Remorse

122 7 0
                                    

Sabil menatap jauh hamparan tanah yang membentang luas dihadapannya. Menatap kosong entah pada apa.

19.26
Kemarin ia bersenang-senang, tepat 24 jam yang lalu bersama "pria"-nya. Bersenang-senang, berdosa, mencoba suatu hal yang baru, mengikuti naluri remaja, apapun itu! Kemarin.. karena sekarang, pada kenyataannya ia menyesali perbuatannya.

Menghela napas dan sekedar mengalihkan fokus penglihatannya. "Kapan aku hidup tanpa harus menyesali perbuatanku?" gumamnya hampir tak terdengar.

Sabil benar. Setengah hidupnya penuh dengan penyesalan, namun kenapa tidak? Ia harus terus berusaha. Well, ia berusaha, tak pernah berhenti berusaha, namun kali ini ia menyadari bahwa penyesalannya ialah akibat dari apa yang ia perbuat sebelumnya. Dan perbuatan itu salah. Maka setengah dari hidupnya ia berbuat salah.

Ada apa dengan salah? Kesalahan dapat diperbaiki sebelum terlambat.

Sabil hanya lelah gegabah, tapi ia tak memiliki rencana nyata akan hidupnya mendatang.

Ia punya, namun ia kecewa jika kenyataan sikapnya lagi-lagi tak sejalur dengan rencananya.

Tapi bicara tentang kesalahan, ia sangat mahir dalam mengulang kesalahan yang sama.

Sabil tahu itu jurang, semua orang memperingatinya bahwa itu jurang, tapi jatuhlah tetap ia ke jurang itu. Jurang yang sama.

Jurang bernamakan cinta.

Entah ada apa dengan jurang yang satu ini. Atau entah apa yang mempengaruhi gaya gravitasinya hingga selalu menarik Sabil jatuh kedalam dasarnya.

Sabil bukan seseorang yang berharap dapat merubah masa lalu, mengulang waktu. Tidak, ia bukan seseorang yang seperti itu hingga kini ia menatap rerumputan bergoyang ditiup angin dan berseru dalam hatinya "Tuhan, aku ingin kembali dimana saat aku baru mengenalnya"

Apapun yang ada dimasa sekarang, selalu ia sukuri, sesial apapun harinya. Ia tidak mau mengulang waktu karena takut akan berbagai kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Saat ia disuruh memilih diantara dua pilihan, ia memilih pilihan pertama, dan ternyata pilihannya tidak jauh lebih baik diantara pilihan yang lainnya, ia mensukuri. Karena apa? Mungkin saja saat ia memilih pilihan yang lain menimbulkan hal yang lebih buruk dari yang dialaminya saat itu.

Tapi kali ini..

Penulis yakin Sabil sangat amat banyak menyesali perbuatannya. Bagaimana tidak? Dalam aturan agama yang ia anut, perbuatannya adalah dosa besar.

Ia berdosa. Sabil berdosa pada Tuhannya, pada orangtuanya, pada dirinya sendiri, pada masa depannya.

Bahkan mungkin kata menyesal tak cukup banyak mengekspresikan perasaannya. Bagaimana lagi ia harus mngucap sesal? Berapa banyak lagi? Semuanya sudah terjadi.

"Astagfirulloh astagfirulloh" suaranya parau karna tertahan isak tangis.

Sabil bukan wanita lemah. Ia kuat selama ini, tapi kenapa ia begitu tak berdaya hanya karena seorang pria?

Sabil tahu akan begini jadinya, pria itu hanya akan memanfaatkan Sabil sebagai pemuas nafsu binatangnya. Datang saat ada maunya dan pergi sekenanya.

Ya, setelah acara laknat nan hina 24 jam yang lalu, pria itu kini entah hilang kemana. Bahkan kata "Terimakasih" belum terdengar hingga saat ini. Bukannya mengharapkan kata terimakasih dan lain atau sebagainya, Sabil hanya ingin dihargai kehadirannya, pengorbanannya.

Tapi inilah titik penyesalan Sabil terdalam. Saat semua dosa, waktu, keringat, gengsi, harga diri dan senua yang ia berikan pada seorang pria disia-siakan. Ia bahkan telah merendah serendah-rendahnya seorang wanita. Dan bubur akan menjadi bubur tanpa bisa kembali menjadi nasi.

-FIN-

SabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang