Paige merapikan gaun satin putih indah yang terasa begitu pas di tubuhnya, bahkan terlalu pas. Matanya mengawasi riasan wajahnya dengan seksama, ia merasa tidak sesempurna yang di harapkannya. Paige tak pernah merasa sesempurna apapun.Gaun itu bergemerisik di antara kakinya yang anehnya ia menyukai hal itu, seperti gadis kecil yang mengenakan pakaian baru. Ia senang dengan sensasinya. Ia menggunakan rasa senang itu untuk menutup perasaan-perasaan lain yang berkecamuk dalam hati nya. Ia bersyukur Ayahnya mengatasi semua biaya untuk pernikahan ini.
"Hei, Paige cepatlah kita akan terlambat!"
Paige berlari ke arah jendela dan melongok dari sana. Semua orang telah siap dengan pakaian terbaik mereka, tampak anggun dan menarik seperti artis menuju red karpet. Paige tersenyum pada pagi cerah ini dan memaksa diri untuk tidak pernah menghapus senyum itu lagi.
Ia menuruni tangga dengan high heel yang merepotkan berwarna perak dari tempat Lily menyewa gaun pengantin yang sebenarnya lebih cocok di kenakan adiknya bersama gaun pengantinnya yang mengembang.
"Aku datang!" Paige berseru sambil berlari keluar, melewati Ibunya di ambang pintu yang terbuka lebar.
Ia menyaksikan adiknya sudah duduk di barisan tengah jok mobil, menggenggam buket bunga mawar putih yang menebarkan aroma manis ke segala penjuru rumah sepagian ini.
"Seharusnya kau yang menungguku berdandan. Bukannya kami yang harus membuang waktu--"
"Hei, untuk itulah aku di datangkan dari New York. Tentu saja untuk berdandan habis-habisan dan melihatmu berjalan di altar---dengan mantan kekasihku."
"Sudah. Cukup, Paige. Kau akan merusak pagi ini." ibunya datang dan bersiap menyusul mereka.
"Tidak. Mom, lebih baik mom menumpang mobil Tory. Di sini cukup sesak." Lily mengedarkan pandang pada Ayahnya di balik kemudi dan Paige di samping Ayahnya. "Aku hanya ingin duduk sendirian di sini, gaun ini membuatku terasa gendut dan memenuhi tempat."
"Ok, aku akan pergi bersama mereka saja."
Mereka merencanakan pernikahan ini dalam waktu singkat, hal-hal mengenai kendaraan sewa sama sekali tidak ada dalam daftar persiapan itu. Lily hanya memanfaatkan mobil Ayah dan ibunya ditambah lagi mobilnya sendiri yang tua dan lucu. Tory Randall sepupunya, mengemudikan mobil itu untuk membawa mereka ke gereja. Karena memang mereka tidak mengundang banyak orang. Keluarga Kenny bahkan tak satupun datang untuk menyaksikan mereka menikah. Yang bagi Lily itu sebuah pukulan tersendiri dalam dirinya.
Mereka menikah di bulan November, suasana musim gugur yang hampir sepenuhnya tergantikan dengan salju. Paige tidak pernah tahu alasan mengapa Lily mengenakan gaun berbentuk tube top tanpa tali dengan rok yang mengembang seperti cinderella. Gadis itu seperti menggigil dalam gaun nya.
"Baiklah, pasang sabuk pengaman kalian. Kita akan ngebut!"
"Oh, " Lily memutar bola matanya, "yang benar saja, sabuk pengaman akan merusak bunga-bunga yang ada di dadaku." ia menunduk pada beberapa bunga yang sengaja ditempel di sana sebagai aksen. Paige meraih sabuk pengamannya sendiri dan mengaitkannya lalu melihat Lily.
"Kau tidak merasa ada yang kurang?" Paige menatap Ayahnya bergantian.
"Apa lagi?" tanya pria itu gusar, seakan menampakkan perasaannya yang sesungguhnya. Ia tidak merasa yakin dengan pernikahan putrinya.
Edmun merasa Lily bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini. Kenny bukanlah pria yang diidamkan seorang Ayah bagi putrinya. Kenny sangat tampan, sopan, terlalu pengertian terhadap orang lain. Sebuah sikap yang sangat menjurus pada sifat plin-plan, yang sangat dekat dengan pengkhianatan terhadap sebuah hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di hari tanpa senyum
RomanceBagi Paige pekerjaan sebagai babysitter yang ditawarkan padanya adalah hal yang paling diharapkannya. Dan alangkah senangnya ia saat mendapatkannya. Tak peduli siapa yang menjadi majikannya ketika ia tahu, ia hanya ingin mendapatkan sejumlah uang u...