Chapter 13: Does it mean the war is ended?

56.1K 1.6K 229
                                    

Haiiiiiiiii. i have several points for you guys, please read it okay?

1.) Yeah yeah yeah, This one will not be too long. so please dont protest or say anything about the length of this chapter. I'm sorry :')

2.) VALDO BELUUUUUUUM SUKA KE NINTYA. begitu juga nintya.

3.) Please vote, comment, and follow me :)

4.) Feel free to ask anything in my personal page: http://ask.fm/fikamw

5.) I will update chapter 14 on Sunday! Yeaaay!!!!

 

xoxo.

Kyra.

************************************************************************************************************

Nintya POV:

            “ehm,” aku berdeham cukup keras agar Valdo dapat mendengarku. Saat ini aku dan dirinya sedang berada disebuah mobil yang mamaku sebut sebagai ‘mobil pengantin’ku dan Valdo. Dan di mobil ini juga hanya ada aku, Valdo, dan supir (entah siapa namanya), orang tuaku dan dirinya berada di dalam mobil yang berbeda.

Pasti kalian bertanya mau dibawa kemana kami berdua. Memang akad nikah kami tadi dilaksanakan dirumah Valdo, begitu pula resepsinya. Tetapi setelah kemarin, dan memang benar aku baru diberitahu kemarin, bahwa aku dan Valdo tidak akan tinggal terpisah. Kalau hal itu aku tidak begitu kaget karena pasti mamaku dan orang tua Valdo tidak akan mengizinkan bahwa aku dan Valdo tinggal di bawah atap yang berbeda. Rencana awal kami juga awalnya kami akan berpura-pura tinggal bersama, tetapi ketika mamaku sudah pergi dinas, aku akan kembali kerumahku. Nah itu dia halangannya. Kata mama tadi malam: “Tenang saja Nintya, kamu dan Valdo nggak perlu khawatir akan tinggal dimana. Mama dan Tante sama Om Hendra udah patungan utuk beliin tempat tinggal buat kalian. Kalau soal dimananya ya rahasia. Rumah mau mama kunci dan kuncinya mau mama bawa biar kamu nggak curang,” Demikianlah apa yang dikatakan oleh baginda mama perihal dimana aku dan Valdo akan tinggal. Aku juga tidak tahu kemana mobil ini akan membawa kami berdua.

Dibandingkan dengan memusingkan hal tersebut, sebenarnya ada satu hal yang dari tadi ingin aku tanyakan kepada Valdo. tetapi Valdo tetap Valdo, tetap mengesalkan seperti biasanya. “Mas, saya manggil situ dari tadi,”

Wajah tampan Valdo (Oke, aku tidak akan memungkiri lagi bahwa memang wajahnya tampan) yang dari tadi hanya memandang lurus kearah kaca jendela mobil disebelah kanannya, sekarang menghadapku dan memberikan perhatian penuhnya kepadaku. “Mba, seingat saya nama saya bukan ehm,”

Tetaplah seorang Valdo merupakan sesosok yang nyebelin! “Oke, tadi maksudnya ngerangkul-ngerangkul apa ya?” pelototku agar terlihat bahwa aku kesal dan menantang dirinya. ya walau boleh jujur aku tidak kesal sama sekali. Hanya.... kaget.

“Yang kapan? Pas foto? Udah tau tadi disuruh masih nanya,”

Mendengar jawaban Valdo yang seakan sedang menjelaskan anak idiot yang bertanya hal yang tidak perlu dipertanyakan lagi membuatku merasa gemas sekali dengannya. Kalau boleh aku menjambak dirinya, akan aku jambak dirinya sekarang. “Ish...” desisku kesal, “Kalau itumah aku juga ga bakal nanya, yang tadi! Yang pas mamaku manggil kita, kamu ngapain ngerangkul-ngerangkul aku?”

“Nggak boleh?”

“Nggak boleh!” Aku melipat kedua tanganku untuk mempertegas apa yang aku katakan. Sebenarnya sih biar tidak terlihat terintimidasi oleh dirinya.

Marrying Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang