Bab 12

34 2 0
                                    

Latihan Gabungan

Aku duduk-duduk di taman belakang bawah pohon mahoni sambil membaca seri Percy Jackson yang Sea of Monsters sambil mendengarkan lagu. Awalnya sih duduk, lama-lama tiduran. Rumputnya enak, kalau orang bilang ini namanya rumput golf. Apalagi dibawah pohon mahoni, lama-lama bikin mengantuk. Sore ini katanya Mas Abel dan Jono ada latihan gabungan dengan SMA Mandala Bangsa. Duh, kalau bukan karena lagi bokek sih, aku sudah pulang dari tadi. Tak tahan menahan kantuk, aku pun menuju lapangan basket, siapa tahu mereka sudah selesai.

Saat aku sampai disana, ternyata mereka sedang sparring. Kulihat Beta sedang duduk, mungkin nunggu giliran.

"Bet, selesai jam berapa sih latihannya?"

"Kayaknya sih, abis sparring juga udah beres. Lo pulang bareng Jono?" Menurut L? Sama siapa lagi? Sama lo Bet?

"Yaaaa, sama siapa lagi sih Bet?"

"Yah, kali aja nungguin Mitchel. Kan Serenade latihannya sama kayak basket." Lah? Ngapain juga nungguin Mitchel? Emang aku siapanya dia? Eh, salah, emang dia siapanya aku?

Aku duduk di sebelah Beta menunggu mereka selesai latihan. Beta tampak serius melihat pertandingan yang sedang berlangsung.

"Bet, Beeeet! Beta!" godaku.

"Apaan sih May elah, ganggu konsentrasi nonton aja! Mending lo kesana deh jauh-jauh, ntar kena bola lagi!"

"Mau duduk dimana lagi Bet, ini udah pinggir lapangan banget elah!"

"Sana ih! Deket lapangan volly sambil nyoraknyorakin! Atau nggak tuh depan X-2!" Kutoyor kepala Beta yang tetap fokus pada petandingan asal. Aku duduk di bangku depan kelas yang menghadap lapangan basket memperhatikan gerakan Mas Abel. Mas Abel tuh, hidupnya nyantai keterlaluan. Kalau ngomong asal, bangun susah, sukanya ngabisin makanan, tapi dia orangnya baiknya keparahan. Yang pasti sih sayang banget sama aku. Suka aku manfaatin, soalnya dia suka berat hati menolak keinginanku. Aku masih memandang Mas Abel. Dipikir-pikir keren juga sih Mas Abel. Ganteng sih nggak, mungkin karena rahangnya tegas gitu kali ya kayak Ayah. Alisnya tebel, sama sih kayak aku juga. Kulitnya coklat kebakar matahari. Mungkin karena dia suka main basket, jadinya badannya agak kebentuk. Tapi sumpah, mukanya Mas Abel tuh biasa aja, tidak ganteng. Kalau Jono sih ya... ganteng sih, lha wong dia bule, jelas ganteng. Tapi mulutnya itu looooh! Kalau kata Mama lambene koyo wedus, ringkle-ringkel kasar. Tapi aku beruntung punya kakak seperti mereka. I'm the luckiest girl in the world.

Peluit berbunyi panjang, akhirnya pertandingan selesai. Aku langsung menghampiri Mas Abel dan Jono.

"Mas, udah beres? Pulang, yuk!"

"Elah, bawel! Belom gila! Nih mending lo makan roti sana duduk lagi disitu!" Jono menyodorkan rotinya. Alamat lama ini mah!

Daffa Reinaldo Dirgawijaya

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya anak-anak basket beres-beres. Aku langsung bersiap di pinggir lapangan untuk pulang. Tiba-tiba, salah satu pemain basket tadi, dengan nomer baju 14 menghampiriku.

"Hei Maya! Inget gue nggak?" Sapa anak itu. Siapa sih? Emang kenal? Tapi lumayan sih, ganteng.

"Gue, Daffa, anak Mandala Bangsa yang waktu itu kenalan sama lo. Acara musik pas ulang tahun sekolah lo, remember?"

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang