Jatuh Cinta membuat kita buta dan bertingkah selayaknya orang gila. Aku sangat setuju dengan ungkapan itu meski aku belum mengalaminya tapi setidaknya aku sudah melihatnya seberapa besar dampak cinta dalam kehidupan seseorang. Aku melihatnya dalam diri Lilianne. Lilianne jatuh cinta pada seseorang laki-laki berengsek bernama James. Teman sekelasnya. Lahir dari keluarga cukup terpandang membuat dia bersikap sombong dan gayanya menyebalkan. Setidaknya itulah penilaianku saat pertama bertemu meski aku baru sekali melihatnya secara dekat. Kedekatan itu membuat Lilianne sedikit demi sedikit menjauhiku sehingga aku tidak mampu menjangkaunya. Pacaran selama dua tahun Lilianne terlihat bahagia tapi saat menjelang tiga tahun tiba-tiba Lilianne pulang dalam keadaan menangis histeris pintu dikunci selama beberapa hari. Aku mencoba membujuknya tapi hasilnya nihil,kemudian cherry masuk dan membujuknya agar mau bercerita. Entah dengan cara apa sehingga cherry bisa membujuknya,aku tidak tahu yang pasti darinya aku tahu bahwa dia baru saja putus dengan si brengsek James.
Lilianne menangis terus hingga matanya sembab dan tidak bisa menangis lagi. Hari berganti hari keadaan Lilianne semakin parah,bahkan sekarang sudah seperti mayat hidup. Tidak mau makan,tidak mau bicara. Terus terang saja aku merasa gagal melakukan sumpahku hingga menyebabkan dia seperti ini. Minggu berganti bulan keadaan Lilianne tidak berubah sama sekali. Padahal setiap hari aku bicara sudah melebihi kicauan burung tidak ada satupun yang mendapatkan tanggapan darinya. Setiap malam sebelum kami tidur aku menyanyikan lullaby song yang biasanya dia nyannyikan untukku dengan suara yang dapat meruntuhkan dunia dia tetap diam. Kegiatan aku dan Cherry saat ini adalah bergantian menjaga Lilianne mulai dari mandi,makan dan hal-hal yang lain.
Aku sudah tidak tahan ingin menghajar si brengsek itu,hingga aku pergi menemuinya tanpa sepengetahuan Cherry. Aku menunggunya cukup lama,bersembunyi di sebuah gang sempit dekat rumahnya. Tak lama kemudian dia datang.
"James?" aku memanggilnya saat keluar dari tempat persembunyianku.
"Kau?" dia terlihat sedang berpikir. Dia telah memacari kakakku selama bertahun-tahun,pernah bertemu masih tidak mengenaliku. Dasar pria bajingan.
"Aku Emma Cherries"
"oh..kau adiknya. Apakah menyuruhmu datang untuk membujukku kembali bersamanya?"
"Bukan,dia hanya menitipkan sesuatu untukmu."
"Ah.. Apa itu? Apakah dia mengirimmu untukku?" Sabar Emm... belum saatnya kau menghajar pria ini.
"Hmm.. Apakah itu harapanmu?" Aku mengulurkan tanganku dan meletakannya di lehernya,dia memegang pinggulku dan menarikku untuk lebih dekat dengannya. Saat dia hendak menciumku perlahan kuubah arah tanganku hingga aku mencekik dia .
"Kau menginginkanku hah? Dalam mimpimu! Aku tidak keberatan dipenjara karena membunuh orang."
"Lepaskan aku."
"Come on James,aku bahkan belum memberi titipannya."
Kudorong tubuhnya hingga terhimpit tembok,dan kupukul wajahnya dan bagian vital miliknya. Setelah puas memukulnya,aku melepaskannya. Dia sudah terjatuh tak berdaya di jalan yang sepi.
"Well- senang rasanya bertemu denganmu." Aku pergi dengan seringai puas tercetak jelas dibibirku. Rasakan itulah balasan untuk seorang bajingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cherrys~Book of Emma
RomantizmCerita ini di post ulang karena satu dan lain hal. Dilarang menjiplak atau melipat gandakan dalam bentuk apapun tanpa seijin author.. Voment selalu ditunggu.. No Vote n comment no update Hug n kiss Yenny Hartanti