#12 MICHAEL, WHO ELSE?

41 5 3
                                    

E X A C T ~ #12 MICHAEL, WHO ELSE?

=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=

"Si Nessa itu kenapa ya bunuh diri? Tapi, sekolah nutup-nutupin tuh. Cuma anak-anak yang nyelametin dia aja yang tau. Itu juga disuruh tutup mulut. Ancemannya gede kalo ngomong," sahut Arya, teman Michael yang duduk di depan mejanya.

"Malu kali." Raka menambahi.
"Eh, tapi tuh cewek lama-lama rontok juga heh," wajahnya tampak makin serius, membuat yang lain malah ngakak daripada prihatin.

"Rontok bulunya?" celetuk Ray seenak udel. Raka mengepalkan tangannya, gusar.

"BUKAN, TULIL! Hayahh, maksud gue, akhirnya dia absen juga dari sekolah, padahal dulu kan dia masuk terus meskipun abis bunuh diri," kata Raka berapi-api. "Bayangin, si Nessa nggak masuk! MURI, men! MURI"

Michael terbelalak selama beberapa detik, terdiam. Dia memang tidak melihat keberadaan Nessa. Apa gara-gara gue kemaren...nyemprot dia? batin Michael, menerawang heran. Namun cepat-cepat ia menyeletuk, "Alaah!"

=========
E X A C T
=========

Michael memutuskan untuk ke rumah Nessa. Ia hanya bisa mondar-mandir linglung di sekitar rumah itu. Tidak bisa masuk! Rekornya menghangatkan hati, 3 kali mencet bel, 3 kali di usir. Baru ia menyadari, ternyata papan di sana tidak bohong. Papan yang menempel di pintu gerbang rumah Nessa, dengan tulisan: "Awas! Pemilik lebih galak dari anjingnya!" ternyata memang tepat.

Tadinya Michael meremehkan tulisan tersebut, tapi ia baru sadar mengapa papan itu bisa terpasang.

Jangan Nessa, pembantu Nessa saja EKSTRAJUMBO galak. Michael benar-benar tidak bisa masuk. Katanya, Nessa tidak mau bertemu dengannya; walau tentu saja Michael tidak menyerah. Harus masuk. HARUS MASUK.

"Errh..." Ia memutar otak. Terpikir untuk masuk diam-diam. Tapi, lewat mana? Diputarnya pandangannya ke sekeliling. Pagar rumah Nessa cukup tinggi, dan memang ada ujung runcingnya.

Alaah, no problem. Gue udah ahli kabur lewat ginian.

Ia langsung memegang erat tasnya dan mencoba memanjat pagar.

BUG!

Michael akhirnya bisa mendarat juga di rumah Nessa, walau dengan posisi yang jauh dari sesuatu yang enak. Dia jatuh non-mulus dari sana dan mendarat di rerumputan yang terhitung rada kotor itu.

"Emh...," erangnya kesakitan, sambil membetulkan posisi tubuhnya.

Michael terduduk dengan pinggang sakit, terancam encok. Lalu, ditepuk-tepuknya kemeja putihnya.

Kenapa gue mesti kayak gini banget sih buat satu CEWEK??! Argh! batinnya, sambil menatapi keseluruhan sudut tempat yang baru saja ia pijak tersebut. Akhirnya, sampai juga ia di rumah Nessa. Tinggal jalan sedikit lagi ke dalam. Tapi rumah ini tampak lenggang, apakah Nessa ada?

"NGAPAIN LAGI KESINI? GUE PIKIR SEMUANYA UDAH SELESAI YA? NGGAK LIAT NIH? NIH?! LIAT TANGAN GUE!"

Michael terperanjat mendengar suara itu. Nessa. Terdengar marah sekali. Arahnya dari lantai satu. Ia menyipitkan matanya, mencoba mendengar kata-kata Nessa dengan lebih jelas.

"NESS! BUKANNYA KITA HARI INI BAKAL KESANA?" teriak suara lain.

"KE SANA? BAHKAN ORANG ITU NGGAK TAU KITA ADA!"

"TAPI DIAM SEPERTI KAMU BEGITU JUGA SALAH, TAU!!"

"AARGH, BISA GILA GUE KALAU BEGINI TERUS!!! PADAHAL INI SEMUA CUMA KARENA KALIAN, YANG NOTABENE GUE SEKARANG TAU, DARI DULU CUMA MANFAATIN GUE!!!"

EXACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang