chapter 2

75K 1.3K 25
                                    

Haiiiiiiiii, ini merupakan chapter 2 dari Marrying Mr. Stranger :). disini bakal ada nintya dan valdo pov. aku sengaja jadiin satu supaya para pembaca langsung tau gimana dari sisi valdo dan nintya.

kalau misalnya ceritanya nggak sebagus ekspektasi kalian maaf ya, soalnya aku sendiri masih amatiran. jangan lupa kalian nge-vote dan comment cerita ini. vote dan comment kalian membantuku untuk membuat chapter berikutnya.

xoxo,

kyra110393 :*

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Nintya POV:

Hal yang paling aku sukai adalah kamar tidur. Apalagi kamar tidur pribadi. Menurut aku Kamar sendiri adalah tempat terenak dan ternyaman yang ada didunia ini. Tempat dimana aku tidak perlu menghadapi dunia luar yang sungguh menyebalkan. Tempat dimana aku tidak perlu bertemu dengan orang brengsek dan tidak punya hati! Aaaarrrrgggg!!!!! Pikiranku terhadap kejadian tadi pagi masih belum dapat aku lupakan. Gimana pula aku lupakan kalau dia, cowo yang sok kegantengan dan ga punya hati itu, dengan seenaknya menyebutku dibawah standar! Apakah ada didunia ini seorang perempuan mau disebut dibawah standar?

“Arrrrrgggggghhhhhhh!!!!!!!!!!! Siapa sih cowo annoying itu???” teriakku kesal sambil berguling-guling dikasurku yang bersepraykan warna ungu. Aku adalah seseorang yang sangat menyukai warna ungu, tetapi aku bukan maniak yang suka memakai barang yang semua berwarna ungu.

Aku mengambil boneka teddy bear kecil berwarna coklat yang merupakan hadiah dari almarhum papaku sebelum ia meninggal. Ia meninggal ketika aku masih kecil, ketika aku belum mengerti apa itu dunia. Boneka yang kuberi nama Tibear ini merupakan teman terbaikku yang bisa mendengarkan seluruh ceritaku. “Tibear, tadi masa ada yang ngatain aku dibawah standar. Aku tau aku nggak cantik dan ga lucu kaya cewe-cewe lainnya, tapi aku tetep aja sebel pas denger dia bilang gitu!” dengusku kesal.

“Ada apa sayang? Kok teriak-teriak gitu? Ada yang menggangu pikiran kamu?” Mama berjalan perlahan kearah tempat tidurku. Aku kaget dengan kedatangan mama yang tiba-tiba apalagi sekarang.... masih jam 4 sore, belum waktunya mama untuk berada di rumah. Karena papaku udah nggak ada, maka mama banting tulang untuk ngebiayain aku dan kakak laki-lakiku yang sekarang sedang berkuliah di Bandung. Agak sedih sebenarnya ketika aku melepas kakakku itu karena ia sudah aku anggap sebagai kakak serta sahabatku. Dia selalu ada ketika aku membutuhkannya.

Aku bangun dan memposisikan aku dalam keadaan duduk agar lebih enak berbicara dengan mama. “Nggak ma. Kok tumben mama udah pulang?” aku menatapnya yang sekarang duduk dipinggiran kasurku. Wajahnya terlihat lebih tua dan letih, efek dari bekerja terlalu keras untuk menghidupi kami bertiga.

“Kalau ada apa-apa cerita aja sama mama, kamu kan biasanya cerita sama Mas Bima, tapikan Mas Bimanya lagi ga disini jadi kamu bisa luapin perasaan kamu ke mama,” suara mama terdengar letih. Ia masih menggunakan pakaian kerja yang lengkap. Mungkin mama langsung kekamarku ketika mendengar aku berteriak, well sebenarnya bukan berteriak tapi berbicara dengan keras.

“Aku cuma kesel sama cowo disekolahku. Aku nggak tau dia siapa, nggak tau dia angkatan berapa, cuma aku kesel aja sama dia. Udah nggak sopan, nggak minta maaf lagi!” aku menghela nafas dengan kencang, “amit-amit deh aku harus berhubungan dengan dia lagi ma.”

“Yauda kamu yang sabar,” mama membelai rambutku dengan lembut. Sudah lama aku tidak bercerita-cerita dengan mama. Biasanya mama terlalu sibuk dan selalu pulang malam, sehingga ia tidak sempat mendengarkan keluh-kesahku. “Sebenarnya ada yang mama ingin bicarakan padamu nak,” kata mama sedikit ragu, entah ia harus mengatakannnya kepadaku sekarang atau nanti saja.

Marrying Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang