💮Jika ada kesalahan, mohon.. Tandai Typo ya, agar dapat segera di perbaiki💮
=========================================
Sebuah pemandangan alam terbuka yang luas di sertai beberapa rumah warga desa yang khas dan sawah di sekitarnya, menghiasi perjalanan Bulan dan Luminas ke toko tempat mereka bekerja.
Terkadan Bulan dan Luminas akan menumpang atau di beri tumpangan dalam perjalanan mereka menuju toko, walaupun toko tempat mereka berdua berbeda, namun arah tujuan tetap sama.
Sedangkan Ile dititipkan kepada tetangga Luminas yang membuka warung kelontong di desa itu.
Gaji dari hasil bekerja yang di dapat mereka berdua hanya pas-pasan. Walaupun begitu Bulan dan Luminas tetap berusaha untuk memasukan Ile ke Taman Kanak-kanak.
Luminas menatap Bulan yang asyik berceloteh, "Nanti aku akan mampir ke toko untuk membeli buku bergambar untuk Ile. Anak itu pasti akan senang" ujarnya dengan semangat.
Ia hanya tersenyum menanggapi kata-kata Bulan. "Kalau begitu aku yang akan menjemput Ile, bagaimana?" kata Luminas.
"Ok. Terima kasih kak Lu."
Saat ini, mereka hampir sampai pada jalan yang terbagi menjadi 4 bagian, yaitu 3 cabang.
Satu cabang mengarah pada bagian Barat dimana terdapat lahan yang sangat luas dan dikatakan lahan tersebut dimiliki oleh sebuah perusahaan besar.
Cabang bagian Selatan adalah arah menuju perkotaan. Dimana arah tersebut yang saat ini di tuju oleh Bulan dan Luminas yaitu menuju perkotaan. Di situlah kendaraan besar seperti truk dapat masuk.
Tatapan Bulan tertuju pada lahan yang begitu luas. "Kira-kira mereka akan menggunakannya untuk menanam apa ya?" karena semenjak Bulan menetap di desa ini, lahan tersebut bahkan belum di gunakan sama sekali.
Luminas pun ikut mengalihkan pandangannya, "Entahlah, yang terpenting tidak merusak pemandangan dan tidak mencemarkan penyakit bagi kita dan penduduk desa." ujarnya ketus.
Dan cabang terakhir yaitu Utara, tempat bagi beberapa penduduk lokal dengan jarak yang sangat jauh. Saat akan memasuki perkampungan akan ada sebuah Gapura yang menandakan pintu masuk atau gerbang menuju suatu kawasan.
Bagaimana dengan Timur?
Bagian Timur hanya jalan setapak menuju ke arah terdalam hutan yang telah memasuki perbatasan desa lain.
Bulan dan Luminas berhenti dari perjalanan saat keduanya mendengar sebuah suara mobil datang dari arah belakang mereka.
Keduanya berbalik dan tersenyum saat melihat paman Dias dan kakek Aidan datang mengendarai pick up.
"Selamat pagi kakek dan paman" sapa Bulan dan Luminas.
**
Mira melempar buku novel yang ia baca ke lantai. "Sulit di percaya" geramnya dengan nada rendah di ikuti gelengan kepala yang pelan.
Elio dan Bulan menoleh dan melihat hal tersebut. Mendengar apa yang telah di katakan Mira, walaupun suaranya tidak terlalu keras tetapi mereka tetap bisa mendengarnya.
Keduanya pun saling berpandangan dengan tanda tanya di kepala mereka hingga Mira pun menghampiri kedua sahabatnya. Jangan lupakan novel yang Mira injak. Membuat Bulan dan Elio meringis melihat novel mahal yang tidak memiliki salah itu.
'Perempuan benar-benar berbahaya' batin mereka berdua ketakutan.
Menarik salah satu kursi di depan meja Bulan lalu membaliknya agar dapat berhadapan dengan keduanya.
"Hal bagus bukan aku mendapat juara pertama. Apa bagusnya cerita, sangat tidak masuk akal." Mira mendengus dengan kesal saat telah selesai membaca novel yang sedang di perbincangkan para remaja dan laris sekarang.
Bahkan Bulan pun ikut di berikan novel tersebut, walaupun belum sempat ia baca karena lupa.
Elio hanya memperhatikan Mira dan mencoba mengingat-ingat novel itu. Karena koleksi novel Elio yang sangat sedikit.
Elio memejamkan matanya, "Kalau milikku jangn di tanya.." ujarnya tenang dan masih memejamkan mata, membuat Bulan dan Mira menoleh padanya untuk menanti kalimat Elio.
Hingga Elio membuka kedua matanya, "Mungkin sudah menjadi abu" nadanya terlihat sangat lega begitu pula dengan wajahnya yang tak berdosa.
Elio berdiri sambil menggebrak meja Bulan dengan keras hingga membuat sang empu dan Mira terkejut dibuatnya. Di tambah lagi satu kaki Elio yang naik ke kursi seperti halnya pereman jalanan ingin memalak.
"Ending-nya saja seperti itu, tentu saja ku lempar ke dalam perapian. Untuk apa menyimpannya di perpustakaan pribadi ku, itu namanya tidak berperiNovelan. Apa itu ML ML? Pria letoy seperti itu tidak pantas menuju ke langit. Apa itu Ekstra Chp jika ceritanya saja tidak ada penyesalan sama sekali dari kedua belah pihak, dasar" bahkan nafas Elio terengah-engah seperti telah melakukan lari maraton karena berkomentar sangat menggebu-gebu.
Ia tidak meluapkan kekesalannya di mansion dan syukurlah saat ini sudah lewat jam pulang sekolah, sehingga hanya ada beberapa murid saja di dalam kelas.
Walaupun mereka bertiga menjadi sorotan, terutama Elio. Mira bangkit dari kursi yang ia tempati, "Seharusnya aku tidak perlu menahan diri dalam pembuatan novel ku kali ini" dengusnya sebal.
"Kenapa pria itu harus di pringkat 2. Apa tadi judul nya... Eee.. Avatar The Orcestra : The Doll and The Tianglong, nama judulnya saja jelek. Menyebalkan sekali, benar bukan Brader?" ucapnya dengan mata berkobar membara pada Elio yang di balas anggukan oleh si empu.
Keduanya menyatukan tangan (seperti adu panco) di udara. "Lihat saja pada perlombaan berikutnya. Akan ku buat cerita bagi para pembaca hingga menjadi gempar dengan cerita yang akan ku buat" dengan tekatnya telah bulat. "Aku di belakangmu kawan" sambung Elio membuat keduanya melupakan etiket bahkan tata krama yang telah mereka pelajari sedari kecil dan membuat Bulan hanya dapat tersenyum saja mengamati tingkah temannya.
"Lan!" panggil salah satu teman dari anggota ekstrakurikuler sehingga Bulan telah kembali sadar dari lamunannya.
Membenarkan letak kacamata yang sedikit turun, lalu bangkit dari kursinya. Bulan memandang sejenak kedua temannya, "Aku harus pergi lebih dulu dan maaf karena nanti ada beberapa hal yang harus ku urus, jadi kalian tidak perlu menunggu ku" sedikit merasa bersalah karena keduanya seperti menemaninya.
Sebenarnya di sini Bulan dan Elio lah yang tengah menunggu Mira menyelesaikan bacaan novel itu. Namun Bulan sepertinya salah paham.
Mira mingibaskan tangannya santai, "Tidak masalah" dengan Elio yang hanya menganggukan kepala tanda setuju. "Bukankah sejak tadi kita hanya menjadi babu Mira" kata Elio tanpa sadar.
Membuat mata Bulan melotot karena terkejut dan Mira yang tersenyum paksa hingga mengepalkan tangannya.
T. B. C
:::::
Huhu.. Sebenarnya ini blm T.B.C tp krn word nya di batasi jd cuma bisa sampai sini. Aslinya masih ada banyak. Tp ini lah takdir bagi cerita yg To Be Continued nya nggak nyambung. Mohon maaf ya semua nya.
Nana juga nggak mau ini kepotong, tp ya gimana lagi.
Atau emang bisa di atur biar word nya bisa sampai banyak?🎆🎇Selamat Tahun Baru Readers semuanya. Mari kita awali Tahun Baru ini dengan sejuta pahala, sejuta derajat serta dosa kecil kita. Aamiin.
💮Jangan lupa VOTE, Komen dan jika berkenan silahkan follow Nana. 💮
See You.

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Bumi dan Bulan
Romance⚠️Cerita ini berkisah tentang DUA PRIA yang saling mencintai. Harap bijak dalam memilih sebuah cerita dan perhatikan judul cerita terlebih dahulu⚠️ Sinopsis Berkisah antara dua pria yang terlahir di takdirkan untuk bersama. Namun bisakah keduanya b...