BAB 3

63 5 3
                                    

Putih Abu-Abu

Akhirnya! Seragam putih biruku dilepas juga! Tas ransel baru pun telah digendong di bahuku. Semua serba baru, seragam, tas, buku, tempat pensil, sepatu kaos kaki, pokoknya semuanya baru! Kuikat rambutku lebih rapi hari ini. Sekarang kan aku sudah SMA. Harus lebih menarik dan terlihat lebih dewasa dong!

            Aku langsung menuju ke bawah untuk sarapan. Disana ternyata sudah ada Ayah, Mama, dan Mas Abel.

"Cie seragam baru! Tumben rambutnya rapi. Tapi palingan ntar siang juga udah berantakan lagi!"

Aku mengulurkan liahku sambil mengambil telur mata sapi untuk dihidangkan di atas nasi gorengku. Saat suapan nasi yang terakhir, terdengar suara klakson motornya Jono dari luar.

            "Mas, berangkat yu! Tuh si Bulkam udah jemput!"

            Aku dan Mas Abel langsung mengambil tas kami masing-masing, lalu berpamitan.

            "Mau bareng gue apa Jono?" Ujar Mas Abel.

            "Jono aja ah!" Aku langsung menuju motor Jono, dan Mas Abel mengambil motornya di garasi.

Mobil BMW

            Akhirnya, kita sampai juga di sekolah. Sudah tidak ada lagi yang menggunakan seragam putih biru. Yang ada hanya putih abu-abu. Ada yang bergaya biasa, bahkan ada juga yang bergaya luar biasa. Maksudnya luar biasa itu ada yang pakai make up, ada yang menggunakan aksesoris, atau bergaya ala anak sekolahan di Korea.

            Saat motor Jono dan Mas Abel memasuki lapangan parkir, tak lama kemudian terdengar suara menderu sebuah motor racing hitam. Spontan kami menoleh dari arah suara itu. Mitchel Reders, dia datang dengan macho mengendarai motor racing besarnya. Ukuran motornya dua kali lipat ukuran motor Jono. Ia memarkirkan motornya di sebelah motor Mas Abel. Tanpa melihat kanan kiri, ia langsung menuju kelas. Padahal semua mata di sekitar parkiran bahkan lapangan tertuju padanya.

            "Sadar pun sepertinya nggak, ya dia kalau kita temen sekelasnya. Gue rasa dia bahkan nggak inget nama gue." Ujar Jono sambil memandangi Mitchel sampai bayangannya pun tak terlihat.

            Saat kita akan melangkah menuju kelas, masih di parkiran, tiba-tiba ada mobil BMW silver masuk ke parkiran. Lalu turun 4 orang gadis modis dari dalam mobil itu. Lagi-lagi semua mata tertuju pada gadis-gadis itu. Sepertinya keturunan Reders memang memiliki bakat menarik perhatian, ya! Mikayla dan para konco-konconya turun dengan gaya yang dramatis. Seperti yang disinetron-sinetron itu loh!

            Setelah mobil itu meninggalkan parkiran (aku rasa itu sopirnya), mereka berempat masuk dengan gayanya. Semua mata laki-laki tertuju pada mereka terkecuali Mas Abel dan Jono. Mereka sih, kurang tertarik pada gadis-gadis seperti itu!

            Mereka melewati laki-laki itu begitu saja. Namun, saat Mikayla lewat di depan Mas Abel, tak ada angin maupun hujan, ia tiba-tiba tersandung sesuatu. Dengan sigap Mas Abel menagkap tubuh semampai Mikayla.

            "Lain kali, kalau jalan di lihat." Ujar Mas Abel dengan nada coolnya. Sok keren amat sih! Setelah itu, kami meninggalkan Mikayla yang terbengong-bengong sendiri menatap Mas Abel menuju kelas. Aku dan Jono pun spontan mengikutinya dari belakang sambil menahan muntah.

Ibu Linda

            Semua murid telah hadir. Bel tanda masuk pun sudah berbunyi. Hari ini tidak ada pelajaran. Seperti sekolah-sekolah lain, hari pertama kita hanya berkenalan. Apalagi sekarang sekolah baru, begitu pun temannya. Tak lama, seorang wanita kira-kira berumur 20 tahunan yang berkarisma dan berparas cantik masuk ke dalam kelas kami. Sepontan, kelas yang semulanya ribut menjadi tenang. Ali yang awalnya mau  "show" alias nyanyi-nyanyi nggak jelas di atas meja pun mengurungkan niatnya melihat wanita berpakaian rapi namun modis itu masuk. Wanita itu tersenyum dan duduk di meja guru.

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang