38 - timeless

257 13 0
                                    

Dua bulan sebelumnya...
CGK, Indonesia

Langit cerah bandara di jam hampir tengah malam menjadi atap bagi keramaian yang penuh dengan kisah perpisahan dan awal perjalanan.

Adam dan Sara, berjalan bersisian menuju Terminal 3. Adam membawa koper Rimowa silver besar Sara dengan tangan kokoh, sementara tangan lainnya menenteng tas bawaan lain. Sara sendiri membawa dokumen perjalanan dalam map kulit.

"You sure you've got everything?" tanya Adam sambil sesekali melirik Sara yang sibuk mengecek boarding pass.

"Udah kok."

Beberapa hari belakangan, Adam kelihatan tenang namun pria itu sedikit rewel dengan apa saja yang kira-kira dibutuhkannya nanti. Entah itu dokumen sampai vitamin. Sara sendiri sudah prepare, namun Adam selalu bertanya untuk memastikan setiap hari, apa yang kurang? Padahal Sara bisa pakai apa saja yang ada di rumah orang tuanya sehingga ia tak terlalu banyak bawa barang.

Sara berdiri di sebelah Adam, dekat konter check-in. "Menurutmu, ini ide buruk? Ninggalin kamu?"

"Ide buruk. Siapa yang akan marah karena aku terlalu boros? Walaupun aku itu udah ngerti prinsip 50-30-20."—lima puluh persen untuk kebutuhan, tiga puluh untuk keinginan, dan dua puluh untuk tabungan atau investasi.

"Aku serius."

"Aku juga," jawab Adam sebelum merapikan sehelai rambut yang terlepas dari wajah Sara. "Jangan lupa aku rutin meeting sama konsultan keuangan keluarga. Banyak bicara tentang aset jangka panjang, redistribusi investasi, dan semua omong kosong tua itu."

Sara mendengus geli. Ah, sekarang rasanya Sara ingin manja-manjaan di sini. Ingin memeluk Adam dan mendusel ke dada bidangnya. Tapi, Sara sendiri benci perpisahan yang melankolis. Mereka juga pasti akan bertemu lagi. "FaceTime aku setiap ada waktu."

"Kan udah ada jadwal, Ra. Kapan coba?"

"Tiap aku bangun, dan tiap kamu mau tidur."

"Kesibukan kamu nanti banyak kan di sana? Fokus itu dulu."

"Tapi kurang. Aku pengen kantongin kamu aja."

"Doraemon?"

"I wish ada beneran dia. Apa aku teleportasi, ya? Kamu tahu, Apple punya sesuatu untuk teleport." Sara ingin menunda waktu check-in dulu. Ingin lebih banyak waktu bicara langsung dengan Adam. Apa saja. Asalkan bicara.

"Kamu mau tinggal dalam iCloud?"

"Nggak gitu juga."

"Dengar, kamu pergi ke sana karena kamu tahu ini langkah besar untuk kariermu. Kamu akan duduk di ruangan yang sama dengan tokoh hebat, diplomat, bahkan mungkin pangeran Eropa."

"Pangeran yang playboy?" Mata Sara berbinar.

"Asal jangan dekat-dekat sama pangeran playboy."

"Karena bakal jadi sugar baby nya yang terus diajak tinggal di Dubai? Kalau beneran ditawari tinggal di sana, aku bakal coba nolak deh. Walaupun mereka terkenal charming."

"Lama-lama kamu ngelantur." Adam hampir berbalik pergi, namun lengannya berhasil ditarik Sara yang jelas tengah menggodanya.

"Efek kita mau LDR waktu aku lagi bucin-bucinnya. Kenapa ini rasanya jauh lebih susah?"

"Karena sekarang kita tahu seberapa berharganya ini." Perlahan Adam menarik Sara ke pelukannya, erat tapi lembut, seolah takut akan pecah jika terlalu kuat.

Sara merasa tangisannya tertahan di tenggorokan. "Aku bakal kangen banget," suaranya mulai bergetar, lebih banyak dari yang diinginkannya.

Tangan Adam meraih wajah Sara."Call me as soon as you land," katanya dengan suara sedikit berat.

A Sweeter PlaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang