Day 9Jevano melangkahkan kakinya dengan enggan menuju cafe baru di dekat fakultasnya, teman-temannya tengah menunggunya disana.
Cafe baru ini sangat populer, tidak hanya untuk mahasiswa teknik, namun mahasiswa dari jurusan lainnya pun berkunjung ke cafe itu yang memang instagramable.
Kring!
Lonceng itu berbunyi ketika Jevano membuka pintunya. Tempat itu cukup ramai dengan mahasiswa yang baru menyelesaikan kelas mereka.
Di tengah keramaian, Jevano mencoba untuk mencari teman-temannya. Jika bukan karena Mirza yang memaksanya untuk ikut, Jevano tidak akan datang.
Mood-nya sekarang sedang tidak dalam kondisi yang baik. Setelah ditolak secara tidak langsung oleh Diandra kemarin, pikiran dan hatinya benar-benar tak bisa lepas dari gadis itu.
"Jepaaaaa!"
Suara menggelegar milik Bima membuat Jevano akhirnya menemukan keberadaan teman-temannya. Ia menghampiri meja tersebut kemudian mengambil tempat duduk di samping Mirza.
"Lo lama banget perasaan, emangnya kelas lo di kutub Utara apa," keluh Bima.
"Bacot lo, kalo Mirza nggak maksa gue buat dateng kesini juga gue gak bakalan dateng," sahut Jevano.
Bima cemberut, padahal dia hanya bercanda. Apa mood Jevano seburuk itu. Memang sebelumnya Mirza sudah mengingatkannya untuk tidak mengusik Jevano hari ini. Ternyata Mirza benar, Jevano seperti binatang buas sekarang.
"Jangan galak banget napa Van, lagian kita kan udah lama nggak kumpul," ucap Yudha.
"Tauu tuh!!!" seru Bima merasa ada yang membelanya. Namun detik berikutnya kembali terdiam dan bersembunyi di balik bahu Yudha ketika Jevano menatapnya tajam.
"Lo pada sih sibuk mulu," ucap Mirza.
"Mana ada ya anjeng! Lo berdua kali yang sibuk, kita mah enggak ya Bim," ucap Yudha.
Bima mengangguk semangat mengiyakan. "Kita adalah mahasiswa tersantuy di kampus ini," ucap Bima membanggakan hal yang tidak seharusnya dibanggakan.
"Gak heran sih soalnya ipk lo miris banget," ucap Mirza menohok tepat ke ulu hati Bima.
"Tajem banget buset itu mulut apa samurai. Tergores ini hati gua," ucap Bima penuh drama.
"Besok main futsal bareng gimana?" tawar Yudha pada teman-temannya.
"Ayok lah, entar gue ajakin anak-anak yang lain buat sparing," kata Bima.
"Ngikut aja gue, besok juga kosong," sahut Mirza.
Ketiganya mulai menatap Jevano yang sedari tadi diam sembari menyesap americano miliknya. Sadar ditatap, Jevano pun mengangguk pelan sebagai jawaban. Tidak ingin merespon lebih karena ia pun tidak tertarik masuk ke dalam pembicaraan teman-temannya.
"Singkat banget buset!" keluh Bima.
"Diem mulu lo Van, sariawan?" cetus Yudha.
"Jangan digangguin, tuh anak lagi mode senggol bacok," ucap Mirza yang memang mengetahui mengapa sahabatnya bersikap seperti itu.
Bima dan Yudha saling bertukar pandang, namun memilih untuk mendengarkan perkataan Mirza dan kembali mengobrol seperti biasa.
Sementara Jevano memilih untuk menghiraukan ucapan teman-temannya. Ia hanya sibuk dengan ponselnya ketika ketiga temannya itu bercengkrama. Menatap ke satu nama di kontak ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra : 14 Days Chasing Love
Teen FictionJevano Agra Prasetya mendapatkan tantangan dari temannya untuk membuat Diandra Aqilla Putri, seorang mahasiswi yang populer di fakultas Desain ini Jatuh cinta padanya dalam kurun waktu 14 hari. Jevano sangat percaya diri karena seumur hidupnya tak...