[08] : Who can guard and who can hurt

703 157 63
                                    

Jevano menghentikan motornya di depan kediaman Diandra. Jevano tahu bahwa gadis itu tidak akan mau menemuinya, jadi Jevano yang akan menjemputnya sendiri. Lagi pula Jevano cukup penasaran dengan lelaki yang bersama dengan Diandra di taman itu.

Jevano melepaskan helm fullface-nya, kemudian turun dari motor miliknya lalu mengeluarkan handphonenya. Lelaki ini berniat untuk kembali menghubungi Diandra, memberitahu gadis itu keberadaannya.

Suara deringan mulai berhenti dan berganti dengan suara khas milik Diandra yang sepertinya akan memarahinya.

"Kamu ini kenapa-"

"Gue di depan rumah lo, keluar gih, " ucap Jevano tak menghiraukan respon Diandra di sebrang sana.

"Kamu kenapa keras kepala sekali, saya tidak mau menemui kamu, sekarang kamu pu-"

"Kalo dalem waktu 5 menit nggak keluar juga, gue yang masuk entar, " ucap Jevano memotong ucapan Diandra yang tampak protes dengan apa yang telah ia lakukan.

Setelah Jevano mengatakan hal itu, panggilan teleponnya segera di matikan oleh Diandra. Namun, bukannya merasa kesal, Jevano justru menyunggingkan senyuman.

Jevano yakin Diandra akan segera menemuinya.

Dan benar saja, tak lama gadis itu benar-benar menemui Jevano. Diandra menutup gerbang rumahnya lalu mendekati Jevano.

"Kamu ngapain kesini malem-malem? Kamu ini tidak punya pekerjaan? Kamu mahasiswa bukan sih?! Saya juga sudah bilang kalau saya tidak mau bertemu kamu! Kamu ini kenapa selalu bersikap seenaknya?!"

Omelan itu Diandra berikan pada Jevano yang tentunya tidak akan mendengarkan barang satu kata pun.

"Udah ngomelin gue nya? " tanya Jevano.

Diandra terdiam, gadis itu menatap Jevano dengan kesal sembari bersedekap dada. Jevano kembali tersenyum kemudian mulai mengeluarkan tiket bioskop dari dalam sakunya. Ia menunjukkan tiket itu pada Diandra. Gadis itu hanya menatap Jevano dengan bingung.

"Gue kemaren udah beli tiket nonton, kalo kita pergi sekarang masih sempet. Gue serius pengen ngajakin lo ngedate hari ini, gue udah nyiapin semuanya asal lo tau. Tapi situasi kayaknya nggak berpihak sama gue. Gue bukan cowok yang nggak bisa pegang janjinya kayak yang lo bilang, gue serius sama lo ra," jelas Jevano.

Diandra hanya terdiam. Entah mengapa sedikit tertegun dengan perkataan Jevano. Diandra mencoba menatap kedalam manik Jevano, mencoba mencari kebohongan yang lelaki itu lakukan, namun sayangnya Diandra tidak menemukannya. Jevano benar-benar serius dengan apa yang ia ucapkan.

"Gue minta maaf karena udah ingkar janji sama lo, tapi gue punya alasan untuk itu. Gue lupa kalo hari ini jadwal kuliah gue padet banget dan waktu gue mau nemuin lo di taman, gue harus jadi asisten dosen. Dan bodohnya Gue bener-bener lupa buat ngabarin lo, sorry gue nggak maksud bikin Lo kecewa atau apapun, " jelas Jevano.

Jevano sedikit tersentak dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Kenapa dirinya repot-repot untuk menjelaskan keadaannya? Ini benar-benar bukan dirinya. Jevano merasa menjadi orang bodoh sekarang. Dirinya tak lebih dari seorang lelaki lembek yang mengharapkan belas kasihan seseorang. Dirinya sekarang nampak seperti tengah membujuk kekasihnya yang tengah marah. Ya, situasi yang tampak sama.

Apa mereka sepasang kekasih? Tentu saja bukan.

Tapi mengapa Jevano bertindak sejauh ini untuk mendapatkan maaf dan kepercayaan Diandra kembali. Meskipun Jevano tahu bahwa bukan dirinya yang membuat Diandra menangis, tapi orang lain. Jevano bahkan tak yakin apa hubungan lelaki itu dengan Diandra hingga Diandra harus menangis karenanya.

Diandra : 14 Days Chasing Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang