do you really love me?

199 9 0
                                    


Lily meringkuk di kursi malas yang terletak di beranda. Dalam diam mengawasi gerak-gerik Paige, kakaknya yang mondar-mandir dengan ponsel di telinga. Lily tidak berani bertanya. Ia takut jawabannya akan menyakiti hatinya sendiri.

"Damn!"

Ia mendengar Paige mengumpat pelan. Lalu kembali menempelkan speaker phone di telinganya lagi.

"Dia bahkan mematikan telepon.." desahnya putus asah.

"Menelepon siapa?" mau tak mau ia bergumam pelan walau sebenarnya ia tak terlalu ingin mendengar jawaban Paige.

"Kenny. Tentu saja, siapa lagi?"

Lily manggut-manggut. Ia tak ingin memperpanjang percakapan mengenai Kenny. Cowok itu sekarang menjadi hal sensitiv dalam hatinya.

"Menurutmu apa aku harus ke apartemennya?" Paige mengejutkannya dengan sebuah pertanyaan aneh itu.

Lily beringsut duduk. "Untuk apa?"

"Hanya melihatnya, hanya memastikan bahwa dia baik-baik saja."

"Dia bukan bayi." jawaban Lily terdengar menegur di telinganya sendiri.

"Aku tahu. Tapi hari ini ia libur. Dan ia bahkan tak memberi kabar. Tidak biasanya."

"Dari mana kau tahu ia sedang libur?"

"Aku kekasihnya, aku hafal jadwal kerjanya. Kenapa? Ada masalah?!"

Hati Lily mencelos seketika. Pernyataan Paige itu seperti mengingatkannya agar menjauhi kekasihnya itu. Walaupun sebenarnya Paige tak akan tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Kenny. Ia merasa Paige mulai merasa aneh.

"Well, aku tidak tahu..." Lily merebahkan kembali tubuhnya. Pikiran-pikiran tentang Kenny menyeruak ke segala ruang dalam otaknya.

Paige tampak berdecak kesal. Lily bisa maklum, mungkin Kenny berusaha menghindar dan itu bukan salah Paige.

"Tentu saja kau tidak tau. Kau kan tidak pernah pacaran.."

Itu bukan sindiran. Itu pelecehan secara terang- terangan. Maka dengan segenap keberanian ia menatap tajam Paige.

"Untuk menjawab pertanyaan konyolmu itu aku tidak harus pacaran dahulu. Masalahnya adalah kau tidak pernah berhenti mencari perhatian!"

"Apa kau bilang? Mencari perhatian?! Kenapa aku harus cari perhatian hah? Aku punya segalanya, aku punya apa yang tidak kau punyai!"

"Tolong tanyakan dirimu sendiri kenapa yang ada di otakmu cuma Kenny, Kenny dan hubungan kalian yang aneh itu! Aku bosan mendengar!"

Lily bangkit dari tempatnya. Ia tak ingin melihatnya lagi hari ini.

***************

Paige masih tak habis pikir ketika ia mengendarai mobil ibunya menuju apartemen kekasihnya yang terletak di ujung kota. Pikirannya masih campur aduk dan semrawut tentang adiknya.

Kenapa tiba-tiba Lily bisa semarah itu terhadap satu pertanyaan sederhana yang bisa dijawab siapa saja.

Mungkinkah ia naksir pada Kenny? Hihihi, Paige tidak tahu mengapa ia punya pikiran liar macam itu. Lagi pula ia menyadari, kata-katanya setengah jam lalu itu benar-benar menyinggung.
Lily hanya cemburu padaku, putusnya dalam hati.

"Oh, God...."
Paige mendesah pelan ketika terjebak kemacetan menuju blok apartemen. Pelanggan Lory's semakin tak terkendali. Tempat itu tak punya tempat parkir yang cukup luas. Hingga mobil-mobil pelanggan meluber ke mana-mana.

Di hari tanpa senyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang