10. Breakfast

160 16 0
                                    

Sandra terbangun dari tidurnya, sekarang pukul 8 pagi. Sandra tidak ingat apa, gimana, saja yang terjadi tadi malam. Se-ingat dia, Sandra hanya dibawa ke rumah Rafa. Itu saja. Kemudian, ia berlari ke kamar mandi yang ada disebelah kamar Rafa di lantai 2, ia memuntahkan semua isi perutnya, lalu membasuhkan wajahnya dengan air dingin.

Melihat dirinya dipantulan cermin, penampilannya saat ini sangat berantakan. Bau rokok juga masih tertempel di rambut dan juga di dress-nya. Dia harus mandi. Sandra merasa takut apa yang dia lakukan tadi malam saat ia mabuk. Dia benar-benar tidak sadarkan diri semalam.

Setelah menguncir rambutnya, Sandra keluar dari kamar mandi lalu masuk ke kamar Rafa lagi. Ternyata cowok itu sudah duduk di kasurnya.

"Udah bangun, lo?" tanya Rafa

Sandra mengelirkan matanya. "Seperti yang lo liat, udah dong."

"Eh, San, lo mandi dulu sana. Abis ini sarapan dibawah bareng Nyokap, Bokap gue," pinta Rafa

Sandra melotot. "Rafa. Apa kata Bokap, Nyokap lo kalo ada gue disini?"

Rafa tertawa kecil. "Udah santai aja, mereka udah tau kok lo begini, Mereka maklum." ucap Rafa menenangkan.

Sandra memanggut-manggut. "Raf, gue boleh pinjem baju dan celana lo, nggak?" tanya Sandra.

"Iya, boleh. Udah sana mandi dulu, nanti gue siapin." pinta Rafa lagi. Lalu, dia keluar dari kamarnya.

Rafa turun ke lantai 1 untuk mencari Bi Jess, mungkin saja Bi Jess punya pakaian dalam yang se-ukuran dengan badan Sandra--walaupun dia tidak tahu seberapa besar atau kecilnya badan Sandra.

"Bibi nggak punya, Den. Tapi kayaknya Nyonya punya deh, coba tanya aja," ucap Bi Jess yang sedang menyiram tanaman dihalaman belakang rumah Rafa.

"Ohh, yaudah. Aku kedalem dulu ya, Bi." Rafa berjalan kedalam rumahnya.

"Raf, ngapain? Kok keliatannya binggung gitu?" Ibu Rafa muncul dari dalam kamarnya.

Rafa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "A--nu, Mah, punya underwear nggak? Buat Sandra." tanya Rafa sedikit ragu. Pasalnya, baru kali ini dia mengurusi yang namanya 'pakaian dalam wanita'.

Reisha tertawa. "Aduh, kamu gitu doang kok ragu, sih? Ada dikamar Mama, sini deh," ajak Reisha kepada anaknya memasuki kamarnya.

Kamar orang tua Rafa sangat besar dibanding kamarnya, karena Mama-nya juga orang yang lumayan fashionable, didekat kamar mandi, terdapat wardrobe yang lumayan besar. Semua pakaian serta aksesoris Reisha dan Jeremy terletak disana.

"Ma, aku nggak tau berapa ukuran bra dan celana dalem-nya Sandra," cetus Rafa.

"Sandra badan-nya kecil, jadi dia hampir kayak Mama, tapi agak kecilan lagi." ucap Reisha sembari membuka laci khusus pakaian dalam. "Nih, pasti pas deh," Reisha memberi sepasang bra dan celana dalam.

Dengan berat hati, Rafa mengambilnya. "Thanks, Ma." ucap Rafa.

"Jangan lupa ajak Sandra makan bareng kita nanti," ucap Reisha setengah berteriak kepada Rafa. "Oke, Mah."

Sandra baru selesai dengan 'urusan'nya. Bau rokok dan alkohol sudah hilang di badan hingga rambutnya. Entah, berapa banyak shampoo dan sabun milik Rafa yang sudah ia habiskan. Tapi tidak sampai habis kok.
Melihat baju, celana dan what ? Sepasang underwear ada diatas kasur dikamar Rafa.

"Rafa!"

Rafa tiba di hadapan Sandra, dia melihat dari ujung kepala dengan rambut basah, sampai ujung kaki Sandra. Sudah jelas, Sandra ini beda dari yang Rafa bayangkan dipikirannya. Tapi Rafa akan membuang pikiran itu jauh-jauh,

The Race [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang