24. Wonhee Fact

270 35 9
                                    

Di ruangan yayasan

"Silyehada" ucap Gee Eon saat memasuki ruangan Wo Lim

"Nee? Gee-nim? Ada apa kemari?" Sapa Wo Lim mempersilahkan mereka duduk di sofa tamunya

"Aku ke sini mau meminta maaf atas semua kesalahan Rora, dan.. mau meminta keringanan supaya dia bisa kembali bersekolah" ucap Gee Eon

"Apa Rora sudah menyadari kesalahannya?" Tanya Wo Lim beralih melirik Rora yang hanya santai menyender di single sofa yang di sediakan

"Appa, kalau kita ke sini untuk memohon aku tidak mau" ucap Rora enggan menjawab pertanyaan Wo Lim

"Rora, kan ki--"

"Aniya appa, kalau untuk memohon aku tidak mau" kekeuh Rora

"Ya sudah, lebih baik kau ceritakan kejadian sebenarnya waktu itu" ucap Wo Lim

"Ani, aku sudah bosan menceritakan cerita payah itu. Ujung ujungnya kau akan mencari celah kesalahanku seperti waktu itu" ucap Rora memutar bola matanya malas

"Aku bingung harus mempercayai siapa Rora, dan waktu itu aku hanya mendengar cerita dari Wonhee dan Roha" ucap Wo Lim

"Percaya saja pada kedua putrimu itu" ucap Rora

"Rora" ucap Gee Eon mulai menegur Rora

"Iya appa, tapi aku tidak mau bersikap baik pada orang yang tidak bersikap baik padaku juga. Apa yang kau tanam, itu juga yang akan kau tuai. Biarkan aku memberi hasil panen begini untuk Wo Lim-nim. Dia juga tidak menghargaiku kemarin kemarin" ucap Rora

"Tapi kali ini aku benar benar mau mendengarmu" ucap Wo Lim

"Aniya. Kalau tidak bisa mencabut hukuman itu tidak usah, aku tidak memaksa" ucap Rora pergi keluar

"Rora ini benar benar keras kepala. Sekali lagi aku benar benar minta maaf" ucap Gee Eon

"Ya sudah lah, dia bisa bersekolah lagi besok. Suruh ia bawa surat peringatannya" ucap Wo Lim

"Eeuu.. dia membakarnya, hehe" cengir Wo Lim bingung harus berkata apa lagi tentang kelakuan putri bungsunya itu

"Ya ampun. Ya sudah, yang penting masuk saja besok" ucap Wo Lim

Di luar

"Menyebalkan sekali orang botak itu. Sok sok-an ingin tau, dan ujungnya pasti ia tidak percaya. Memang gila" umpat Rora menggumam sendiri dan memutar malas bola matanya

"Dia masih berani masuk sekolah?"

"Tidak tau malu ya sudah melukai anak baru, anaknya pemilik yayasan lagi"

"Dengar dengar beasiswa nya di cabut"

"Harusnya di keluarkan kalau begitu"

"Apa maksudmu berkata begitu?! Kau kira itu membuatku tertawa ha?!" Labrak Rora mencengkram pipi gadis itu

"A-aigoo, mianhae Rora, b-bukan itu maksudku"

"Berisik! Sampah sekali suaramu itu! Kalau tidak tau kejadiannya tidak usah menuduh seenaknya! Kau kira hidupmu sempurna?!" Ucap Rora melepas cekalannya dengan kencang

"Ya ampun, Rora, ada apa?" Tanya ketua kelas di kelas Asa yang melihat kejadian itu. Dan dia juga ketua organisasi siswa yang di segani banyak orang

"Mulut sampahnya menuduhku yang tidak jelas Unnie! Kalau kau tidak tau, lebih baik jaga ucapanmu! Aku juga tidak butuh beasiswa di sekolah ini!" Ucap Rora

"Sudah sudah, kau juga, kan lebih tua dari Rora, kenapa mengganggu adik kelasmu lebih dulu? Bagaimana jika kau yang ada di posisi Rora" ucap ketua kelas itu

New ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang