6. Box and Apologize

163 14 0
                                    

Rafa baru saja keluar dari Aston Martin-nya. Tasnya dibawa pada satu tangannya. Dengan tampang Rafa yang sangar dan dingin, tapi dibalik semua itu Rafa orangnya blak-blakan dan kocak. Semua anak-anak memberi jalan ketika ia berjalan dikoridor lantai 1. Ada yang menatap Rafa sinis, ada yang curi-curi pandang, dan sebagian ingin menjadi dirinya.

"Mau lo apa?"

"Lo. Yang gue mau itu, lo."

Sandra mendengus kesal. Tapi, ia masih menahannya karena ini masih di lingkungan sekolah. Sandra tidak mau bakal ada gossip murahan di Welton Brend. Apalagi, sama Joe cowok brengsek yang tidak bisa menghargai perempuan dengan baik. Tentu saja, Sandra tidak bisa menerima ini.

"Sorry, Joe. Gue gak mau punya cowok yang nggak bisa menghargai cewek. Kayak lo," tandas Sandra.

Disisi lain, Rafa mengintip obrolan antara Sandra dan Joe. Jadi bener dugaan gue, Joe suka sama Sandra. umpat Rafa dalam hati.

"Dapet dari mana sih, gossip itu, hm?" tanya Joe lagi.

Sandra mengepal kedua tangannya. Ia sudah malas dengan cowok ini, sumpah.

"Dari anak sekolah kita. Pertama, lo jebolin anak orang, kedua lo tukang mabok, dan ketiga otak lo udah miring entah beberapa senti," tandas Sandra yang membuat Joe diam sebentar.

Anjrit, separah itu si Joe. Melebihi gue ternyata. Umpat Rafa dalam hati, lagi. Rafa juga sering minum di bar sembari clubbing. Tapi sekarang, Rafa kalau lagi stress aja dia pergi clubbing. Bisa dibilang, Rafa ini terlalu liar.

"Peduli banget sama gossip kampungan?" tanya Joe menaikkan satu alisnya. "Please, San. Lo mau kan jadi pacar gue?" tanya Joe lagi.

"Lo buang-buang waktu gue." Dan akhirnya, Sandra pergi ke kelasnya.

"Lo gak se-gampang itu pergi dari gue, San. Gue bakal ngejer lo sampe lo bener-bener ada ditangan gue." jelas Joe sedikit melantangkan suaranya dan itu terdengar oleh Sandra namun dia tidak peduli sama sekali.

-------------

Di dalam kelas, Sandra hanya diam tanpa mengerjakan soal Sejarah yang diberikan Guru piket. Guru Sejarah tidak masuk karena sakit. Sandra masih memikirkan ucapan Joe tadi, "Lo gak se-gampang itu pergi dari gue, San. Gue bakal ngejer lo sampe lo bener-bener ada ditangan gue." Ucapan itu mengiang-ngiang dipikiran Sandra. Bagaimana caranya ia bisa bebas dari Joe?

Alexa, teman sebangku Sandra sekaligus sahabatnya, melihat Sandra yang daritadi hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

"San, Lo kenapa?" Alexa menyentuh pundak Sandra. Cewek itu menoleh ke wajah Alexa.

"Lex, tadi gue ketemu Joe pas lagi didepan loker. Tiba-tiba dia muncul gitu, terus dia itu makin parah Lex, dia bener-bener mau dapetin gue gimana pun caranya. Terus gue harus gimana?"

Alexa tampak sedang berpikir.

"Keras kepala banget tuh orang. Lo inget nggak omongan terakhir dia gimana? Setahu gue, dia itu suka ngomong diakhir pembicaraan dan itu yang bikin kita jadi takut." tanya Alexa memastikan

"Dia ngomong gini, "Lo gak se-gampang itu pergi dari gue, San. Gue bakal ngejer lo sampe lo bener-bener ada ditangan gue."

Mata Alexa melotot.

"Anjrit, serius lo?" tanya Alexa. Sandra menggangguk. "Makanya, gue takut. Pokoknya, gue minta lo, Shanin, Chemara dan Laura harus jagain gue disekolah. Gue gak mau berhadapan sama dia lagi," ujar Sandra.

"Oke, oke. Gue bakal jagain lo. Sekarang kerjain dulu yuk, ini nomor 5 gue belom, susah." Alexa akhirnya membuat Sandra sedikit tenang dari Joe.

----------

The Race [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang