BAB 1

224 6 4
                                    

My First Day

            Oke, liburan kali ini terasa sangat bentar. Oh, iya! Namaku Maya Dharmabuana.Rasanya baru kemarin aku merasakan betapa nyaman dan empuknya kasur dan bantalku.  Pagi ini aku sudah mengenakan atribut MOS lengkap. Rambut diikat dua dengan pita merah putih, kaus kaki pemain sepak bola sebelah merah, sebelah putih, tas kardus dengan warna merah putih yang digantungi sekantung kecil tanah dan air, pita merah putih juga nangkring dikedua lengan bajuku. Kurang nasionalis apa coba?

            Aku masih mematut diriku di depan cermin. Oke, ini bukan kali pertama aku mengikuti kegiatan MOS. Waktu SMP aku juga pernah. Tak lama, handphoneku berdering. Ada pesan masuk dari Mas Abel, kakakku.

            "Heh ayam! Pasti lo belum berangkat! Buruan berangkat! Apa mau lo sama si Bulkam itu kena semprot gue? Hahaha! Sampai bertemu di sekolah ya my little sister! Muach!"

            Oke, dan ini untuk kedua kalinya aku mendapat SMS sama persis seperti ini dari Mas Abel. Dari SMP dia memang selalu jadi pengurus OSIS. Waktu SMP kemarin dia sempat jadi ketua umum. Tapi kalau sekarang aku nggak tahu dia jadi apa. Yang pasti, aku dan Jono nggak mau dipermainkan dia seperti waktu SMP. Dasar! Memanfaatkan jabatan untuk kepentingan individual semata!

            "Maya, Jono sudah nunggu di luar! Cepetan toh, nduk!"

            Aku yang mendengar suara mama dari bawah pun langsung turun. Ternyata benar. Jono alias Bulkam sudah menunggu sambil nyengir kuda nggak jelas. Ngomong – ngomong soal Jono, dia sebenernya sahabat aku dan Mas Abel dari kecil.

            Jadi, ceritannya begini. Waktu itu Jono baru berumur empat tahun dan baru datang (benar – benar baru datang) dari Amerika. Ia yang memang keturunan bule asli nggak bisa bicara dalam bahasa Indonesia sama sekali. Ayahnya menikah lagi dengan orang Indonesia. Ibu kandungnya telah meninggal saat ia berumur dua tahun karena sakit paru – paru. Untungnya, ayah telah membiasakan aku dan Mas Abel berbicara menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari – hari disamping bahasa Indonesia dan bahasa Jawa walaupun bahasa Inggris yang kami gunakan bahasa inggris yang terlampau sederhana.

            Karena rumah kami bersebelahan dan keterbatasan bahasa itulah, Jono jadi sangat dekat dengan keluarga kami. Kalian pasti bertanya – tanya, kenapa namanya Jono yang seperti nama orang Jawa Tengah padahal ia asli keturunan Amerika. Hal itulah yang menjadi pertanyaan aku dan Mas Abel, dan kurasa orang tuaku yang mengeluarkan argument "mungkin itu nama keren di Amerika" pun  sebenarnya heran. Aku ingat saat kami berkenalan dulu. Aku dan Mas Abel sedang main air di kolam renang pelastik, tiba – tiba keluarga Jono datang sambil membawa kue tart. Saat orang tua Jono masuk kedalam rumah bertemu mama dan ayah di dalam, Jono menghampiri kami dan mengulurkan tangannya. Dengan bahasa Inggris yang seadanya, kami memperkenalkan diri kami.

            "Hey! My name is Jonathan Flynn Stronghold. I'm four years old. How about yours?"

            "I'm Abhimanyu Astana Dharmabuana but you can call me Abel. I'm six years old. And this is my little sister, Maya Silla Dharmabuana or you can call her Maya. She is four years old, same with you."

            Ia menjabat tanganku dan tangan Mas Abel.

            "So, we can call you with?" tanyaku saat ia menjabat tanganku.

            "You can just call me with Jono! Nice to meet you!"

            Seketika aku dan Mas Abel saling bertatap muka. Kami jadi ingat pakde kami yang ada di Jogja. Namanya Jono juga. Jawa tulen dan masih mendok. Aku yang mendengar pengakuan dari Jono langsung lari sambil memanggil mamaku untuk memastikan Jono tidak main – main.

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang