BAB 5

55 6 1
                                    

Jono dan Segelas Susunya.

          "Dan lo harus tau, Jon! Dia itu gila!" Jono yang duduk dibalkon sebrang kamarku hanya tertawa-tawa sambil meneguk susunya. Awas kalau sampai dia kesedek. Nggak akan aku bantuin!

          "Tapi, ternyata dia sosialis juga, ya! Nggak nyangka. Tapi lu cocok kok sama dia. Kayak api sama air. Kayak si upik abu sama pangeran! Hahahaha!"

          "Sosialis, soasialis, emangnya Uni Soviet sosialis!" Aku melempar bantal ke arah Jono. Sialan aku dibilang si upik abu! Aku langsung masuk kedalam kamar. Suara tawa Jono masih terdengar. Dan tawa itu baru berhenti sampai terdengar suara

"Mhay! Uhuk uhuk! Ghu, ghue uhuk uhuk! Tholong!" aku melihat dari Jono tengah tersedak. Untungnya tidak lama Sarah masuk dan membantu kakaknya. Rasakan!

Bantal

         Saat sedang sarapan, Jono masuk kedalam rumah sambil membawa bantalku yang kemarin malam aku lempar dan juga sebuah piring.

         "Eh, Jono. Lho, itu bukannya bantalnya Maya?" Aku langsung menarik bantal yang dipegang Jono.

          "Kalian berantem lagi?" Jono langsung duduk dimeja makan. "Nggak, kok Budhe. Kemaren Maya emang iseng."

            Aku melengos duduk didepan meja makan. Jono membuka tissue yang menutupi piring yang ia bawa itu. Aroma pisang goreng khas Mamah Andin langsung memyebar di ruang makan.

           "Asik nih! Pisang goreng ibu Stronghold nih!" Semua sudah siap dikursi masing-masing. Mama, Ayah, Mas Abel langsung meyerbu pisang goreng buatan Mamah Andin. Pisang goreng buatan mamanya Jono enak banget, loh! Suka ada selai stroberinya, atau keju. Trus minyaknya juga tidak meluber dan menempel di pisang gorengnya. Pokoknya enak deh! Sebenarnya, aku mau sekali pisang goreng itu. Tapi, karena aku sedang ngambek dengan Jono, aku pura-pura acuh.

         "Maya mau berangkat aja!" aku langsung menggendong tasku. Jono mengikutiku dari belakang.

         "May! Jatah pisang goreng lo buat gue, ya!" ujar Mas Abel.

        "Terserah!"

        Sesampainya di gerbang, Jono mencegatku.

        "Aduh, Spongebob, eh, Maya! Jangan ngambek dong! Nih! Gue bawain coklat. Kemaren daddy bawa. Ayolaaaah! Hershey's nih!"

        Aku melihat coklat berbungkus warna silver. Hershey Kisses. Kemarin Pak Stronghold memang baru pulang dari Amerika. Kalau disogok pake ini sih, aku susah nolak! Ini kan coklat terfavoritku.

        "Iya deh! Mana coklatnya?"

         Senyum Jono merekah. Ia langsung kembali kegarasi rumahku dan mengambil helmku.

         "Untung kemaren gue minta daddy beli banyak. Lumayan nyetok buat nyogok." Jono terkekeh sendiri.

Tugasku dan Mitchel

Upacara hari terasa amat sangat melelahkan. Pidato kepala sekolah hari ini mungkin panjangnya melebihi Great Wall of China. Tapi tadi aku dengar-dengar Pak Rusli guru sejarah yang sepertinya hidup dari zaman prasejarah itu tidah masuk karena sedang medical check up. Jadi, nanti pada jam pelajaran ke-5 dia tidak ada. Mataku masih ingin tidur lebih lama sehabis pelajaran matematika. Sampai ada seseorang yang mengguncang-guncang tubuh, akhirnya mataku mau berkompromi untuk sekedar melihat siapa yang mengusik tidur siangku yang hampir sempurna karena tidak ada pelajaran sejarah.

"Hai Mitch!" ujarku sambil meneggelamkan kepalaku kembali. Tunggu! Siapa tadi! Mitch? Mitchel maksudnya?

Aku langsung menegakkan tubuhku. Dia sudah duduk manis sambil membawa buku paket sosiologi dan binder lateksnya.

BlogiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang