Bab 2 : The Funeral Day

9K 369 6
                                    

Bab II The Funeral Day
--------------------------
Pukul 03:30 AM
Subuh itu, suhu mencapai -2 derajat celcius, kegelapan masih mewarnai langit dikala itu. Salju mulai berjatuhan menghiasi bunga dan lampu-lampu taman yang masih menyala di tepi jalan menuju bandara. Terlihat Raisa berjalan seorang diri menarik kopernya di atas tumpukan salju yang masih lembut. Dengan memakai jacket hangat tebal dengan leher berbulu, Raisa tidak lagi merasakan dinginnya suhu saat itu, sepatu boot dan topi polos serta penutup telinga yang terlihat seperti earphone menambah kesan maskulin. Namun hatinya masih tetap tidak hangat, air matanya masih mengalir perlahan-lahan, jatuh diatas jalan dan beku.
"There is someone
Walking behind you
Turn around!
Look at me!
Watching your footsteps
Turn around!"
Langkah Raisa terhenti mendengar sebuah bait lagu yang dinyanyikan merdu oleh sesorang yang sedang berjalan di belakangnya.
"Apa aku mengejutkanmu?"
Tanpa berpikir Raisa berbalik dan.....
"Revil?" Tanyanya dengan suara gemetar yang dihiasi uap dingin sembari melepaskan genggaman kopernya
"Apa yang sedang kau lakukan di cuaca sedingin ini?"
"Aku mau ke bandara, hari ini aku akan melihat nenekku untuk terakhir kalinya!" jawabnya dengan tegar namun masih meneteskan air mata
Dalam beberapa saat Revil hanya terdiam mendengar jawaban dari Raisa. Ia kemudian berjalan mendekati Raisa dan memeluk tubuhnya. Tangan kirinya memegang punggung dan tangan kanannya mengusap-ngusap kepala belakang Raisa.
Raisa kembali dikejutkan dengan aksi spontan Revil namun kali ini, ia seakan pasrah dan ingin segera menyudahi kesedihannya itu. Dengan kepala tertunduk di dada Revil, Raisa mengucapkan hal yang sangat tidak masuk akal.
"Apa kau bisa menghidupkan kembali nenekku?"
Kembali untuk beberapa saat Revil hanya terdiam dan kali ini ia melepaskan pelukannya dan menggenggam kedua lengan Rassa.
"Aku bukan Tuhan, Raisa!" Jawabnya
"Lalu kenapa kau bisa menghidupkanku?" Lanjut Raisa dengan air mata yang kini bercucuran
"Kau belum mati waktu itu! Aku hanya membangunkamu dari keadaan kritismu. Itu saja!" Jawabnya kembali yang langsung diakhiri oleh pernyataan emosional Raisa
"Kalau begitu ambil saja nyawaku! Bukankah Drakula selalu melakukan hal seperti itu?" Tantangnya sinis
Keheningan yang kali ini cukup panjang membuat keadaan di cuaca yang dingin itupun menjadi semakin tegang. Revil melepaskan kedua genggamannya.
"Maafkan aku!" Dengan kepala tertunduk, Raisa mengucapkan 2 patah kata yang menurutnya merupakan bentuk penyesalan terhadap kata-kata sebelumnya
Raisa segera berbalik, kali ini ia mengambil kembali kopernya dan berjalan dengan cepat meninggalkan Revil.
Revil hanya terdiam melihat Raisa yang mulai berjalan menjauhinya di tengah badai salju yang mulai memburuk.
Dengan air mata yang masih berjatuhan, Raisa terus berjalan dengan cepat menuju bandara yang kini tinggal beberapa langkah, namun langkahnya kembali terhenti dan dengan rasa menyesal, kali ini membalikan separuh badannya ke belakang tapi ia tidak lagi mendapati keberadaan Revil di tengah badai salju. Ia meletakkan kembali kopernya di atas jalan dan berlari mencari Revil.
Brrrruuuukkkk.....
Ia terjatuh di atas jalan yang licin, tergeletak pasrah melihat derasnya salju yang turun. Pemandangan mencengangkan terlihat dari atas, terlihat salju yang berada di sekitar kepalanya berubah menjadi merah.
Darah?
Samar-samar, ia melihat seseorang seperti malaikat datang mengangkat tubuhnya dan menerbangkannya, tinggi ke atas sambil menutup luka di kepala bagian belakangnya. Kali ini ia hanya dapat melihat awan yang seakan-akan dapat dipegang olehnya, yang menjatuhkan butir-butir salju putih.
"Apakah ini surga?" Tanyanya dalam hati
"Tapi mengapa surga begitu gelap?" Lanjutnya
"Apa yang harus kulakukan?" Kali ini ia bertanya pada malaikat tersebut
"Tutuplah matamu sebentar!" Jawab malaikat itu
Ia pun menuruti perkataan sosok seperti malaikat itu dan tertidur pulas di dalam pelukan malaikat tersebut.
Pukul 05:00
Raisa tersadar diatas sebuah tempat tidur, ia membuka matanya perlahan-lahan dan kini ia hanya melihat langit-langit bergambar malaikat-malaikat yang sedang bermain harpa. Ia menemukan kopernya di sisi lain, dia segera beranjak dari tempat tidur tersebut dan memeriksa, ternyata kini ia telah kembali ke kamarnya.
Dari jendela ia melihat tumpukan salju yang semakin menebal diiringi badai salju yang semakin memburuk. Ia melihat ke arah jam yang saat itu menunjukan pukul 05:03
Ia segera mengambil kopernya dan berjalan turun-menuruni tangga.
"Raisa?" Tanya Revil yang sudah menunggunya di balik tangga
"Revil?" Tanyanya gugup
"Apa kau yang mengembalikanku ke kamarku?" Lanjutnya
"Iya. Apa darahmu sudah berhenti?" Tanya Revil khawatir
"Darah?" Raisa gugup seraya memegang belakang kepalanya
"Iya, darah di belakang kepalaku sudah berhenti, aku harus segera ke bandara sekarang, sudah tidak ada waktu. Pesawatnya akan segera berangkat."
"Tidak ada penerbangan hari ini, bandara telah ditutup karena badai salju." Jawabnya yang membuat Raisa semakin sedih
"Tapi hari ini nenekku akan segera dikremasi. Aku harus melihatnya sebelum itu!" Nampak kecewa diwajahnya
"Aku bisa mengantarmu kesana."
"Bagaimana?" Tanyanya tidak percaya dan seakan teringat sesuatu
"Ah, jadi kau malaikat yang menerbangkanku tadi?" Lanjutnya
"Sayapku, bukankah kau sudah pernah melihatnya? Memang terlihat seperti gambar malaikat dalam kamarmu tapi sayapku tidak berwarna putih. Drakula memiliki warna sayap hitam dan abu-abu, sedangkan malaikat memiliki warna putih dan emas. Bagaimana? Apakah kau mau aku membawamu kesana?"
"Ah, iya. Kumohon!" Pintanya dengan sungut
Revil segera menarik Raisa keluar rumah, mengangkat tubuh Raisa di kedua tangannya, dikeluarkan sayapnya dan dikepakkan dengan kerasnya ke langit.
Di atas sana, suhu mencapai -15 derajat celsius, Revil dengan keadaan bertelanjang dada karena sayapnya telah merobek pakaiannya segera dihangatkan oleh Raisa yang memeluk erat tubuhnya.
"Apa kau kedinginan?" Tanya Raisa yang masih memeluk Revil
"Tidak, aku tidak merasakan dingin saat ini, sayapku bisa mengatur suhu tubuhku."
"Jadi waktu itu kau kedinginan karena kau tidak memakai sayapmu lagi?"
"Tidak, suhu tubuh Drakula tidak selalu bergantung pada cuaca di bumi, suhu tubuh Drakula ditentukan oleh perasaan hati dari tiap Drakula."
"Lalu, kenapa kau kedinginan waktu itu?" Tanya Raisa sedikit penasaran
"Karena kau!" Jawabnya gugup
"Aku?" Lanjut Raisa yang semakin gugup
"Ya, aku menyukaimu!" Jawab spontan Revil
Di tengah perjalanan udara ke rumah neneknya di Villa deViel, keheningan terus berlanjut setelah itu. Raisa hanya bisa terdiam di dekat Revil yang juga membisu. Denyut jantung di antara keduanya seakan terdengar seperti dentuman drum yang sedang memburu. Salju yang turun telah mereda dan mencair menyentuh kulit Revil.
Pukul 05:59 di udara, matahari terbit perlahan-lahan dari timur.
Revil segera mempercepat kepakkan sayapnya menuju Villa deViel.
Mata Revil terlihat memerah, keringat bercucuran dari tubuhnya, tubuhnya menjadi lemas seketika, menghentikan kepakkan sayapnya secara mendadak dan tidak dapat bergerak. Revil terbang menurun bersama Raisa yang dilindungi oleh sayapnya.
Pukul 06:00, suhu telah naik menjadi 0 derajat celsius, waktu itu matahari telah terbit seutuhnya.
Revil dan Raisa terjatuh di sebuah hutan yang tidak terlalu jauh dari Villa deViel. Luka disekujur tubuh Revil menambah kesakitannya saat itu. Bulu-bulu di sayapnya perlahan-lahan mulai berguguran satu demi satu sampai habis. Raisa yang cemas segera membopong Revil, berusaha mencari bantuan dan jalan  keluar.
Ditengah salju yang berada diantara ranting-ranting pohon di hutan, terlihat sebuah cahaya lampu senter yang terus bergerak. Raisa yang masih membopong Revil pun segera berlari menuju sumber cahaya tersebut dan mendapati beberapa orang sedang mencari kayu bakar dan rusa untuk santapan makan malam.
Raisa segera meminta bantuan dan benar saja, warga Villa deViel adalah orang-orang yang ramah. Mereka segera mengantarkan Raisa dan Revil ke kota dengan menggunakan delman tua ke tempat pemakaman nenek Raisa berlangsung. Sesampainya disana, Raisa dibantu oleh beberapa orang yang ada di pemakaman langsung membopong Revil yang sudah tidak sadar ke sebuah bilik di kastil milik nenek Raisa.
"Raisa, nenekmu adalah seorang yang sangat luar biasa disini, kau harus tau itu!" Kata salah seorang pengantar
"Terima kasih, Raisa senang nenek mempunyai orang-orang disekitar nenek yang begitu baik." Balas Raisa
"Sama-sama Raisa, sebenarnya kami semua juga sudah menunggu kedatanganmu! Kami tinggal dulu sebentar, kalau kalian perlu apa-apa, kami semua sudah siap membantu!" Hendak meninggalkan ruangan tersebut
"Sekali lagi terima kasih banyak!"seraya menundukkan kepalanya
Raisa sekarang terduduk di samping tempat tidur Revil yang masih tidak sadar. Raisa mengambil sebuah handuk basah yang hangat dan segera menyeka tiap luka Revil.
Pukul 07:30
Kedua orang tua Raisa mendengar soal kedatangannya dan segera menemui Raisa.
"Raisa?"
"Pa.. Ma.. " jawabnya
"Bagaimana kamu bisa datang kesini? Mama dengar ada badai salju sejak semalam." Tanya mama keheranan dan langsung berjalan ke arah Raisa
"Banyak hal yang sudah terjadi ma dan teman Raisa inilah yang sudah membantu Raisa kesini." Jawabnya dengan raut muka lusuh seraya memandangi Revil yang masih tidak sadar
"Papa akan panggil dokter buat melihat kondisinya, kamu bisa temui nenek dulu."
"Baik pa." Jawab Raisa yang langsung meninggalkan bilik itu bersama kedua orang tuanya
Di kastil yang sangat besar itu terpampang foto-foto Raisa bersama neneknya dari waktu ke waktu, dengan ukuran sebesar jendela-jendela di kastil itu. Ia terus berjalan menyusuri tiap lorong dan anak-anak tangga sampai ke suatu bilik ruangan yang besar, yang tertutup dengan pintu tua yang tinggi. Raisa langsung mendorong pintu tua itu dan didapatinya disana seorang wanita tua yang begitu cantik terbaring di sebuah tempat tidur bertirai tembus pandang yang sedang memegang bunga mawar putih. Raisa segera mendekat ke tirai tersebut. Suasana kesedihan, dada yang begitu sesak dan air mata yang mulai berjatuhan satu demi satu kembali dirasakannya. Raisa berlutut disampingnya dan meluapkan segala kesedihannya itu. Orang tua Raisa hanya bisa melihat dari jauh betapa sedihnya satu-satunya cucu yang selalu disayangi neneknya itu.

Bab II End....

My Object is Dracula (BoyXBoy) ●2 BAB TERAKHIR●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang