Author POV
Hari ini terjadi lagi.Minggu lalu ia hanya tidak dapat menemukan remote TV dan tanpa sebab menangis tersedu. Lalu apalagi kini? Kepalanya hanya terbentur pintu dan ia menangis. Lagi.
Penulis tahu bahwa Sabil tertekan. Kenangan bersama Bintang terus saja menerornya. Sangat jelas terbaca dari setiap tangis Sabil yang benar-benar tanpa alasan berarti ia langsung menangis sesenggukkan, suaranya tercekat tertahan, tubuhnya lemas pasrah. Ya, ia lelah. Hampir dua kali dalam seminggu ia bisa begini.
Yang penulis herankan adalah karena penulis tidak tahu bahwa kenangan dari seorang Bintang bisa merusak hidup Sabil sedemikian banyak. Perseteruan Sabil dan teman-temannya, juga sedikit banyak karena Bintang. Benar-benar bintang, kau tahu, bintang di langit sangat menakjubkan. Untuk Bintang ini.. penulis tidak dapat berkomentar banyak seberapa "menakjubkan" pesonanya hingga.. ah sudah. Sabil tidak akan suka Bintang ditulis seperti ini.
Sabil, entah bagaimana mengungkapkannya, benar-benar sangat keras kepala. Sebanyak apapun orang-orang membicarakan betapa brengseknya Bintang, ia tetap teguh pada pendiriannya bahwa Bintang memiliki alasan disetiap perbuatannya. Sabil hampir akan selalu menerima Bintang betapapun orang disekitarnya meyakinkan bahwa Bintang bukan lelaki yang pantas untuknya yang memiliki cinta tulus.
Kembali ke dunia nyata. Ia masih menangis.
Bahkan akhir-akhir ini ia sudah tidak malu untuk menangis didepan kedua orangtuanya. Bukan, Sabil selalu menangis dihadapan kedua orangtuanya saat mereka bertengkar. Tapi baru kemarin ia menangis tanpa harus bersembunyi dari orangtuanya karena lelaki. Dan entah sihir apa, kedua orangtuanya mengerti dan cukup membantu untuk mengendalikan suasana dengan tanpa bertanya macam-macam.
Lagi-lagi karena Bintang.
Bin.. kau brengsek.
Tapi lebih brengseknya lagi adalah Sabil terus saja menepis kenyataan itu.
Lihatlah, apa yang kau perbuat pada anak manusia yang sedang meringkuk karena ketololannya mencintaimu, Bintang. Ia memukuli dadanya yang jelas memang tidak bermasalah. Bodoh. Dia bodoh karenamu. Penulis tak yakin Bintang akan membaca ini, tapi bagi para pria yang membaca ini dan mendapatkan cinta setulus Sabil, tolong, setidaknya jangan pernah memberi harapan jika memang tidak berniat untuk membalasnya.
Sabil tidak meminta cintanya untuk dibalas, dan karena itulah dia begitu menderita sekarang.
"Ada apa? Kenapa kamu lebih banyak diam?"
"Ayo ceritakan apa masalahmu"
"Aku membencimu. Aku benci sikapmu yang sekarang. Bintang membuat langit secerah dirimu berubah menjadi kelamnya badai lautan"
Dan pergi. Jo, sahabat yang paling sabar menghadapi sikapnya pergi. Sabil cukup terpuruk dengan kalimat terakhir.
Ia harus bangkit. Bukan untuk melupakan semuanya. Hanya untuk berdamai dengan keadaan.
Sabil POV
Aku mengerti mengapa semua orang mengatakan Bintang brengsek. Disisi lain, aku mengerti mengapa Bintang berlaku seperti seorang brengsek.Ia sudah ditinggal seorang yang sangat berjasa bagi hidupnya. Seorang yang tak pernah lelah mencintai dan dicintainya, seorang yang amat sangat berarti untuk Bintang. Seorang wanita, wanita tercantik, teranggun, terbaik, terpintar, tersayang.
Ibu. Bagaimana lagi aku harus mendeskripsikannya? Sulit, karena ibu adalah segalanya.
Ya, Bintang kehilangan ibundanya. Belum cukup, figur seorang ayah yang belum ia rasakan sepenuhnya menimpali.
Intinya disini ia bukanlah seorang brengsek.
Bintang hanya butuh kasih sayang dan perhatian. Jika caranya salah, maka beritahu Bintang, apa yang harus ia perbuat. Ia begini hanya ingin diperhatikan, BUKAN DICAP SEBAGAI LELAKI BRENGSEK!!
Mengakui atau tidak mengakui, Bintang memang butuh kasih sayang dan perhatian. Tidak perlulah orang bertanya apa yang ia butuhkan. Ia memiliki rasa malu, belum lagi ia seorang laki-laki yang tentu saja selalu ingin terlihat jantan, tangguh, kokoh. Layaknya benteng baja.
Namun tidak bisa dipungkiri, keadaan berkata lain. Jauh didalam tubuh tegap, kekar itu ia lemah. Bintang rapuh.
Berhentilah menghujatnya karena aku menyayanginya. Sebagai seorang teman, sahabat, partner, adik, kakak, apapun yang dia inginkan.
Semua kesakitan dan penderitaanku bukanlah karenanya. Melainkan karena diriku sendiri yang berharap lebih pada Bintang.
Jadi cukup tentang Bintang brengsek, karena itu tak ada. Bintang hanya tidak menemukan cahaya yang tepat untuk bersinar.
Bintang adalah bintang.
Setitik cahaya dilangit hatiku yang kelam. Aku rela hatiku buta, gelap gulita demi untuk bisa melihat cahayanya.
Karena ia.. yah kau tahu, teman, sahabat, partner, adik, kakak, apapun dia menanggapku. Itu artinya akan ada bintang-bintang lain dalam hatiku. Dengan cahayanya masing-masing.
Apapun yang terjadi, cahaya "Bintang"-ku takkan pernah redup disini, dalam rongga dadaku. Ia akan menjadi bintang dengan sinar paling unik dan menarik untuk ku kenang.
Bersiaplah Sabil, Tuhan masih punya banyak cerita untukmu. Maka dari itu, aku harus cukup dengan menyimpan hangatnya cahaya Bintang dalam hati dan pikiranku.
-FIN-
-------------------
wushhh.. last story dari Bintang yakkk, eh gatau deng kalau Bintang dateng lagi ke idup ctb aw aw:3