Part 15 🤍

16 1 0
                                        

Assalamualaikum haii
Gimana kabar kalian?
Semoga kita semua selalu sehat yah, aamiin 

"Jangan biarkan perpisahan menghentikan mu, melainkan dorong lah dirimu buat lebih maju"

******

Setelah acara perpisahan sekolah telah selesai kini Asha sudah berada di dalam kamar dan menap ke arah luar jendela kamarnya

Asha terus melihat ke arah luar jendela,dan tak terasa setetes air matanya mengalir dari pelupuk mata indahnya

Enta apa yang ada dalam pikirannya sehingga membuat air matanya berhasil lolos begitu saja

To tok tok "assalamualaikum Asha"

Asha belum menyadari kehadiran ayahnya yang memasuki kamarnya ,hingga ayahnya berdiri di sampingnya pun belum Asha sadari kehadirannya

Ayahnya yang melihat Asha melamun sambil menatap jendela membuat hatinya sedikit sedih, melihat putri satu-satunya yang selalu saja melamun

Apalagi semenjak mengetahui Dea sahabat satu-satunya itu akan pindah untk melanjutkan sekolah SMA nya di London

Kenyataan itu semakin membuat Asha tambah sedih, luka yang satu belum sembuh puli, kini di beri luka lagi

Tanpa aba-aba ayah Asha langsung menarik Asha ke dalam pelukannya"Asha, ayah mohon nak jangan sering melamun, tolong terima semua ini perlahan-lahan yah?"

Asha yang merasakan pelukan ayahnya pun langsung membalas pelukan hangatnya"Asha terlalu cengeng yah ayah?, sampai-sampai Asha sering nangis gini?"

Ayah Asha yang mendengar ucapan putrinya pun lantas menggelengkan kepalanya" engga , Asha engga cengeng kok, menangis setelah di tinggal itu wajar, yang gak wajar itu kalau kita terus berlarut-larut dalam kesedihan itu"

"Jadi ayah mohon yaa ,sama Asha buat belajar sedikit demi sedikit untuk mengikhlaskan ini semua"

Asha yang masih berada dalam pelukan ayahnya masih turus mengeluarkan air mata ,entah kenapa bagi Asha rasanya sangat sakit

"Asha pasti tau kan ,Surah Al Baqarah (2): 155-156 yang berbunyi*Dan sunggu, kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan , kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan . Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar"

Asha yang mendengar penuturan ayahnya langsung ber istigfar dalam hati ,mengingat bahwa dia terlalu berlebih dan terlalu berlarut larut dalam kesedihan
"Asha akan coba ayah,tapi perlahan"ucap Asha pada akhirnya

Ayahnya yang mendengar itu beralih melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Asha"ayah tau pasti Asha bisa ngelewatin ini semua"ucap ayahnya meyakinkan disertai dengan senyuman

"Seharusnya hari ini hari bahagia kamu ,karna kamu itu lulus dengan nilai yang sangat tinggi dan sudah membuat ayah sangat bangga padamu nak"

Asha yang mendengar penuturan ayahnya pun tersenyum, hatinya sedikit menghangat mendengar ucapan ayahnya

Ayahnya yang melihat Asha tersenyum pun juga ikut tersenyum "nah gitu dong,anak ayah lebih cantik kalo senyum gini, pasti bunda seneng deh liat putri kecilnya ini udah dapat juara sekolah"

*Tinung tinung

Asha yang menyadari suara bel yang berbunyi di rumahnya, menandakan bahwa rumahnya kedatangan tamu "ada tamu tuh ayah"

"Yaudah ayah ke bawa dulu yaa"

"Iyya, Asha juga mau beres-beres kamar"yah memang kamar Asha sedikit berantakan

"Yaudah nak ,ayah ke bawah dulu yah"

"Iyah ayah"

Asha menatap ayahnya yang sudah keluar dari kamarnya, Asha pun mulai membereskan beberapa sampah kertas bekas cakarannya, memang guys Asha belum sempat membersihkan kamarnya saat setelah ujian tapi kamarnya juga engga terlalu kotor ,cuman sedik bekas kertas kertas aja yang berserakan

Asha beralih mengambil tempat sampah untuk membuang sampah sampah yang berserakan lebih tepatnya berserakan di meja belajarnya aja sih heheh

Setelah di rasa cukup bersih kini Asha berjalan keluar dari kamarnya sambil membawa kantong keresek yang berisikan sampah, yah kalian pasti tau tujuan Asha mau ke mana

Saat menuruni anak tangga atensi Asha tertuju pada seseorang yang duduk bersama ayahnya di ruang tamu "perempuan itu sepertinya perna Asha liat deh, tapi di mana yah?"
Asha coba mengingat ingat apakah benar perna melihat perempuan itu

Setelah beberapa detik mengingat Asha menjentikkan jarinya pertanda bahwa sudah mengingatnya " oh iyyah itu kan perempuan yang pernah jalan bareng ayah, mana merah banget lagi"

Asha yang sukup penasaran apa yang sedang ayahnya obrolkan dengan perempuan itu

Asha tau menguping pembicaraan orang lain itu tidak baik, tetapi Asha juga sangat kepo, sebenarnya ada apa dengan ayahnya dan perempuan itu , jawaban ayahnya saat di rumah sakit itu kurang meyakinkan Asha,bukannya mau be soudzon tapi ,ayahnya terlihat begitu mesra pada saat itu

Dengan sangat perlahan Asha menuruni anak tangga dengan sangat pelan, berusaha agar tidak menimbulkan suara,

Saat sudah berhasil menuruni anak tangga tanpa Suara, Asha pun bersembunyi di balik tembok di dekat tangga

"Jadi gimana mas, kamu udah bilang sama Asha?" Tanya perempuan itu kepada ayah Asha

Asha terus menyaksikan dua orang itu yang berbicara "bilang apa?" Tanya Asha pada diri sendiri

Ayahnya tentu tidak menyadari kehadiran Asha yang berada di balik tembok "belum, aku takut Asha engga mau Nerima kamu"ucap ayah Asha dengan sedikit menunduk

Asha yang mendengar penuturan ayahnya mulai berpikir keras , bagaimana mungkin otaknya jadi bleng gini saat di butuhkan

"Oh Iyya kenapa kamu langsung ke rumah buat nemuin aku, kan kita bisa ketemu di kantor, nanti kalo Asha liat kamu gimana?"

Asha terus mencerna apa maksud dari perkataan ayahnya itu barusan, sehingga perempuan yang bersama ayahnya itu mengeluarkan suara yang membuat Asha terkejut

"Maaf mas ,tapi aku takut kalau Asha engga mau Nerima aku jadi ibu sambungnya"

*Deg

Asha yang mendengar itu mulai paham ternyata memang benar perempuan bersama Ayahnya dulu

*Flashback of*

**************

Segitu dulu aja yah ceritanya maaf kalau kurang nyambung soalnya baru belajar

⚠️ Warning typo bertebarannn maaff yah guys

Makasih banyak loh yang udah baca,lovv banyak banyakk🤍

Oke babayyy lanju di part berikutnya
Assalamualaikum!!!

My Journey Of Migration {on Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang