Sabil POV
Angin menyesali perbuatannya sementara hubunganku dengan Bintang mulai merapat. Terlalu sibuk memperbaiki persendian hubungan kami yang retak disana dan disini, walaupun hanya untuk menanggapi keberadaan Angin. Hubunganku dengan teman-temanku membaik, kami saling memiliki dan menjaga. Orangtuaku sadar bahwa mendidik dengan kekerasan hanya menghasilkan produk keras pula seperti diriku. Adikku dengan keajaiban Tuhan sembuh perlahan. Jo, ia kembali menetap bersamaku, Ayah mengizinkan Jo tinggal bersama kami dirumah ini, dan bersekolah di sekolah yang sama denganku. Tidak lupa Ayah memberikanku izin untuk pergi kemanapun karena ia mempercayakanku sepenuhnya kepada Jo. Prestasiku tidak meningkat atau menurun, biasa saja, namun itu cukup. Aku lulus dengan tanpa halangan berarti, dan tak lupa Bintang mendukungku. Ah, ya, Ayah juga mengizinkan Bintang tinggal disini bersama aku dan Jo setelah kami lulus. Yah, aku diterima di Perguruan Tinggi yang aku minati dengan jurusan yang sesuai, entah ilham darimana Bintang dan Jo memutuskan untuk mengambil Perguruan Tinggi yang sana denganku.Usia 19 tahun, aku mendadak sering berkeliaran di Televisi. Dalam kurun waktu 2 tahun, uangku terkumpul sangat banyak karena aku tidak banyak membeli barang mewah.
Saat acara wisuda, Bintang melamarku dan kedua orangtuaku menyetujui karena Bintang dianggap mapan diusianya yang masih terlampau muda telah memiliki rumah pribadi dan kendaraan, walau hanya kendaraan roda dua.
Kami menikah tanggal 21 Januari dimana tepat 7 hari setelah Bintang ulang tahun dan tepat 7 hari sebelum aku berulang tahun ke-24. Banyak yang mencemooh bahwa pernikahanku dengan Bintang tidak akan berjalan dengan baik karena baik diriku maupun Bintang masih dalam usia muda. Tapi kami percaya muda ataupun tua, kami bisa melewatinya bersama.
Dua bulan setelahnya aku mengandung anak pertama, aku berharap ini laki-laki, tapi kami menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Yah, sembilan bulan, anak itu kami beri nama Khalfani Reagan Lamar. Raja kecil yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin yang terkenal ke seluruh penjuru negeri. Tiga bahasa dalam satu nama, Khalfani dari Swahli, Reagan dari Irlandia dan Lamar dari Jerman.
Kami hidup berkecukupan, aku membuka Cafe dan Boutique sementara Bintang bekerja di Perusahan Keluarganya. Seperti mewah, namun tidak, kami harus membiayai penelitianku dalam bidang energi dan sumber daya. Bintang tak pernah mengeluh akan hal itu.
Ah, aku lupa menceritakan part penting ini, bahwa Bintang, uhh, bagaimana mengatakannya? Aku malu. Yah, kehidupan ranjang kami sangat luar biasa.
Usia 4 tahun, Arga -nama panggilanku pada Khalfani, anak pertama kami, karena aku menyukai nama itu, namun Bintang bersikukuh enggan menyelipkan satu kata lagi- memiliki seorang adik perempuan, dan kami sepakat untuk memberinya nama Adeeva Callie Afsheen. Adeeva yang berarti menyenangkan dan lemah lembut berasal dari bahasa Arab, Callie dari bahasa Yunani yang berarti sangat cantik, dan Afsheen yang artinya Bersinar seperti bintang dilangit, bahasa Arab. Bukan tanpa alasan puteri kecil kami ini memang lebih mirip dengan Bintang, maka aku sematkan bintang dalam namanya. Tidak seperti kakaknya, Arga yang memang perpaduan kami berdua, Callie benar-benar seperti Bintang, mulai dari penampilan fisik, sifat, sikap, selera, sampai pesona, Bintang mewariskan seluruhnya pada si Bawel Callie. Ah, sepertinya hanya sifat banyak bicaraku yang ada pada Callie.
Bintang memutuskan untuk memiliki anak dua, namun kurasa menambah satu anggota keluarga lagi adalah hal yang indah.
Tepat pada ulang tahun Ibuku, Akhdan lahir. Dan pria-ku bertambah. Rai Akhdan Reiner. Rai adalah kepercayaan dari bahasa Jepang, dan dengan alasan pribadi aku langsung menyetujui nama Rai saat Bintang menyebutkannya pertama kali. Akhdan berarti sahabat sementara Reiner berarti ksatria yang bijaksana. Aku berharap nantinya ia akan seperti namanya, ksatria bijaksana yang menjadi kepercayaan sahabatnya.
Usiaku 31 tahun, dan aku memiliki seorang suami yang sempurna dan ketiga jagoan -karena Callie terkadang bertindak seperti superhero- kecilku. Hidupku berkecukupan dengan lingukang pergaulanku baik. Orangtuaku hidup bahagia dimasa tuanya, sementara adik-adikku cemerlang pada bidangnya. Jo, menikah 3 tahun lalu, dan sekarang aku sedang menuju rumah sakit bersalin menyambut anak kedua Jo. Angin mengembara entah kemana tanpa ada kabar sementara Venus, aku baru bertemu dengannya saat reuni sekolah menengah akhir bulan lalu.
Hidup tidak ada yang sempurna maka syukuri dan berbahagialah.
--
Lihat, bukankah sesederhana itu berkhayal? Kemudian menuliskannya, lalu mungkin pembaca pun akan tertarik dan BOOM!! Melejit.
Tapi bukan itu tujuanku dan Penulis untuk menulis kisah ini.
Menurut kami, tidak ada yang lebih indah daripada skenario Tuhan, maka dengan menuliskannya kembali adalah keindahan dan kepuasan tersendiri. Kami percaya, Tuhan selalu memiliki sesuatu dibalik setiap kejadian. Seperti halnya kisah tragisku dengan Bintang, aku banyak belajar. Kisahku dengan Angin, aku menyadari banyak hal.
Kini aku menemukan pria baru, namun entahlah, aku enggan untuk menceritakannya, seperti sebuah phobia tersendiri saat mengulang kisahnya. Bukan tragis, hanya saja memalukan. Secara kasat mata mungkin ia tampan, tapi... ia berlebihan dan.. tradisional. Tapi lagi-lagi aku mendapatkan satu hal disini, bahwa aku, harus, lebih, banyak, bersabar, dan, berhenti, mengejar, status. Satu paragraf cukup, dan jangan pernang mengungkitnya lagi.
Sebenarnya tidak ada benang merah sebuah kisah dalam part ini, namun aku hanya ingin berbagi untuk lebih mensyukuri kisah kalian masing-masing dan berhenti membanding-bandingkan dengan kisah individu lain seberapa tragis atau memalukan kisahmu.
-FIN-
__________________________________________________________
Sabil benar-benar membual wkwk tapi semoga kalian terhibur dengan pemikirannya yang sedikit njlimet. ctb mewakili Sabil memohonkan maaf jika ternyata waktu kalian terbuang percuma hanya dengan membaca "hal-tidak-pentingnya" wkwk
salam manis ctb:):*Sabil: ini ga penting dan ga jelas omg:((( sepertinya aku akan pensiun dari dunia pena ini