Saat Luka Mulai Sembuh

21 5 0
                                    


---

Di Rumah Keluarga Jayawardana

Pagi itu, udara terasa segar setelah hujan semalam. Di ruang makan, Alzee membantu Christy mempersiapkan tugas sekolahnya. Ibu Chika duduk di meja makan sambil membaca koran, sementara Ayah Aransyah sibuk memeriksa dokumen pekerjaannya.

"Christy, nanti pulang sekolah langsung ke rumah ya. Jangan mampir-mampir," ujar Ibu Chika, suaranya lembut tapi tegas.

"Iya, Ma. Aku kan mau cerita ke Kak Alzee tentang pertunjukan di sekolah," jawab Christy dengan antusias.

Alzee tersenyum. "Pertunjukan apa, nih? Pasti ada kejutan lagi, ya?"

Christy mengangguk cepat. "Nanti Kakak liat aja. Aku udah latihan lama buat ini."

Ibu Chika memperhatikan kedua anaknya, merasa ada kehangatan yang mulai tumbuh di tengah keluarga mereka. Meski kehilangan Freano masih menyisakan duka, ada perasaan baru yang mulai menyelimuti-sebuah harapan untuk memperbaiki segalanya.

---

Di Kampus: Langkah Baru Alzee

Setelah mengantar Christy ke sekolah, Alzee langsung menuju kampus. Hari itu, ia sudah berjanji untuk bertemu Marsya dan tim penyelenggara acara peringatan Freano.

Di ruang seni, Marsya duduk bersama beberapa mahasiswa lain, mendiskusikan evaluasi acara. Alzee masuk dengan langkah santai, membawa sebuah kotak kecil.

"Sorry telat. Gue harus nganter adik dulu," katanya sambil duduk.

Marsya menatap kotak yang dibawa Alzee. "Itu apa, Zee?"

"Ini... beberapa barang milik Freano. Gue pikir bisa kita simpen di ruang seni buat jadi kenangan," jawabnya sambil membuka kotak tersebut. Di dalamnya ada sketsa Freano, foto-foto, dan beberapa benda kecil seperti gantungan kunci favoritnya.

Semua orang memandang benda-benda itu dengan penuh haru. Salah satu mahasiswa berkata, "Freano bener-bener ninggalin banyak inspirasi, ya."

Marsya tersenyum kecil. "Dia nggak cuma ninggalin inspirasi. Dia ninggalin pelajaran buat kita semua-buat terus maju, meski dunia ini berat."

Alzee hanya mengangguk, merasa bahwa adiknya kini hidup melalui orang-orang yang mencintainya.

---

Di Sekolah Christy: Pertunjukan Istimewa

Siang itu, Christy berdiri di atas panggung kecil di aula sekolahnya. Ia mengenakan pakaian putih sederhana, bersiap untuk membacakan puisi yang ia tulis untuk Freano.

"Puisi ini aku persembahkan untuk kakakku, Freano Tamara Jayawardana," katanya dengan suara lantang namun lembut.

Christy mulai membaca puisinya. Setiap kata yang ia ucapkan mengalir dengan penuh emosi, membuat banyak orang di aula terdiam.

"Kakak, di mana pun kamu berada
Kami di sini, mengenang senyummu
Kamu pergi begitu cepat
Tapi cintamu tetap di hati kami..."

Saat ia selesai, seluruh aula bergemuruh dengan tepuk tangan. Ibu Chika yang duduk di kursi penonton menghapus air matanya. Ayah Aransyah menatap putrinya dengan bangga, sementara Alzee berdiri di belakang, merasa hati kecilnya tersentuh.

"Christy hebat banget," bisik Ibu Chika.

Ayah Aransyah mengangguk. "Dia belajar banyak dari Freano. Kita semua belajar."

---

Di Rumah Aldo: Meninggalkan Masa Lalu

Malam itu, Aldo mengundang Alzee dan teman-teman lainnya ke rumahnya. Mereka berkumpul di taman belakang, berbagi cerita tentang masa lalu.

"Gue masih inget banget waktu Fre ngajarin gue soal motor," kata Daniel sambil tertawa kecil. "Dia selalu bilang, 'Lo itu kebanyakan mikir, Dan. Kalau takut jatuh, lo nggak bakal bisa jalan.'"

Rasya menimpali, "Freano emang punya cara unik buat bikin lo ngerasa lebih kuat. Gue masih inget waktu dia bilang gue harus percaya diri buat ngomong di depan orang banyak."

Alzee yang mendengarkan hanya tersenyum. "Dia nggak cuma bikin lo semua jadi lebih kuat. Dia juga ngajarin gue buat nggak terus-terusan jadi kakak yang egois."

Semua terdiam, merasa bahwa Freano masih ada di antara mereka.

Aldo, yang biasanya ceria, tiba-tiba berkata, "Gue rasa, ini saatnya kita mulai hidup tanpa bayangan rasa bersalah. Fre pasti nggak mau kita terus-terusan ngerasa kehilangan."

Olla mengangguk setuju. "Kita jalan terus, tapi tetap bawa dia di hati kita."

---

Di Malam Hari: Percakapan di Taman

Di taman belakang rumah, Alzee duduk bersama Christy. Langit malam penuh bintang, mengingatkan mereka pada banyak momen bersama Freano.

"Kak, aku kangen Kak Freano," kata Christy pelan.

Alzee mengangguk. "Kakak juga, Christy. Tapi kita harus percaya, Freano ada di tempat yang lebih baik sekarang."

Christy menatap kakaknya. "Kak Freano bilang ke aku dulu, kalau aku harus terus tersenyum, meskipun aku sedih. Itu cara aku buat bikin dia bangga."

Alzee tersenyum kecil, merasa bahwa adiknya yang paling kecil ternyata punya kekuatan yang luar biasa.

"Kamu bener, Christy. Kita terus tersenyum, buat dia," balas Alzee.

Mereka berdua duduk dalam diam, menikmati keindahan malam sambil mengenang seseorang yang sangat mereka cintai.

---

bagaimana keluarga dan teman-teman Freano mulai menemukan kedamaian dalam kenangan. Meski kehilangan itu tak akan pernah hilang, mereka belajar bahwa cinta dan kenangan bisa menjadi kekuatan untuk terus melangkah. Freano mungkin sudah tiada, tapi semangatnya tetap hidup dalam hati mereka.

*****
Next chapter selanjutnya

PENYESALAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang