BAB 6

49 4 0
                                    

Piano

Aku berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi karena sudah lewat dari 1 jam bel pulang sekolah berbunyi. Masih ada beberapa ekskul yang melakukan kegiatan disini, salah satunya basket.

Aku melihat Jono dan kas Abel sedang memasukkan bola kedalam keranjang bergantian dengan anggota basket yang lain. Banyak anak-anak perempuan yang ikut duduk-duduk disamping lapangan sambil kipas-kipas. Yang itu pasti masuk basket atas motif lain deh, bukan karena memang mau ikutan basket. Soalnya, hanya segelintir anak perempuan yang benar-benar latihan. Di samping lapangan, ada beberapa anak cheerleader sedang jogging-jogging. Mungkin mereka sedang pemanasan.

Terlihat Mikayla sedang mencuri-curi pandang kearah lapangan serbaguna itu. Kayaknya Mikayla suka mas Abel deh!

Please deh Mikayla! Kamu harusnya nginep sehari dirumah, dan kamu pasti bakalan ilfeel sama mas Abel tujuh turunan!

Aku berjalan-jalan terus mengelilingi sekolah. Aku tidak mau pulang sendiri. Aku kan tanggung jawab Mas Abel dan Jono!

Tiba-tiba aku mendengar suara dentingan piano yang lembut. Kakiku dengan sendirinya mengikuti suara piano yang berasal dari ruang musik pastinya.

Pintunya terbuka. Aku langsung masuk kedalamnya. Kulihat ada seorang anak laki-laki duduk tegap. Jari-jarinya dengan lihai memainkan tuts piano.

"Mitch?"

Anak itu tidak bergeming. Aku duduk di salah satu bangku, menonton Mitchel memainkan piano. Tapi, lama-lama mataku terlalu berat untuk melihat Mitchel. Aku coba menutup mataku sebentar. Sepertinya lagunya akan berhenti agak lama.

Kesorean

Yaampun! Aku ketiduran di ruang musik! Aku lihat ke luar jendela. Langit sudah mulai gelap. Kulihat jam tanganku.

"JAM SETENGAH TUJUH!?"

Aku buru-buru bangkit dari kursi. Tiba-tiba ada suara kursi bergerak dari belakang.

Mati aku! Ruang musik kan salah satu tempat angker di sekolah!

Aku merasakan ada yang berjalan mendekatiku. Aku ingin berteriak, tapi suaraku tercekat ditenggorokan. Dan benar saja, ada sesuatu yang memegang pundakku.

"Aaaaaampun.... Mbak Ku...kukun.... atau m...mmas Poc....aaaku juga u....udah mau pulang, kok!"

"Mbak Kun? Mas Poc? Lo kira gue hantu, hah?!"

Aku membuka mataku perlahan. Seorang anak laki-laki dengan jaket biru dongker berdiri didepanku sambil melipat kedua tangannya. Wajahnya dingin, namun tidak pucat. Masih ada rona merah diwajahnya yang putih. Kulihat kakinya. Masih menginjak bumi.

Syukurlah, itu Mitchel.

"Ayo pulang, udah malem!"

Dia menaruh kembali gitar ke tempatnya, dan meraih tasku. Dia langsung berjalan kearah luar pintu dan langsung mematikan lampu ruang kelas.

"Mitch! Tungguin!"

Jalannya cepat sekali sih! Sudah tahu kakiku pendek.

"Lo bawa jaket?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Lo pulang pergi naik motor juga kan?"

"Iya siiiiiih... Tapi gue merasa jaket itu useless. Gue masih ga kuat nahan panas. Jono dan Mas Abel juga jarang pake jaket. Lagian ya...."

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang