Haloooooooooooooooooooooooooooooooooooooo.
maaf banget atas keterlambatan aku mengupload cerita ini, maaf juga kalau misalnya nggak sesuai ekspektasi kalian, maaf juga kalau cuma sedikit ceritanya :(. tau kan ya kalo kuliah tugas numpuk dan ini lagi masa-masa uas huhu, dan besok aku ada 3 UAS, doakan aku ya :"). dan terimakasih juga untuk para pembacaku yang masih setia menunggu. kalau kata mbah surip: i love you full!
xoxo,
FM
ps: aku nggak mau ngasih perannya ini karena aku ngebebasin kalian untuk menghayal tokoh-tokohnya seperti apa hehe
p.p.s: maaf banget kalo feel tentang pertunangannya kurang, aku memang sengaja nggak mau cepet-cepet karena menurut aku masih chapter awal :(. tapi tenang aja beberapa setelah chapter ini (maybe 1/2/3 chapter lagi, akan ngebahas tentang pernikahan mereka) penasaran? stay tune terus ;)
p.p.p.s : makasi buat yang udah comment dan vote di chapter-chapter sebelumnya. dan aku harap di chapter ini kalian juga mau untuk VOTE DAN COMMENT :).
p.p.p.p.s: hahaha janji ini yang terakhir! jangan lupa ya untuk clik 'become fan' di page aku. makasiiiiiiiiiiii <3
*******************************************************************************************************
Nintya POV:
Sabar.... Tenang..... Tarik Nafas.... Sabar.... tarik nafas.....
Ketiga kata tersebut sudah aku katakan terus menerus didalam hati. Tetapi nyatanya aku tetap bisa menenangkan diriku. Sudah sekitar 30 menit aku bolak balik menatap dan mengalihkan pandanganku kearah kalender yang berada diatas meja belajarku. Tetapi naasnya kalender tersebut tetap menunjukkan tanggal 11, 3 hari menuju pernikahanku.
H-3.....
Mengingat itu hatiku kembali gusar. Memang aku belum melakukan apapun untuk persiapan pernikahanku dengan lelaki itu, semua yang dibutuhkan diurus langsung oleh mamaku dan mamanya. tetapi untuk pengecualiannya adalah hari ini, karena aku akan pergi bersamanya untuk fitting baju. Well, kedua orang tua kami telah memesankan bajunya sejak satu bulan yang lalu, sebelum aku dan dia mengetahui bahwa kami dijodohkan. Mengingat hal tersebut membuatku tertawa miris.
“Nintya?” Suara mas Bima mengagetkanku. Aku juga tidak tahu bahwa ia sekarang sudah berada tepat disampingku.
“Eh Mas Bima, kenapa mas?” aku mengalihkan mataku dari kalender agar dapat melihat langsung wajah mas Bima. Sudah 2 bulan aku tidak melihatnya, dan baru tadi malam ia kembali dari Bandung yang tentunya karena pernikahan konyol aku ini. Wajah Mas Bima masih sama dan tampan seperti dua bulan yang lalu. Masih berkulit putih, bermata coklat, dan berambut coklat. Sungguh tak heran banyak wanita yang mengejar-ngejar Mas Bima.
“Kamu nggak kenapa-kenapa? Aku panggil kamu dari tadi kamu tapi nggak nyaut-nyaut. Terus ketawa sendiri lagi” Tanya Mas Bima. Satu hal yang aku suka darinya adalah ia selalu menjadi figur panutan untukku, terlebih lagi setelah papa sudah tidak ada.
“Nggak apa-apa mas,” aku mencoba tersenyum meyakinkan karena Aku tidak mau membuat Mas Bima khawartir. Tetapi sepertinya mas Bima tahu bahwa aku berbohong.
“I know you lie to me,”
Aku tertawa hambar. Baru ingat bahwa Mas Bima paling bisa mendeteksi apakah aku berbohong atau tidak, “You know me so well Mas,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Arrogant
Romansa"Lebih baik kita setujui saja pernikahan ini," Valdo menatapku dingin, "setelah itu aku ceraikan kau. lagipula aku tidak suka dan tidak mau bersama dengan istri yang kerjaannya cuma menangis dan menangis. bikin penat kepala saja!" Aku menatapnya den...