Perasaan

26.2K 1.4K 95
                                    

Pesta malam itu hanya membuat lutut Aira kelu.
Dia hanya menatap tanpa ada cahaya di matanya.

Ya, Ini sudah satu tahun lamanya hatinya menderita. Sejak kepergian Deril Anthonius suaminya.
Dan dia sudah mulai bisa menerima semua itu walau selamanya luka di hatinya tak akan pernah sembuh.

" Hei gadis manja." Sapaan Deril seolah masih selalu mengulang di telinganya. Dan saat itu terjadi..

Hanya air mata yang menetes turun mengingat semua kekonyolan mereka, malam malam dan cinta yang romantis.

" Mamma.. " Sebuah suara kecil membuat Aira mengangkat wajah. Sepasang tangan mungil mencoba meraihnya dari gendongan Arthur.

Ya.. buah hatinya " Aiden Anthonius " alasannya tersenyum di dunia ini. Warna mata bluenya yang selalu mengingatkannya pada almarhum suaminya.

Arthur duduk di sisi Aira kemudian menyerahkan Aiden ke pangkuan ibu muda 19 tahun itu.

" Nona." Sapanya lembut

" Hmm?" Hanya itu jawaban yang sudah terbiasa di dengar oleh pemuda berkulit putih itu.

" Nona.. apa anda ingin sesuatu. Anda terlihat sangat murung?" Senyum manis Arthur

" Aku memang selalu begini Ar." Jawab Aira tanpa menatap. Wanita itu mencium ubun ubun bayi mungil tampannya.

Arthur menarik nafas panjang

" Lalu sampai kapan nona?" 

Aira menatap Arthur jeli.

" Selamanya!" Jawabnya singkat lalu berdiri menggendong Aiden dan melangkah pergi di tengah keramaian.

Arthur terdiam.
Tangannya mengepal erat.

Tidak..
Aku tidak boleh menyerah..

Ini waktu yang tepat..

Aku harus mengatakannya



Pria itu kemudian berdiri mengejar langkah Aira.





¤¤

DI SANA...

  " Tuan." Hans menunduk hormat di hadapan Raidif yang tengah duduk dengan segelas anggur merah ditangannya. Atau mungkin itu.... "Darah"?

" Apa yang mereka lakukan sekarang?" Tanyanya dengan senyum manis
Warna mata emasnya seolah berkilau di terpa sinar rembulan.

" Mereka berpesta tuan." Senyum Hans menuturkan. Mendengar itu, Raidif meneguk gelas itu tandas lalu berdiri merapikan kemejanya dan melangkah ke hadapan Hans.

" Pesta? Untuk apa?" Tanyanya memegang dagu gadis itu lalu menatapnya tajam.

" Saya tidak tahu tuan.. saya.. ti..."

" Sssssstttttttt..... aku tidak meminta penjelasan.. aku tanya kenapa mereka berani berpesta? Kau hanya perlu menjawabnya?" Sebuah taring mencuat dari bibir sexinya membuat Hans menelan ludah

" Saya tidak tahu tuan.. sa.. saya.. minta maaf saya lalai." Gadis iblis itu pucat.

" Kalau begitu kau tahu apa hukuman kelalaianmu, jika aku meminta sesuatu aku tidak suka ada cacat sedikitpun?"  Tatapan itu menajam

Hans gemetar, wajah cantiknya memucat. Gadis itu kemudian menyingkirkan rambut panjangnya ke samping dan mempersembahkan lehernya di hadapan Raidif

Seperti biasa..

Hukuman Raidif adalah menghisap energi iblisnya.

Tapi.......

THE LORD NOBLASSE 2 ( The Devil Come Back ) - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang