cahaya Freano tetap menyala.

******
Next chapter selanjutnya

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang