England 3

47 8 0
                                    

"Ini kamarku, disebelahnya ada kamarmu dan di sanalah kamar Gabe," jelasnya sambil menunjuk ke arah kamar yang letaknya tepat di sebelah kamarku.

"Kalian semua tinggal di sini? Kamar yang lain dimana?" tanyaku.

"Tidak. Kami hanya di sini selama kalian berlibur di sini. Itu akan menjadi kamar Hilda dan Helmi," katanya sambil menunjuk dua ruangan diseberang kamar kami. "Ben dan yang lainnya di atas.

"Oh..."

Dia masih saja merangkulku dan kudapati sekali dia mencoba untuk menciumku namun aku berpura-pura memalingkan pandanganku. Dan dia hanya diam saja serta tidak jadi menciumku. Dia memang tampan. Tapi, bukan berarti aku akan membiarkannya menciumku hanya karena ketampanannya itu, bukan?

Begitu sampai di kamar Gabe. Hal pertama yang kurasakan adalah kamarnya dingin dan gelap. Aku takut pada kegelapan. Perasaan tidak nyaman selalu menyelimutiku. Dengan sekejap aku langsung menghidupkan kamar lampunya. Terlihat kamarnya yang sangat luas dan berantakan. Dia menutup seluruh jendela kamarnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.

"What's wrong with him?" tanyaku.

"Pacarnya mutusin dia. Dia sakit hati akan hal itu. Dia gak makan, gak mau ke dokter dan suhu tubuhnya tinggi. Childish!" jelas Kyle dengan nada sedikit kesal.

"Gabe. I'm stefanie. Ben's friend" kataku sambil membuka selimutnya serta memegang tubuhnya. Benar saja, suhu tubuhnya sangat tinggi.

"Oh, hi Stef" sapa Gabe.

Oh ya ampun. Syukurlah dia tidak memarahiku. Kupikir dia akan memarahiku atas kelancanganku ini. Rupanya dia juga menyambutku seperti yang lainnya

"Bisa antarkan aku ke dapur?" bisikku kepada Kyle.

"What for?"

"sleeping! Of course cooking Kyle," jawabku sesikit kesal.

"Oh, okay," jawabnya.

Lalu kami keluar dan menutup pintu kamar Gabe. Lalu aku mengikuti langkah Kyle.

******

"bisa tolong kau isi baskom dengan air dan ambilkan aku handuk sementara aku memasak sup, Kyle?" pintaku.

"Okay" jawabnya lalu menghilang.

Aku mencari bahan untuk membuat soup seperti yang biasa kubuat di rumah di kulkasnya. Tak banyak yang dapat dicampur namun kurasa ini cukup untuk membuat sup.

Kyle menghampiriku dengan membawa baskom berisi air dan beberapa handuk. Sup ku sudah hampir jadi. Aku hanya perlu menuangnya kedalam sebuah mangkuk yang pas. Dan membawanya ke kamar Gabe.

*****

"Gabe. You have to eat something. I make soup for you" kataku.

"No."

"Sudah kubilang, bukan?" kata Kyle.

"Gabe, jangan nyakitin diri kamu sendiri. Pikirin orangtua kamu dan Ben. Mereka gak mau lihat kamu sedih kaya begini. Oke, aku tahu rasanya sakit. Tapi, nyiksa diri begini bukan caranya. Gak ada manfaat dari kamu ngelakuin ini," bujukku.

Cukup lama aku membujuknya. Aku bahkan sampai berdebat dengannya. Malah kurasa sup ini sudah dingin karena lamanya kami berdebat.

"Okay I'll eat," jawab Gabe pada akhirnya. Betapa senangnya hatiku!

Lalu aku menyuapi Gabe sampai sup-nya habis. Yah, dia terlalu lemah untuk mengangkat mangkok supnya sendiri. Kusadari kalau Kyle cemburu melihat aku yang asyik menyuapi Gabe. Kutebak, dia pasti membayangkan dirinya sakit dan aku sedang menyuapinya saat ini. Setelah itu aku menyuruhnya berbaring dan menaruh handuk basah di keningnya berharap panas tubuhnya turun. Aku keluar dari kamarnya bersama dengan Kyle dan turun kebawah.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang