°°°
Setelah kegiatan sekolah dipulangkan lebih awal, Angkasa mengutarakan keinginannya pada Queenby yang ingin mengunjungi makam almarhum Bunda Khanza. Sejauh ini, hubungan keduanya memang sudah terbilang akrab dan juga dekat. Maka begitu tahu Bunda Khanza telah lama pergi, Angkasa pun cukup terkejut juga terpukul mendengarnya. Angkasa tahu pasti mengenai semua kebaikan Bunda Khanza, terlebih dia sendiri sudah menganggap beliau seperti Ibunya sendiri.
Rasanya sangat disayangkan, karena Angkasa tidak sempat meminta maaf, serta mengucapkan salam perpisahan dengan baik kepadanya.
Dan, untuk hari ini. Angkasa ingin menebus semuanya. Setelah cukup lama tidak bertemu, Angkasa tentu ingin mengucapkan banyak hal kepadanya.
Angkasa dan Queenby berjalan beriringan di area pemakaman, dengan satu bucket bunga di tangan mereka masing-masing. Yang dibawa Angkasa, tentu saja itu untuk bunda Khanza. Sementara untuk bucket bunga yang dibawa Queenby, itu pun dari Angkasa yang memang secara khusus diberikan juga kepada Queenby.
"Yang ini, makam almarhum Bunda."
Langkah mereka pun terhenti. Angkasa tersenyum samar, begitu matanya membaca nama di batu nisan tersebut.
"Bunda, ini Angkasa." ucap Angkasa yang kemudian langsung berjongkok di samping makam tersebut. "Udah lama ya, Bunda? Maafin Angkasa yang baru bisa ke sini sekarang, nemuin Bunda."
Queenby diam mendengarkan, membiarkan Angkasa mengeluarkan semuanya dengan leluasa agar bisa merasa lebih lega.
"Maafin Angkasa juga, yang udah bikin puteri cantik Bunda sedih, nangis, bahkan ngelewatin masa-masa sulit sendiri. Angkasa salah Bunda, Angkasa salah. Angkasa udah banyak nyakitin puteri cantik Bunda. Tapi di masa itu, karena terlalu baiknya dia, dia masih bisa senyum sama Angkasa, Bun. Bahkan, dia juga masih bisa peluk Angkasa, di momen Angkasa jatuh, di saat Angkasa sendiri ga tau lagi harus cerita sama siapa."
"Setelah apa yang terjadi, puteri cantik Bunda masih mau ngulurin tangannya buat Angkasa. Terkesan lucu emang, tapi karena ngerasa dia sebaik itu, Angkasa suka tiba-tiba mikir, puteri Bunda ini kayanya bukan manusia, ya? Hatinya lembut banget, Bun. Angkasa sendiri udah ga bisa ngitung, entah ke berapa kalinya Angkasa dibuat jatuh cinta sama dia, Bun." ungkap Angkasa tersenyum tipis, dengan tatapan lembut yang kini berganti mengarah kepada gadis cantik di sampingnya.
"Dan, di kesempatan ini, sebisa mungkin Angkasa ga akan ngecewain puteri cantik Bunda, termasuk juga Bunda. Angkasa bakal ngelakuin yang terbaik, buat nebus semua kebaikan Bunda juga."
"Pokonya Bunda ga perlu khawatir ya, di sini banyak yang sayang sama Queen, termasuk Angkasa yang bakal selalu jagain dia, selalu perhatiin dia, dan yang pasti bakal selalu ada buat dia."
Queenby ikut tersenyum tipis, sementara tangannya bergerak mengusap lembut punggung Angkasa.
"Selain itu, Angkasa bener-bener mau ngucapin banyak terima kasih ke Bunda. Semua perhatian Bunda, kasih sayang Bunda, nasehat Bunda, kebaikan Bunda, bakal selalu Angkasa inget sampai kapan pun. Terlebih, Angkasa juga mau berterima kasih, karena Bunda udah anggap Angkasa kaya anak sendiri. Kalau di inget-inget lagi, Angkasa bener-bener nikmatin momen itu, Bunda."
"Makasih banyak Bunda, makasih. Angkasa sayang sama Bunda."
Mendengar penuturan tersebut, Queenby terlihat memalingkan wajahnya ke arah lain, saat merasakan kedua matanya memanas. Meskipun bisa di katakan sudah ikhlas, namun jika berada di sini rasanya Queenby memang mudah sekali menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
أدب الهواةHati-hati dengan mereka yang tak pernah sesuai antara ucapan dan tindakan. Mungkin, itulah ungkapan perasaan yang kini dipegang teguh oleh sosok tampan, Angkasa Rafisqy. Melupakan seseorang yang kita sayangi, kita cintai, tentu bukan hal yang mudah...