Pagi hari,aku terbangun dengan suara bising dari arah dapur. Itu pasti lilianne-kakakku yang sedang menyiapkan makanan untuk kami sekeluarga sebelum kami berangkat sekolah. Kami bukan anak yatim piatu,kedua orang tua kami masih lengkap dan saat ini masih tidur nyenyak di kamar mereka. Saat aku keluar dari kamar aroma yang tidak sedap bercampur menjadi satu membuatku mual dan ingin muntah. Aku mengambil kantong plastik besar kemudian memasukan puntung rokok beberapa botol alkohol kemudian benda aneh yang lengket dan terlihat seperti balon menjijikan. Setelah semuanya masuk kedalam kantong plastik aku menyeretnya menuruni tangga. Kantong plastik itu ukurannya lebih besar daripadaku sehingga dari arah berlawanan akan terlihat seperti kantong plastik berjalan.Menyeretnya hingga keluar rumah bukan hal yang mudah karena aku harus melewati beberapa buah anak tangga. setelah itu aku harus membersihkan rumah mulai dari membersihkan seluruh perabotan dari debu,menyapu hingga mengepel. Beruntung sekolah kami berangkat siang sehingga kami tidak perlu takut terlambat atau dimarahi guru. Kata Lilianne orangtuaku adalah orang yang baik dan perhatian tapi kurasa dia berbohong karena aku tidak pernah merasakan itu. Yang kutahu mereka adalah orangtua kejam yang menyiksa anak-anaknya. Mereka terkadang bersikap baik pada kami anak-anaknya tapi itu jarang sekali mungkin saat mereka tidak sedang teler karena narkoba atau alkohol.
Sedang sibuk menyapu bel berbunyi,kami jarang menerima tamu di pagi hari biasanya pada malam hari rumah terasa ramai. Aku melihat pria di depan pintu wajahnya terhalang sinar matahari pria itu inngin bertemu dengan orang tuaku,menyuruh mereka masuk ke dalam dan menemui lilianne berharap dia mau memanggilkan mom dan dad. Aku tidak akan berani membangunkan 'naga' yang sedang tidur. Tidak lama setelahnya Lilianne turunn disusul oleh kedua orang tuaku,orang tuaku duduk dan kami memilih pergi dan bersembunyi untuk mendengarkan percakapan mereka secara diam-diam. Dari apa yang kudengar,mereka adalah utusan dari kerajaan untuk membawa kami ke panti asuhan karena kelalaian orang tua kami dalam merawat kami. Sejujurnya aku merasa bahagia besar harapanku untuk hidup lebih baik daripada sebelumnya tapi sepertinya berbeda dengan Lilianne dia terlihat sedih harus meninggalkan orangtua kami. Lilianne membantuku membereskan koper kemudian membantuku menuruni tangga. Disana telah berdiri orang tuaku yang sedang berpelukan dan menangis. Setelah melihat kami turun mereka melepaskan pelukan mereka dan satu persatu mendatangi kami. Lilianne menerimanya dengan berlinangan air mata dan aku mundur saat mereka mencoba mendekat.
Perjalanan tidak terlalu jauh menggunakan mobil. Pandangan pertama tertuju pada bangunan yang dibangun dengan gaya victorian yang terlihat tua seperti dugaanku. Penyambutan mereka terasa luar biasa menyenangkan,itu memberiku keyakinan lebih jika kami akan hidup lebih nyaman disini dan bertahan lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cherrys~Book of Emma
RomanceCerita ini di post ulang karena satu dan lain hal. Dilarang menjiplak atau melipat gandakan dalam bentuk apapun tanpa seijin author.. Voment selalu ditunggu.. No Vote n comment no update Hug n kiss Yenny Hartanti