Bab 18

16 2 0
                                    

Tersorot
Pagi ini aku merasa menjadi pusat perhatian sepanjang koridor sekolah. Eh, bukan, bahkan saat masuk gerbang. Aku sempat melihat penampilanku di kaca sebelum masuk sekolah, dan juga bertanya ke Mas Abel, apa ada yang salah, tapi aku tidak menemukan sesuatu yang salah. Sesampainya di kelas, aku langsung menghampiri Jali, Jaka, dan Beta yang sedang menghafalkan lagu dari band The Panas Dalam.

"Eh, ada yang salah nggak sih sama gue?" tanyaku setengah berbisik. Entah mengapa aku berbisik.

Jali memutar tubuhku, sambil menaruh jarijari di dagunya. "Ape ye? Biase aje kagak ade ape-ape dah. Emangnye kenape?"

"Nggak tahu. Gue merasa diliatin aja dari tadi masuk gerbang."

"Ah lu aje kali yang ke Ge-Eran. Lu tadi dateng sama siape dah? Jono apa kakak lu?"

"Mas Abel sih..." aku langsung disorakin oleh mereka bertiga.

"Itu sih Kak Abel aja yang diliatin!" Aku cuman cemberut aja. Orang ini beda!

Tiba-tiba, Sheila datang menghampiriku. "May, ikut gue sebentar!"

"Emangnye, gabisa disini aje? Kita kagak nguping dah!"

"Lo siapa? Gausah ikut-ikutan deh!"

"Yeee sewot!" ujar Jali, Jaka, dan Beta bersamaan. Aku hanya memberi tanda ke mereka untuk berhenti. Sheila memberikan tanda dengan jarinya supaya aku mengikuti ya. Kami berjalan menuju toilet. Aku tahu sebenarnya Jali, Beta, dan Jaka mengikuti kami dibelakang. Beta dan Jali kan orangnya ingin tahu segalanya. Selalu kepo.

Dibully Sheila
Sheila mengunci pintu kamar mandi, lalu bersender di dekat watafel. Ini pembullyan bukan sih?

"Lo, jangan mentang-mentang disukain sama 2 anak cowok ganteng dan kaya raya, gausah sok cantik. Trus gausah sok bergaya juga karena kakak lo cowok nomer 1 di sekolah, atau sahabat lo yang populer! Gausah merasa bangga dikelilingin sama cowok-cowok ganteng!" Dia memilin-milin rambutnya.

"Gausah ngarep juga masuk geng the Ladies, gue aja yang terkenal gini belom resmi masuk the Ladies!"

"Tunggu dulu!" aku menyetop ocehannya yang tidak jelas. Iya, tidak jelas, siapa juga the Ladies?

"Pertama, gue nggak ngerti 2 cowok ganteng dan kaya raya yang suka sama gue siapa. Kedua, emangnya Mas Abel dan Jono sepopuler itu? Mereka itu cupu! Ketiga, gue nggak masuk geng the Ladies, kalau maksud lo Jaka, Jali, Beta, Alena, dan Balqis, kita bukan geng, FYI. Temenan aja."

Sheila mendecakkan lidah. "Gausah sok polos deh! Gue tau lo tuh kecentilan kan sama Daffa? Goda-godain dia?" Oooh, aku paham sekarang. Tapi, bukannya dia suka sama Mitchel? Mungkin waktu insiden sobek buku itu membuat dia menyerah dengan Mitchel? Jangankan Sheila, aku saja yang tidak suka sama Mitchel ogah deket-deket orang aneh kayak gitu.

"Laaaah? Kalau gue centil-centil mending sama kak Andre, udah jelas populernya karena apa. FYI, yang ngajak kenalan itu Daffa, bukan gue. Kalau nggak percaya, tanya aja Mitchel!" Sheila naik pitam, saat dia berjalan cepat menghampiriku, tiba-tiba pintu digedor-gedor, terdengar suara Bu Ratih, guru BK.

"Selamet lo! Kita belom kelar!" ujarnya sambil pergi keluar.

"Kalian ngapain dikamar mandi pake dikunci?" tanya bu Ratih.

"Ganti baju, Bu! Malu kalau ada yang masuk!" Sheila menjawab asal. Aku sih diem saja.

"Ganti baju kan bisa dibilik."

"Nggak ah, Bu! Bilik WC kan jijik, iiiih!"

"Kamu kalau pipis buang air juga disitu." Bu Ratih masih mengintrogasi kami. Sheila memasang muka jijik.

"Yasudah, sana kembali ke kelas! Jangan kunci-kuncian lagi!" Sheila kembali ke kelas, aku masih diam di tempat.

"Kamu, kenapa tidak kembali ke kelas?" Aku menggeleng, salim sama Bu Ratih, lalu kembali ke kelas. Saat aku masuk ke kelas, aku langsung di kerumbunin Joko, Jaka, Beta, Alena, dan Balqis.

Seribusatu pertanyaan keluar dari mulut mereka, aku tidak menjawab. Memang tidak ada yang perlu dijawab kan?

"Saking panik ya, nggak tahu kenapa gue panggil Mitchel tadi. Kudunya gue panggil guru yak?" ujar Beta. Mendengar nama Mitchel, kepalaku semakin panas. Kesal gara-gara dia, aku jadi digencet sama Sheila!

Dibela The Ladies

Di tengah-tengah jam istirahat, tiba-tiba sirkus Barbienya Mikayla menghampiri mejaku sambil berisik. Mereka duduk dan berdiri mengerubungi mejaku dan Jono.

"Maya, are you okay? Sheila itu memang never fit with us!"

"Kan memang udah lama dia mau masuk geng kita. Cuman yaaa tahu kan dia!" Timpal Erica

"Iya! Dari mulai masuk aja udah belagak! 2 kali tuh kena sama Mitchel!"

"Tunggu, memangnya Mitchel ngapain dia?" Insting gossip Jono mulai bekerja. Aku cuman nyenggol lengan dia, ngasih sinyal untuk tidak usah kepo gali-gali lebih dalam. Mata Erica seketika berbinar-binar dan menjelaskan ke Jono.

"Iyaaa, tadi Mitchel ngelabrak Sheila di kantin. Duuuh manly banget! Bukan bentak-bentak kayak dulu tapi."

"He make Sheila malu di depan umum. She deserve it!"

"Dia iri sama lo, May!"

"Iri? Kenapa? Apa yang diiriin dari gue?"

"OH My God! Come on girl!" Ucap 7 gadis itu bersamaan.

"Daffa sama Mitchel kan suka sama lo! Jangan bilang lo nggak tahu!"

Jono menatapku dengan wajah kemenangnya dan mengisyaratkan "See what I've said!" di wajahnya.

"Inget kan waktu Daffa nyuapin kue di pesta ulang tahunnya?"

"Or, Mitchel ngajak makan di mommy's resturant!"

"Kalau Mitchel nggak suka sama lo, ga mungkin dia manggil ibu Ratih dan ngelabrak Sheila tadi!"

Mereka mulai ramai seperti anak burung minta makan. Jono sih asyik ngeliatin mereka berspekulasi sambil sesekali menyendok makanan di kotak bekalku. Pikiranku melayang kemana-mana. Bingung dan malu. Masak sih orang seperti Daffa dan Mitchel suka sama aku? Terlebih lagi Daffa. Dia kan populer banget, bukan hanya disekolahnya, mungkin juga disatu kota ini.

"Maya, are you sick?" Iya, wajahku memanas mendengar ocehan mereka.

Eeeyyy akhirnya bisa update jugaaaa! Hehehe
Apa kabar kalian? Maaf yaaa aku jarang update banget Blogiary sama Arpeggio 😢 doakan semoga bisa update terus rajin tiap minggu, biar Hello You juga bisa update (maaf yaaa para pecinta Daniel yang beberapa kali nanyai kapan update Hello You!)

Jangan lupa vote dan commentnya!
Luuuuvvv❤️❤️❤️❤️❤️

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang