Enam Belas

47 1 0
                                    

Kau tahu, ini pukul berapa.
Kau tahu, aku sangat lelah.
Kau tahu, kantuk ku sudah sangat parah.
Kau tahu, mataku sudah tidak mampu terjaga.
Kau tahu, tulang-tulangku sudah meronta ingin rebah.

Satu lagi.
Kau tahu, hatiku sedang memaksa mereka untuk bekerja sama.

Karena.
Meski otak ku sudah penuh.
Meski raga ku sudah lelah.
Meski kepala ku sudah tunduk.

Aku menunggumu.
Menunggu kabar darimu.
Menunggu sebuah pesan darimu.
Menunggu suaramu diujung sana.

Dan jika aku terlelap, aku akan seketika terjaga.
Terjaga akan setiap suara.
Terjaga ketika ponselku berbunyi, yang ternyata bukan darimu.
Terjaga ketika terdengar ketukan pintu, yang ternyata bukan dirimu.

Ya.
Inilah yang kulakukan setiap malam.
Inilah yang terjadi setiap malam.

Dan meski.
Yang kudapat hanya kecewa.
Yang kutemui adalah ponselku yang tetap diam.
Yang kudapati hanyalah acuhmu.
Yang kutunggu tidak pernah hadir.
Yang kunanti tidak pernah merasa.
Yang kurindu tidak pernah perduli.

Aku.
Tetap menunggu.

Seperti malam ini.
Hingga tengah malam.
Hingga hatiku menyerah.
Hingga jiwa dan ragaku lelah.

Tapi tenang saja.
Aku tetap akan mengulangnya esok dan lusa.

Dan meski otak ku menolak.
Hati dan jiwaku tetap melakukannya.

Kau tidak tahu kan bagaimana rasanya menjadi aku.
Tentu saja kau tidak tahu.

Sebuah Buku UsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang