7. Lunch & Talk

172 16 2
                                    

Pukul 11 pagi, Rafa baru bangun dari tidurnya. Maklum, tadi malam, ia begadang sembari menonton film kesukaan-nya di salah satu channel Amerika di TV  kamarnya. Terdengar getaran iPhone yang terletak disebelah kaki Rafa. Buru-buru Rafa mengambilnya dan mendapati sangat banyak pesan. Ternyata pesan dari Raka, bahwa dia mengajak Rafa untuk makan siang di restoran tempat biasa Rafa dan teman-temannya makan bareng.

"Parah, gue kebo banget." Rafa menggelengkan kepalanya. Lalu ia keluar kamar dengan muka bangun tidur dan menuju ke lantai 1 untuk sarapan--ralat, tapi makan siang.

"Den Rafa, bangun juga akhirnya," ucap salah satu Asisten rumah tangga Rafa, Bi Jess, pembantu dengan nama terkeren, sekaligus ia ART yang paling dekat dengan Rafa. "Aden mau apa? Biar bibi bantuin," tanya Bi Jess. Rafa melihat keliling meja makan persegi panjangnya ada roti lengkap dengan selai, sereal, dan susu coklat. Rafa tidak suka susu putih karena itu membuatnya mual.

"Roti aja, Bi, nanti saya mau makan diluar soalnya." jawab Rafa lalu mengambil rotinya dan mengoleskan selai coklat.

Bi Jess mengangguk. "Oiya, Den. Tadi Nyonya sama Agan pergi ke Kalimantan. Mereka udah cium jidat Aden tadi pagi kok."

Rafa mengerutkan alisnya lalu menyentuh dahinya. Gila, berasa anak bayi aja yang mau ditinggal bokap nyokap ke pesta. Rafa tersenyum geli lalu melahap rotinya.

----------

Sandra telah berada dirumah Alexa, tadi ia memang datang kesini dari jam 10 pagi, untuk menceritakan bucket flower  yang diberi Joe, dan Sandra juga membawa surat yang diberikan pada Joe malam lalu dan juga apa yang disarankan Gilang padanya malam lalu.

"Jadi gitu, Lex. Apakah bener, saran Gilang?" tanya Sandra, setelah menjelaskan semuanya. Dia duduk bersila dipinggir kolam renang, tangannya menyapu-nyapu air kolam renang yang berada di halaman belakang rumah Alexa.

Alexa tampak berpikir sambil menggerakan kedua kakinya yang diceburkan ke permukaan air.

"Mungkin Gilang bener, San. Masalahnya, Gilang ataupun gue, Shanin, Chemara dan Laura belum tentu bisa jagain lo setiap waktu, karena kita juga kan punya kegiatan masing-masing." jelas Alexa.

"Terus, sekarang gue harus gimana?" tanya Sandra lagi.

"Cari cowok yang rela ngejagain lo setiap waktu." Alexa tersenyum smirk.

Mulut Sandra mengaga. "What?" Sandra mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali. "Siapa anjir?"

Sekali lagi, Alexa memasang wajah smirk. "Nanti gue kasih tau. Kalau misalkan Joe lebih parah sama lo dikemudian hari." sanggah Alexa.

Sandra mengangguk-angguk. "Oke, gue pegang ya omongan lo, awas aja sampe gak worth it."

Alexa memutar kedua bola matanya. "Iya, tenang, gue nggak bakal ngecewain lo."

Sandra tersenyum puas. Lalu mendekat kepada Alexa. "By the way, lo gimana sama Brian?" tanyanya

Alexa menarik napas. "Ya, gitu-gitu aja, San."

"Ada kemajuan nggak?" tanya Sandra lagi.

Alexa tampak sedikit malu untuk memberi tahu ini kepada Sandra, "Ada, waktu itu dia nyium gue disana." Alexa menunjuk dua kursi dipinggir kolam renang, diantara kursi itu terdapat satu meja berbentuk persegi.

Mata Sandra berbinar. "Wah, finally! Itu berarti lo udah pacaran dong?"

"Enggak tau, waktu itu dia bilang, kissing ini buat tanda, kalau aku bener-bener sayang sama kamu. Gitu,"

The Race [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang