## 2
DINNERTentu saja mereka kembali lagi ke rumahku. Aku berjalan masuk duluan menuju ruang tengah dan langsung menjatuhkan diriku di atas sofa empuk tersebut. Fari yang membawa masuk semua barang-barang tersebut tak terkecuali barang Hilda, Helmi, dan Ben.
Ternyata, Dia berniat untuk duduk di sebelahku. Jadi, aku menggeser tubuhku sedikit lebih ke ujung.
Helmi meraih remote tv yang terletak di meja mencoba untuk mencari-cari acara tv yang enak untuk ditonton.
"Gak biasanya, Hel," kata Ben.
"Maklum Ben, kalau di rumah gak boleh nonton film barat, papa aku tuh cinta Indonesia banget," jelasnya.
"Sepertinya, Stef adalah solusi terbaik kalian. Apapun yang dilarang di rumah kalian di perbolehkan di rumah dia," kata Fari.
"Ya dia kan tinggal sendirian, Far," kata Hilda.
"Bilang aja kalo Fari juga mau kesini tiap hari kaya Ben. Ya kan, Far? Ngaku deh!" Kata Helmi.
"Aku? Ya enggaklah! Emangya gak ada kerjaan lain gitu."
Ada sedikit kekesalan dalam hatiku. Memang aku tahu kalau dia tidak senang berada dekat denganku. Tapi setidaknya, tidak perlu berbicara ketus seperti itu. Terlebih lagi, aku sedang duduk disampingnya.
Jam dindingku sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh. Helmi dan Hilda sudah terlebih dulu berpamitan untuk pulang. Sementara itu, Fari dan Ben masih di sini.
"Gak pulang, Far?" tanyaku.
"Ngusir, nih?" jawabnya.
"Bukan gitu. Maksudnya, gak biasanya kamu di rumah aku lama-lama gini. Biasanya, duduk lima menit disini aja kamu udah gak tahan."
"Stef, makan yuk! Lapar nih," kata Ben.
"Nggak ah, Ben. Aku gak lapar. Kamu makan sendiri aja ya? Biar aku minta mereka masak buat kamu."
"Setuju!"
"Fari?"
"Nggak, Stef."
Kemudian aku berjalan ke dapur menyuruh bibi untuk memasak makan malam, khusus untuk Ben seorang. Dia sangat suka berbagai macam masakan yang dimasak di rumah ini tak peduli apapun itu. Tak ingin banyak mengatur, aku membiarkan mereka menentukan sendiri ingin memasak apa untuk Ben. Kemudian aku kembali menemui mereka di ruang tengah.
Fari sedang asyik memainkan permainan dalam ponselnya, sementara Ben sedang asyik dengan tontonannya yaitu "Spongebob Squarepants". Mereka tidak menghiraukan kedatanganku sepertinya. Jadi aku pun tidak kembali menyapa mereka dan hanya duduk ikut menonton tv.
Tak beberapa lama kemudian, salah seorang pekerjaku datang memberitahu Ben bahwa makanan sudah siap. Ben langsung beranjak dari tempat duduknya menuju meja makan. Sementara itu, aku menyuruh pekerjaku sekalian membawakan barang yang dibeli tadi ke kamarku.
Selesai menghabiskan makanannya, Ben langsung berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Pikirku, kenapa tidak sekalian saja menumpang mandi dan tidur di rumahku? Atau bahkan tinggal selamanya di rumahku? Seolah villa nya hanyalah tempat untuk tidur saja. You know, seperti sekedar nge-kos...
"Stef, dinner di luar yuk!" ajak Fari.
"Lah? Katanya tadi masih kenyang?"
"Kan tadi bohong doang. Masa gak ngerti sih! Ayolah, Stef."
"Dimana?"
"Ikut aja!"
Sebenarnya aku terus menolak ajakannya. Tetapi dia tetap bersikeras untuk mengajakku pergi makan malam berdua bersamanya. Bagaimanapun aku menolak, dia tetap punya alasan untuk membuatku ikut dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
RomanceStefanie dan Fari. Mereka berdua sudah berteman sejak duduk di bangku SMP. Sebetulnya, Steffi mencintai Fari saat itu. Hanya saja, Fari tidak pernah memberikannya kesempatan untuk membuktikannya. Disaat merasa siap, saat itu pula ada Ben yang muncu...