Haloooooooooooo!!! ini chapter ke-3 dari Marrying Mr. Arrogant.
disini bakal diceritain tentang Ninna Kristine sang sahabat Nintya, dan ada sesuatu yang bener-bener bikin Nintya shock. penasaran nggaaaaaak? kalo penasaran ayo baca! selesai baca jangan lupa comment dan kalau suka di vote ya! karena vote dan comment kalian ngebantu aku dalam ngebuat chapter berikutnya dan tentunya yang paling utama, ngebuat aku jadi semangat buat nerusin ceritanya! oke deh selamat membaca readers!
xoxo,kyra110393
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Bengong aja sih dari tadi!” teriak seorang perempuan ditelinga kananku. Aku yang dari tadi hanya bertopang dagu, hampir terjatuh dari kursiku karena kaget.
“Ninna! Apaan sih? Kamu mau buat aku serangan jantung?” seruku kesal sambil mengelus dadaku.
Ninna adalah sahabatku dari kecil. Ia selalu bersamaku. Bedanya denganku, ia sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi. Wajahnya manis dengan kulit putih dan tubuh semampai. Hal tersebutlah yang membuat Ninna Kristine banyak disukai oleh lelaki di SMA ini. Terkadang aku ingin menitikan air mata setiap aku menyadari betapa baiknya dia yang mau berteman denganku tampa melihat penampilanku, atau sifatku yang tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Tanpanya mungkin, masa SMA yang aku benci akan semakin menjadi neraka dan semakin aku tidak menyukainya.
Ia menyibakkan rambut coklatnya yang tampak halus selembut sutra. Dibandingkan dengan si populer Zachquine Alinna, maka aku akan memilih Ninna sebagai wanita tercantik disekolah ini. “Nggak selebay itu kali Nintya. Kenapa sih daritadi bengong terus?”
Aku menggeleng. Tidak mungkin aku menceritakan masalah perjodohanku dengan lelaki asing kepada Ninna. Bukan karena aku tidak mempercayainya, tapi aku belum siap untuk menceritakannya. Bila aku menceritakan masalah ini kepada Ninna, aku jamin ia pasti akan tertawa dan meledekku. Oleh karena itu lebih baik aku simpan saja dulu masalah ini dan aku akan memberitahukannya disaat yang tepat, entah kapan saat yang tepat itu.
Ninna menatapku dan menyelidiki apakah aku berbohong atau tidak. “Aku tau kamu ada masalah,” kata Ninna sambil menatapku, “kamu bisa cerita ke aku kalau kamu udah siap. Aku nggak maksa kok.” Ninna tersenyum manis kepadaku, senyum yang dapat membuat para lelaki langsung jatuh hati kepadanya.
Aku memeluk Ninna. Bersyukur aku mempunyai sahabat seperti Ninna. Memiliki sahabat yang sangat mengerti dirimu apa adanya adalah hal terbaik yang aku punya. “Makasih ya. Kalau aku udah siap, aku bakalan cerita ke kamu.”
“Daripada kita bengong aja dipelajaran kosong kaya gini, mending kita kelapangan basket ngeliatin senior kita yang bentar lagi lulus pada main basket,” seru Ninna sambil melepaskan pelukanku.
“Nggak ah, gasuka yang kaya gitu-gituan,” aku mengambil buku novel yang ada ditasku dan membukanya untuk melanjutkan membacanya. Lebih baik aku dikelas sambil membaca novel dibandingkan harus melihat pertandingan yang nggak berguna. Tidak berguna bukan? Karena yang kita dapatkan hanya melihat para senior sok eksis dan sok ganteng dan teriakan para perempuan-perempuan yang bikin kuping sakit.
“Ah Nintya, udah deh percaya sama aku. Kapan lagi kita bisa ngeliat senior kita yang notabenya udah mau lulus itu?” mata Ninna tampak memelas seperti anak anjing yang kehujan, “Kan kita bisa sekalian ngeliatin kak Valdo juga.”
Valdo? Siapa dia? Namanya tampak tak asing ditelingaku, “Valdo? Siapa tuh? Aku aja nggak tau siapa dia,”
“Nggak tau siapa Valdo? Please kamu tuh ketinggalan zaman banget sih?” mata Ninna membelalak tak percaya dengan apa yang aku katakan. Memangnya kenapa kalau aku nggak mengenal Valdo? Toh dia itu cuma senior di SMA ini, dan nggak asa hubungannya sama sekali denganku. Jadi tau atau nggak, nggak ngerugiin aku juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. Arrogant
Romance"Lebih baik kita setujui saja pernikahan ini," Valdo menatapku dingin, "setelah itu aku ceraikan kau. lagipula aku tidak suka dan tidak mau bersama dengan istri yang kerjaannya cuma menangis dan menangis. bikin penat kepala saja!" Aku menatapnya den...