#12A MICHAEL GOT IT

29 4 0
                                    

E X A C T ~ #12A MICHAEL GOT IT

=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=

"Gue suka musik, gue suka lagu, gue suka apapun yang nggak bisa dibeli. Terus, gue suka susu cokelat. Kalo suntuk, suka banget gue minum itu. Rasanya ampas otak jatuh semua ke susu itu," cowok urakan itu tergelak. "Cewek, gue suka... Mobil, gue suka... Tapi nggak gue dalami ya. Bisa dibayar semua sih. Ah ya! Gue juga suka film! Apalagi Elephant! Pernah nonton? Gus Van Sant? Line terakhirnya gila tuh!"

"Ya, pernah," jawab Nessa mantap. Itu juga sebenarnya salah satu film favoritnya, tapi ia enggan untuk membicarakan. "Hmm... Lo.. suka susu cokelat?"

"Ya. AH! GUE TAU! FAVORIT LO PASTI JAKET! Hahaha..," Michael menepuk bahu Nessa keras--tertawa seperti anak kecil.

Ya Tuhan, cowok ini... Nessa tertegun, terpesona pada derai polos tersebut. Michael secara tiba-tiba begitu berbeda dengan kemarin. Seakan yang ini adalah jiwa hasil rotasinya, semacam Michael aksen. Michael dalam versi yang lebih menyenangkan. Sesaat Nessa terhanyut.

Eh? Gadis itu tersadar dari hipnotis sesaat ini. Segera ia lenyapkan nafsu kotor tadi. Bayangan teman-temannya langsung mencengkeram otaknya, seperti hari-hari lain. Dia seharusnya nggak disini... Dia seharusnya pergi... Pergi...

"Hehehe.. Eh..heh... Omongan kita mulai nggak bener, huh? Kenapa gue meracau deket lo?" Michael bergumam. Bener-bener nggak bermutu. Bener-bener kayak kalau gue ngomong sama Iris.

"Entahlah. Poin dari bertamu memang katanya bicara hal-hal yang nggal penting," tiba-tiba Nessa kembali ke raut juteknya. Raut yang menurut Michael menonjolkan karakternya yang lebih tegas dan cerdas dari siapapun yang Michael temui.

Gue nggak bisa ngebiarin cowok ini ngedeketin gue lebih jauh lagi... NGGAK BOLEH.., Hati Nessa memekik.

"Ada apa sih dengan lo dan poin? Hobi?" kata Michael terkekeh.

"Bukan apa-apa," Nessa malah menghembuskan napas keras, lalu mengernyit. "Memangnya kenapa?"

Michael mengangkat bahu. "Nggak. Cuma pengen ngeliat lo marah aja," jawabnya.

Keduanya bertatapan, dan Michael tahu ia sukses menggunakan keahliannya untuk memperpanas suasana.

Nessa memalingkan wajah dari Michael. "Lo tau pikiran gue?" tanya Nessa kemudian, menyilangkan tangannya. Pandangannya fokus pada hujan yang jatuh di sebuah jendela rumah.

"Nggak," jawab Michael cuek. Gue mungkin nggak bakalan pernah peduli semua itu. Gue pengen bareng lo disini karena lo Iris. Karena gue menganggap lo seperti itu. Peduli apa tentang masa lalu lo atay apa pun itu. Cuma Iris, dan...that's it. Nggak ada intens-intensan. Gue pikir lo juga cukup cerdas buar ngertiin itu. Ngerti orang kayak apa gue ini.

"Kenapa lo kesini?" tanya Nessa. "Apa ada yang mau lo omongin, El? Itu aja yang gue pikirin dari tadi. JAWAB YANG JELAS YAAA..," katanya dengan nada dibuat-buat, menunjukkan terang-terangan ketidaksukaannya pada Michael.

DIA HARUS CEPET-CEPET PERGI.

"Oh itu? Hahaha..," Michael menggaruk-garuk kepala mengikis kegrogian. "Ya, gue.. Gue kesini hanya berkunjung, Ness. Berwisata." Michael tertawa.

"Berhenti ketawa, berhenti bercanda," gerutu Nessa. "Apa segitu susahnya buat lo berbuat jujur?"

Michael tidak tahu apakah Nessa tahu efek lain dari kata-katanya tersebut atau tidak, namun jelas Michael cukup tersundut oleh kata-kata tesebut. Senyum hilang dari bibirnya. Ia menarik napas panjang seakan-akan napas adalah tombol on/off-nya untuk pergantian kepribadian. Menarik, dia tau gue hobi nusuk, Michael terbahak-bahak dalam hati.

EXACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang