Chapter 9: so is this the start?

51.5K 1.1K 74
                                    

Halooooo :)

makasi kepada yang masih menunggu dengan setia cerita MMA-nya. I know pasti kalian keselkan sama aku karena lama banget :'''', so I'm gonna apologize to all of you. maaf karena baru bisa dan baru sempet untuk mengupload ceritanya. alasannya kenapa lama karena biasa..... tugas kuliah. oleh karena itu MMA sempet nggak kesentuh lama banget. dan maaf banget :''''''

udah deh gamau lama-lama, sekali lagi makasi yang udah setia nunggu, nge-vote, dan bahkan ngecomment MMA. I dedicated this story to all of my fans and readers, please enjoy it :*

xoxo,

kyra110393

P.S.: jangan lupa vote dan commetttttt

p.s.s: become my fan pleaseee? *puppyeyes*

p.s.s.s: maaf kalo misalnya chapter ini kurang seru atau banyak typo, maaf karena emang belum sempat direvisi :"""

p.s.s.s.s: bagi yang mengharapkan chapter ini mengenai pernikahan Valdo Nintya, maaf banget aku bakal bilang, Chapter ini bukan ttg hari H pernikahan mereka. aku janji nanti bakal ada kok ;;)

******************************************************************************************************

Nintya POV:

Langit sore terlihat cerah dengan semburat merah orange dan kuning yang mendominasi langit biru ini. Pandanganku tertuju keluar jendela mobil Valdo yang sedang berhenti disebuah lampu merah tidak jauh dari butik baju pengantin yang baru saja aku datangi. Butik Baju Pengantin. Aku menghela nafas berat mengingat kejadian beberapa waktu sebelumnya. Aku yakin sekali bila raut wajah Valdo berubah ketika ia melihat diriku, walaupun rautnya berubah seperti biasa lagi hanya dalam hitungan detik, dan itu membuktikan bahwa aku bukan seorang perempuan yang dibawah standar. Tetapi bukan namanya Valdo kalau tidak berbuat brengsek walau hanya sehari saja. Kenapa aku bilang begitu? Karena Valdo......

-flashback-

Segera saja aku mengangkat kepalaku dan mengamati ekspresi yang tertera di wajah Valdo. tetapi dalam hitungan detik, yang aku yakini tidak sampai lebih dari sepuluh detik, Valdo kembali memasang wajah dinginnya. Walaupun Valdo hanya memasang ekspresi –Well, menurutku ekspresi takjup, kagum?- itu hanya sebentar, tapi aku yakin bahwa ekspresi itu ada dan terlukis di wajah Valdo tadi.

“Gimana Nak Valdo, Nintya cantik dan anggunkan kalau pakai gaun ini?” wanita itu, yang aku sangat merasa bersalah sekali karena masih belum mengetahui namanya sampai sekarang, berbalik dan melanjutkan kata-katanya sambil berjalan menuju ruang tadi, “Tunggu sebentar Nak Valdo, tante ambilkan punya kamu juga,” dan wanita itu meninggalkan aku dan Valdo hanya berdua didalam ruangan ini.

 Aku berdeham untuk menarik perhatiannya. Mendengar hal itu Valdo menengokkan kepalanya dan mendaratkan pandangannya ke mataku. “Apa?” katanya dingin. Selalu saja ia tidak berperasaan.

“Bagaimana gaunku?” kataku yang cepat-cepat aku tambahkan ketika melihat sorot mata Valdo yang mengandung makna Penting-buat-gw-untuk-suka-gaun-lo?, “Aku cuma mau memulai perbincangan aja, daripada lindahmu kelu nggak ngomong apa-apa dari tadi,”

Marrying Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang