"Lily....Lily....!"
Paige menggedor-gedor pintu kamar adiknya sambil mengusap-usap rambut basahnya yang masih meneteskan bulir air. Ia tahu Lily tak akan membukanya dengan senang hati.
Sebenarnya iapun tidak menyukai melakukan hal itu. Jika disuruh memilih, ia lebih senang berdiam diri di kamarnya dan menghabiskan sisah pagi ini dengan damai. Tidak melakukan apa-apa.
Tapi ibunya di bawah sana telah merenggut haknya sebagai manusia. Wanita itu telah dengan kejam membangunkan paksa dirinya, menarik lepas selimut yang dengan nyaman menghangatkan mimpinya, memaksanya kembali ke dunia dengan segala kenyataan dan kasadaran secara tiba-tiba.
Dan itupun yang akan ia lakukan pada adik perempuannya. Lily.
"Lily! Lily....!!" untuk kesekian kali ia berteriak dengan lantang. Ia mencoba memutar knop pintu berwarna perak itu gusar.
"Lil...."'Duk!'
"----apa?!"
"Aaw!!" Paige menggosok dahinya karena terbentur pintu yang dibuka tiba-tiba.
Wajah adiknya mengintip separuh dari balik pintu, tampak sembab dan kusut. Mata abu-abunya menyorot kesal.
"Apa yang kau lakukan?" ia meringis menahan nyeri di dahinya.
"Menurutmu, apa yang dilakukan manusia pagi-pagi begini?"
Kau memang menyebalkan, pikir Paige dalam hati. Kenapa ia harus anti dengan hal-hal normal macam ini, Paige tidak habis pikir. Ia ingin tahu apakah ia bisa hidup tanpa dirinya atau ibu mereka. Karena setiap pagi hal inilah yang menjadi sumber pertengkaran mereka.
"Ini masih terlalu pagi." suara Lily memenuhi ruangan.
"Ini jam sepuluh!"
Paige melangkah masuk tanpa permisi ke dalam kamar adikya. Ia tak peduli Lily mengawasinya dari belakang."Kau ingat ini hari apa?"
Paige berbalik pada Lily yang terhuyung-huyung kembali ke ranjangnya."Ini kan akhir pekan, kenapa?" jawabnya setengah sadar dalan tumpukan bantal.
"Ini jum'at!" Paige mengingatkan dengan nada menegur.
"Yeah? Kenapa dengan Jum'at?" gadis itu menguap.
Kenapa dengan Jum'at? Paige ingin sekali tahu apa isi otak Lily. Mengapa setiap kali membicarakan tentang janji ketemu ayah mereka, Lily seakan hilang ingatan. Jum'at apa? Jum'at yang mana? Ketemu siapa?
Paige bosan menjawab.
Dengan sisah kesabaran Paige menggeleng-geleng menatap adiknya yang seperti orang mabuk itu.
"Ini waktunya giliran kita bertemu Dad."
Mata Lily seketika itu terbuka seratus persen.
"Apa?!" tanyanya serak.
"Dad sudah di bawah, menunggu."
"Itu tidak mungkin! Tanggal berapa hari ini?"
"Ini hari jum'at di minggu pertama di bulan Juni. Ini memang waktunya kita bersama Dad."
Lily menengada ke langit-langit kamarnya.
"Aku benci ini." bisiknya.
Mereka berdua tahu bahwa sesi bersama ayah mereka adalah hal terberat yang harus di lalui Mereka setiap bulan. Bukan karena Paige dan Lily membenci ayah mereka, tapi karena Nancy. Ibu tiri mereka itu selalu memegang kendali di setiap pertemuan. Bahkan walaupun jika ia tidak melakukannya, mereka akan tetap diliputi rasa canggung karena wanita itu selalu mengekor di belakang sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di hari tanpa senyum
RomanceBagi Paige pekerjaan sebagai babysitter yang ditawarkan padanya adalah hal yang paling diharapkannya. Dan alangkah senangnya ia saat mendapatkannya. Tak peduli siapa yang menjadi majikannya ketika ia tahu, ia hanya ingin mendapatkan sejumlah uang u...