Tenggelam

116 6 0
                                    

Enjoy my story guys...
Don't forget comment and vote....

Baru pukul 6 pagi. Tapi suara diluar sana sudah mulai terdengar jelas. Sepertinya mereka semua sudah bangun. Tidak biasanya aku telat seperti ini. Aku berjalan menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian aku sudah berjalan menuruni tangga.
Benar, mereka semua sudah bangun, begitu pula dengan Tuan Cart. Hari ini pembantu Ben sudah kembali jadi kami sudah tidak perlu repot lagi memikirkan sarapan pagi.
"Pagi Stef" sapa Gabe yang sedang menonton TV.
"Pagi. Hei, apa bahasa Indonesia-mu selancar Ben?" tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
"Ibuku orang Indonesia, tidak mungkin aku tidak bisa. Lagipula aku tidak ingin kalah dengan Ben hanya saja bahasaku tidak selancar dia. Aku jarang melatihnya" jelas Gabe.
"Ayahmu?"
"Sama sepertiku. Tidak terlalu lancar"
"Aku lupa, semalam kau meminum obatmu?" tanyaku.
"Sudah. Aku sudah tidak sakit secara fisik lagi. Kau tidak usah mengkhawatirkanku lagi. Terima kasih atas semua bantuanmu."
"Masih memikirkan Allice?"
"Begitulah. Aku masih mencintainya."
"Dia tidak peduli padamu. Tidak perlu memperdulikannya. Mudah saja."
Lalu pekerjanya memanggil kami untuk sarapan. Dia sudah memasak untuk kami semua. Kami berjalan menuju dapur. Semua semua sudah berkumpul hanya saja aku tidak melihat Ben.
"Where's Benm"
"Sleep." jawab Kyle.
"Oh, akan kubangunkan si botak itu," lalu aku meninggalkan mereka dan berjalan menuju kamar Ben.
"Ben wake up! Semua sedang menunggumu untuk sarapan bersama."
"Oh okay. Aku cuci muka dulu sebentar lagi turun."
Lalu aku keluar dari kamarnya dan kembali ke ruang makan ke tempat dimana mereka semua berkumpul.
"Dia telah bangun," kataku.
"Thanks, Stef." kata Tn. Cart.
"Anda tahu nama saya, Sir?" jawabku.
"Tentu saja."

"Uncle, percayalah padaku, Stefanie adalah gadis yang sangat baik. Jika dia tidak ada disini, Gabe pasti masih berada di tempat tidurnya. Betapa beruntungnya aku bila aku bisa menjadi pacarnya!"seru Kyle.

Dia memang gombal dan pandai mencari perhatian orang. Tapi tunggu dulu, aku tidak akan termakan rayuan basa basi busuk itu.

"Thanks again Stef. dan kau harus berjuang keras dan terus mencoba, Kyle," kata Tuan Cart.

Tak lama kemudian Ben turun. Ayahnya mengomeli dirinya yang tidak pernah bisa bangun pagi. Ben hanya diam duduk lalu makan tanpa berkata sepatah katapun. Dia tidak menganggap perkataan ayahnya serius. Hanya sebuah ocehan yang maauk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

Selesai makan Tn. Cart langsung pergi ke kantornya dan Kate datang ketika kami sudah selesai dengan sarapan kami. Dia memang tidak tinggal bersama kami. Tetapi, kurasa dia akan terus datang kesini sampai akhirnya kami kembali ke Indonesia. Kurasa karena dia tertarik dengan Fari.

Kami bermain-main di sekitar kolam renang. Kyle dan aku berjalan di tepi kolam, dia terus mengajak ku berenang. Aku tidak bisa berenang. Berkali-kali aku mengatakan hal itu padanya. Ekspresinya seperti tidak terlalu mempercayaiku. seperti mengatakan, 'Oh, mana mungkin gadis sepertimu tidak bisa berenang. Kau ini terlalu ketinggalan jaman'.

Dia meninggalkanku sebentar dan masuk ke rumah untuk mengambil sesuatu pamitnya. Saat dia melepaskan tanganku, posisi tubuhku sedang tidak seimbang. Lantai di sisi kolam sangat licin. Aku tergelincir dan tenggelam. Tiba-tiba saja semua menjadi gelap.

Fari-----------

"Suara apa itu?" tanyaku pada Ben yang sedang membaca majalah.
"Stef tenggelam." jawabnya santai.
"Oh, Stef tenggelam." jawabku.
"Stef tenggelam!" teriak kami berdua.
"Kolam ini 2meter kan?"
"Iya!"

Secepat mungkin aku terjun ke kolam untuk menyelamatkan Stef. Dia sama sekali tidak bisa berenang. Aku tahu betul hal itu. Bahkan dia tidak pernah belajar bagaimana cara mengapungkan dirinya. Mungkin masuk ke kolam berenang saja dia belum pernah. Gabe memberitahuku kolam ini mempunyai kedalaman 2meter.

Aku menyelam selama kukira hampir satu menit lebih di dalam sini. Aku sulit melihatnya. Kolam ini dalam sekali. Mereka menggunakannya untuk belajat cara diving bukan sekedar berenang saja.

Aku menemukannya. Aku menemukanyaaa....!!!! Oh ya ampun! Sungguh terima kasih tuhan!

Sesegera mungkin aku membawanya ke tepi kolam. Dia sudah tak sadarkan diri. Oh tuhannnn....! Jangan kau ambil bidadariku. Teriak ku dalam hati. Aku cemas sekali. Aku sangat cemas. Kalau-kalau aku telah kehilangannya.

Aku terus mencoba memberinya napas buatan. Aku terus melakukannya sambil memompa jantungnya. Sesekali kutempelkan telingaku agar aku dapat mendengar bunyi detak janyungnya. Aku lakukam berkali-kali. Memberinya napas buatan, memompa jantungnya, dan mengecek detak jantungnya.

Hingga akhirnya ...... dia sadar.
Syukurlah. Aku sudah dapat bernapas lega. Aku sangat cemas. Aku hampir menangis karena kejadian ini.

Seketika dia memelukku. Refleksnya ini membuatku sangat kaget. Dan wajahnya tampak sangat ketakutan, tubuhnya gemetaran. Aku masih bisa melihat kalau dia menangis karena hal ini
Aku membalas pelukannya itu. Aku mengelus-elus punggungnya dan menyenderkan kepalanya ke pundakku. Dia membisikkan kata "Terima kasih."

Helmi segera memberikan kami handuk. Aku lingkarkan handuk itu ke tubuh Stef yang sudah basah kuyup damembantunya berdiri. Aku masih bisa melihat kalau dia sangat ketakutan atas kejadian ini.

Kyle masih berdiam diri tanpa berkata sepatah katapun. Dia hanya melihat kami bagaikan sebuah patung selamat datang. Aku sangat kesal, dia hanya diam saja ketika Stef tenggelam tanpa mencoba menyelamatkan. Dia tahu Stef tidak bisa berenang. Tapi dia malah sengaja membawa Stef ke tepi kolam.

Aku memukulnya dan terus memukulnya dan dia tidak merespon pukulanku sedikitpun. Stef meleraiku dan kembali memegangiku serta menarikku masuk kedalam.

"Stop Stef! Dia pantas mendapatkannya." Teriakku.
"Ini hanya sebuah kecelakaan," jawabnya dengan nada lemah dan kemudian berjalan meninggalkanku.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang