Bab 20

10 0 0
                                    

Pacar Pertama

Kamu tahu rasa punya pacar pertama gimana? Dada rasanya mau meledak, perut kayak mesin cuci berputar-putar terus, dan rahang rasanya lelah sekali karena kebanyakan tersenyum. Sudah hampir sebulan aku begini.

Aku juga mulai tidak nafsu makan, kecuali disuguhi nasi padang masih aku habiskan. Apalagi kalau makannya sama Jono. Lauknya 1 kok, sayurnya yang banyak. Juga sambal. Aku juga mulai menilai penampilanku. Mukaku sih tidak berjerawat, eh, ada siiih satu, itu juga kalau sedang haid. Komedoku banyak dan kering kulitnya. Pahaku jga besar, walaupun tidak gemuk. Betisku duuuh! Kalau dibandingkan Anjani, teman sekelasnya Daffa yang cantik yang pernah minta nebeng waktu Daffa jemput aku, aku tidak ada apa-apanya. Walaupun Daffa tidak pernah protes aku tidak dandan, aku tidak langsing, aku tidak mandi, dia senyum terus sambil bilang "Tetep cantik kok, May." Kadang dia juga ngelus kepalaku.

Sekarang aku lagi di drugstore mall milih-milih masker sama Sarah. Sarah lagi senang perawatan wajah merek Korea Selatan. Bagus-bagus katanya. Saat aku asyik-asyik melihat masker, ternyata ada yang asyik melihat aku dari luar toko. Sarah sudah nyiku-nyikut aku, ku kira Daffa, gataunya Mitchel. Padahal jantungku udah jatuh ke perut.

Aku pura-pura tidak melihat Mitchel. Males, nanti yang ada malah berantem. Makin lama, anak laki-laki itu makin mendekat. Sarah sudah lirik-lirik sambil ujung sepatunya menyentuh-nyentuh sepatuku. Dari sudut mataku, aku tahu Mitchel sudah berdiri disebelahku. Menatap kami berdua.

"Sar, mendingan aku milih yang aloe vera atau lemon? Aku kayaknya bakal ambil yang peeloff ini deh! Biar komedoku pada hilang!"

"Mbak...."

Udah sih Sar, anggap aja dia tidak ada gitu!

"Aku, kayaknya liat shampoo dulu ya mbak!"

Saat aku hendak beranjak mengikuti Sarah, tasku ditahan oleh Mitchel. Karena aku tidak mau terjadi keributan disini, aku jadi diam saja, dan kembali memilih masker.

"Apa kabar?" Hah?! Kupingku, tidak salah dengar kan?

"Yaaa kayak yang lo liat sekarang lah Mitch." Ucapku sambil masih sibuk memilih-milih masker. Sebenernya aku juga tidak fokus membaca komposisi dari masker yang kupegang. Bagaimana bisa aku fokus, kalau beberapa mata sudah melihat kami berdua, termasuk Sarah yang sedang mengintip dari rak shampoo.

"Sekarang...lebih happy ya, May?" Deg! Dadaku seketika merasa beku. Suara Mitchel terasa lembut di telingaku. Aku jadi teringat suara dia saat menyanyikan lagu "Superman"nya Joe Brooks. Aku ingat nada suara ini saat dia berbicara dengan anak-anak sanggar, atau ibunya. Aku ingat suara ini, saat Mitchel merasa ketakutan untuk tampil di atas panggung. Sisi lain Mitchel. Mitchel yang lembut, Mitchel yang sudah hampir 6 bulan ini aku.... DIH! APAAN SIH KAMU MAY!

"Lah, kita kan masih sekelas Mitch! Aneh deh!"

"Lo jadian sama anak basket itu?" Sekarang Mitchel ikut-ikutan lihat-lihat masker.

"Ya, udah jalan 2 bulan. Denger-denger lu mau masuk IPS ya?" Aku mengalihan pembicaraan kita.

"Kenapa jadian sama dia?"

"Oh, kenapa ya Bu Sri gamau lo masuk IPS? Emangnya anak dengan nilai sempurna kayak lo gaboleh ya masuk IPS? Aneh-aneh aja guru-guru"

Sekarang Mitchel membalikkan badannya menghadapku.

"Apa yang lo suka dari dia?" Aku sadar bahwa air muka Mitchel sudah berubah. Tiba-tiba bulu kudukku merinding. Di kepalaku, alarm untuk kabur dari tempat itu sudah berdering keras. Tanpa babibu, aku berjalan mundur 3 langkah, "Oke deh Mitch! Duluan ya!", menarik Sarah, dan lari dari situ.

"Ayo pulang aja Sar!"

Malam Minggu

Saat sampai dirumah, kulihat Daffa sedang duduk di teras sambil makan pisang goreng dan minum teh sama Mama dan Ayah. Senang rasanya lihat Mama dan Ayah nongkrong sama anak laki-laki ke-4 mereka. YAAA BARANG KALI DAFFA BISA JADI MANTU.

"Loh, Daf! Katanya ada acara... Kok malah nongkrong sama Mama sama Ayah?"

"Iya, acaranya Mamih Papih, bosen, ga ngerti omongan mereka apaan. Mending main sama kamu!"

Yeee! Gombal jangan didepan Mama sama Ayah dong! Kan malu! Mana ada Sarah disebelahku.

"Kok sudah pulang sih Nduk? Biasanya kalian lama kalau sudah di Mall."

"Jadi, gini Mah..." seketika aku menutup mulut Sarah. Bisa berabe nih kalau Daffa tahu!

"Sarah baru ingat Ma, kalau dia ada tugas, Senin dikumpulin, dan besok Sarah bakal sibuk. Iya kaaan?" ujarku sambil melotot ke arah Sarah. Setelah dia mengangguk, kulepaskan tanganku dari mulutnya. Kulihat Daffa memicingkan matanya. Curiga.

"Yo weis kaalu gitu. Mama sama Ayah masuk dulu ya! Sarah mau pisang goreng ga sambil buat ngerjain tugas?"

Seperi anak ayam yang dikasih beras, dengan senang hati Sarah masuk kedalam rumah untuk mengambil pisang goreng.

"Ada apa sih? Kayak ada rahasia."

"Gaada kok Daf! Beneran deh! Girls things laaahh kamu pasti gaakan ngerti."

Daffa hanya mengangguk-angguk tanda paham. Maafkan aku yaaa Daffa! Aku beneran hanya bohong sama kamu sekali ini saja kok!

"Kamu mau makan bakso atau pisang bakar?"

Tanpa perlu mengeluarkan kata-kata, Daffa mengerti apa yang paling aku butuhkan sekarang! Tanpa babibu, kami melesat menuju warung tenda roti bakar yang biasa aku datangi.

"Maaf ya Daf. Sejak pacaran sama aku kamu jadi makannya dipinggir jalan terus..."

"Loh, memangnya kenapa? Toh ini tempatnya juga ga kotor-kotor amat..."

"Iya...masak anak orang kaya kayak kamu..." Daffa meletakkan garpunya dengan keras. Mukanya langsung berubah BT.

"Aku udah bilang berapa kali sih sama kamu? Aku gasuka kalau kamu ngomong gitu. Aku cuman anak. Bukan aku yang kaya. Uang jajanku ga jauh dari uang jajan kamu. Aku cuman bisa jajanin kamu ini. Kalaupun aku ajakin kamu makan ditempat mahal, kan kamu tau sendiri itu pake voucher!"

Sepertinya memang hari ini kurang bagus untuk Maya ya! Ketemu Mitchel yang tiba-tiba nanya-nanya tidak jelas, sekarang aku malah bikin Daffa tidak mood hanya karena kata-kataku. Aku tidak berani memandang wajah Daffa. Yang aku lakukan hanya menatap roti bakar kornetku. Pada akhirnya, kami menghabiskan makanan kami dengan diam. Sampai di mobil pun kami hanya diam. Bahkan kami pun tidak memasang radio.

Daffa memulangkanku ke rumah. Setelah pamit dan "mengembalikan" aku ke Ayah dan Mama, Daffa langsung pulang. Aku hanya bisa melihat mobilnya berjalan menjauhi rumahku. "Daffa, maaf ya..." ujarku lirih.

Hollaaaaa! Ya ampuuuunnn! Akhirnya aku kembali kedunia wattpad! Setelah 2 tahun akhirnya ceritanya diupdate! Hahaha kasian Maya...
Kalian apa kabarnya? Sehat? Bagaimana stay at home kalian? Semoga kalian dan aku selalu diberi kesehatan ya!

Stay safe, healthy, and happy always!

Love,
Vionne

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang