E X A C T ~ #15 DARK SIDE
=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=•=
Setelah Nessa menerima telepon dari ibunya Stella yang memberitahu kalau Stella bunuh diri, Michael bergegas melangkahkan kakinya melalui lantai-lantai yang dingin, menuju dapur, dan berhenti di samping gadis itu.
"Udahlah...," katanya, ikut berjongkok bersama Nessa. "Nggak tega gue ngeliat lo nangis bawang kayak gitu. Jelek, tau." Michael memukul Nessa pelan memakai kepalan tangannya. "Gue, udah berantem ama orang, dikhianatin, nggak nangis tuh."
Nessa tidak menanggapi kata-kata Michael tersebut. "Temen gue bunuh diri," cetus Nessa membeberkan hal yang berkecamuk di hatinya. Mengalirkan segalanya pada pemuda yang entah kenapa akhir-akhir ini begitu masuk dalam hidupnya.
"Daaan..," Michael mendengarkan dengan gaya teatrikalnya.
"Gue ngerasa nggak aman aja. Gue ngerasa gue pun seharusnya kayak gitu." Mulut Nessa bergetar saat ia berbicara. "Gue itu... gue nggak pantes hura-hura kayak gini. Gue mesti bunuh diri lagi. Gue nggak boleh selamat. Gue..." Ia tertunduk.
Jangan nangis, Ris...
Michael melenguh. Senyap lagi. Suara tangis Nessa membahana membuat Michael implus merangkul gadis itu dan berkata spontan, "Aaah... Nontoh Spongebob di TV aja yuk. Udah maen tuh kayaknya jam segini," kata Michael lagi, berusaha terdengar bersemangat. "Patrick nungguin lo, Ness."
"Hehehe..." Tiba-tiba Nessa mengangkat wajahnya, terkekeh diantara tangisnya. Wajahnya jadi tampak aneh, tertawa, tapi dengan wajah yang jelas merah. Michael tidak mampu menahan senyumnya.
"Nah, begitu aja terus. Culun banget lo jadi cewek," cela Michael, geleng-geleng bingung. Nessa balas memukul kepala Michael. Mereka tertawa.
Aneh, gue kok ngerasa nyaman gini sama nih cewek, batin Michael dalam keheningan yang tiba-tiba menghampiri mereka. Kok jadi akrab gini sih? Michael garuk-garuk kepala, sementara Nessa tetap berjongkok sambil mentapinya teduh.
Mata teduh itu. Senyum tulus itu. Derai tawa itu. Ya ampun..., Michael bergumam takjub dalam hati. Nessa akhirnya menunjukkan form Iris yang sesungguh-sungguhnya. Akhirnya imaji terakhir yang Michael ingat tentang Iris, dapat ia lihat lagi secara sempurna di dunia nyata. Michael terpana, merasakan dunia di sekelilingnya memutar arah rotasi.
Iris...
Nama itu kini menghasilkan efek dua kali lipat lebih dahsyat dari keadaan biasa. Michael baru menyadari betapa besar kepedihan dan kesedihan yang ia pendam sejak tadi. Betapa ia kehilangan Iris. Bahwa kata-kata dari film Eternal Sunshine of The Spotless Mind adalah benar... Bahwa, you can erase someone from your heart. But to erase it from your mind is another story.
"El," panggil Nessa tiba-tiba, membuat Michael kembali ke dunia nyata. Michael mengangguk lesu tanda mendengarkan. Nessa tersenyum aneh. "Apa lo sering mimpi buruk?" tanyanya pelan.
"Hah?" Michael terperangah. Nah loh. Mampus aja. "Dari mana lo ngambil kesimpulan seperti itu?"
"Lo kehabisan napas pas tadi siang tidur di sofa," ujar Nessa, menyilangkan tangannya. "Gue rasa itu masalah psikologis, bukan kesehatan. Gue pikir lo mimpi buruk."
Michael menggaruk kepalanya. "Ah, ya," jawabnya."Gue... gue kadang-kadang emang suka mimpi buruk. Tapi, gue rasa semua orang pernah mimpi buruk, kan?"
"Sayang," Nessa mendengus, "padahal gue mimpi buruk hampir tiap malam."
Eh?
"Mimpi buruk. Dan nggak ada siapa-siapa di samping gue pas gue bangun," kata gadis itu menerawang. Lalu, ia menoleh pada Michael. "Lo pernah ngalamin seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXACT
Teen FictionKarena gue selalu senang terlihat bahagia. just it. -Michael Kesalahan yang fatal, mengubah hidup seseorang, mungkin dua orang. -Nessa © Copyright 2015 by Furryse (All Rights Reserved)