Matahari belum seberapa menampakkan dirinya, namun sosok Ali sudah tepat berada di teras rumah Prilly, kekasihnya.
'Klekkkkk....' Pintu utama rumah itu terbuka. Ali harap itu adalah Prillynya.
"a' Ali.." Harapan Ali sirnah. Itu bukan Prilly melainkan Mae. "a' Ali tumben udah dateng subuh-subuh gini? Mau ngapain?" Tanya Mae.
"Mana non Prilly??" Tanya Ali to the point tanpa menghiraukan pertanyaan Mae sebelumnya.
"Di kamar. Belum bangun. Ngapain sih cariin non Prilly?? Gadis pemalas, gak bisa apa-apa gitu aja dikejar-kejar. Iyasih cantik, kaya,tapi klo gak bisa apa-apa gitu.. kerjaannya cuma makan tidur buat apa.." Ali geram. Tak suka Prilly dihina seperti itu. Dengan berat hati Ali mendorong kasar tubuh Mae hingga terjatuh lalu dengan lancangnya masuk ke dalam kamar Prilly.
'Kleeekkkk...' Ali membuka pintu kamar Prilly dengan perlahan. Dilihatnya, benar kata Mae, Prilly masih tertidur lelap di dalam balutan selimut hangatnya. Ali memberanikan diri mendekat dan membangunkannya.
"Sayang.." ucap Ali lembut sambil menyilakan rambut-rambut yang menutupi rupa ayu Prilly. Prilly menggeliat meregangkan otot-ototnya. Dengan perlahan mata hazel cantik itu terbuka.
"Honey.." ucap Prilly dengan suara purau khas orang bangun tidur.
"Hey, bangun..." ucap Ali sambil mengelus-elus kepala Prilly lembut.
"Jam berapa??" Tanya Prilly.
"Jam 5" jawab Ali.
"Masih pagi, ishhh.. ganggu mimpi orang aja.." gerutu Prilly lalu tidur lagi membelakangi Ali.
"Mimpi apasih sampe gak mau diganggu?" Tanya Ali.
"Mimpiin masa depan kita.. hihi.." jawab Prilly membalikkan badannya disertai tawanya. Ali jiga ikut tertawa geli melihat tingkah kekasihnya ini yang masik kekanak-kanakan.
"Udah ah, sana mandi, bau tau, hihi.. aku tunggu di bawah, kan katanya janji mau jogging.." suruh Ali.
"Oiya, duh lupa aku klo hari ini kita janji mau jogging. Iya-iya aku mandi. Kamu tunggu bentar ya.. jan ditinggal akunya.." ucap Prilly lalu langsung meloncat masuk ke dalam kamar mandi yang jaraknya tak jauh dari kasur. "Honey jangan ditinggal..." teriak Prilly dari dalam kamar mandi.
"Klo lama ya aku tinggal.." balas Ali bercanda.
"Ih... honeyyyyyyy...." rengek Prilly.
"Hahaha.. iya-iya nggak sayang.. gak aku tinggal. Aku tunggu di teras..." balas Ali lalu keluar dari kamar Prilly sambil geleng-geleng kepala.
"Ali.." panggil Bik Minah.
"Eh, ibu. Ada apa??" Balas Ali.
"Kamu apakan Mae??" Tanya Bik Minah.
"Gak saya apa-apain.." jawab Ali.
"Jangan bohong. Itu buktinya dia kesakitan sampai nangis-nangis gitu di kamar.. dan dia bilang karna kamu.." ucap Bik Minah.
"Maaf ya buk. Bukan saya yang salah, tapi Mae sendiri yang salah. Siapa suruh dia hina-hina Prilly di depan saya.." ucap Ali.
"Mau dia hina non Prilly atau siapapun terserah dialah. Ngapain kamu ikut campur. Saya tau, dari kecil Mae memang sudah iri dengan non Prilly. Ralat, kenapa tadi kamu panggil langsung nama.. klo sampe non Prilly dengar kamu pasti akan diberhentikkan kerja.." ucap Bik Minah.
"Oh, jadi bukan urusan saya. Oke. Klo misal perkataan Mae sampe ditelinga Prilly dan kedua orang tuanya, mungkin ibu Minah dan sekeluarga juga akan di berhentikkan kerja. Untuk mengapa saya memanggil asal nama, terserah saya, itu bukan urusan ibu." Ucap Ali lalu meninggalkan Bik Minah begitu saja. Ia tak mau masalah ini semakin panjang. Biang semua ini adalah MAEMINAH PUTRI.
"Bik Minah.." Panggil Prilly. Daritadi Prilly mendengar semua pembicaraan Bik Minah dengan Ali, namun keduanya tak menyadari keberadaan Prilly.
"Non.." balas Bik Minah lalu tertunduk.
"Ini.." Prilly memberikan sebuah amplop cokelat kepada Bik Minah.
"Untuk apa ini non??" Tanya Bik Minah.
"Pulangkan Mae ke kampung. Katanya Mae masih punya nini kan di Kampung.." jawab Prilly.
"Ya tapi kenapa non??" Tanya Bik Minah.
"Biarkan Mae pulang dan melanjutkan sekolahnya. Percuma Mae di sini, dia hanya bisa mengadu domba satu sama lain, aku muak sama sikapnya. STOP! Jangan salahkan Ali. Dia pria baik dan semua tingkah Ali di mataku selalu benar. Aku kenal Ali. Aku tau Ali pria yang seperti apa. Dan perlu kalian tau.. Ali bukan hanya supir pengganti kang jajang di rumah ini, tapi dia juga kekasihku. Dia berhak atas rumah aku. Biarkan dia melindungiku dengan caranya sendiri. Jangan pernah urusi urusan kita. Camkan itu.." ucap Prilly lantang. Ali mendengar semua itu. Prilly patut diacungi jempol. Dia tau dimana saatnya dia harus serius dan dimana saatnya dia bermanja.
"Non.." panggil seorang pagawai di rumah ini, entah siapa, Prilly tak menghiraukannya. "Lanjutin nanti lagi aja, aku mau jogging dulu sama Ali... Bye..." ucap Prilly lalu pergi jogging bersama Ali.
*
*
*
"Ayo honey, kejar aku wleee klo bisa..." ledek Prilly. Ali sudah mulai lelah tapi dirinya masih licah dan cerianya.
"Udah ah Pril, aku capek.." ucap Ali ngosngosan lalu duduk disebuah bangku.
"Eitss, gak boleh panggil aku langsung 'Prilly'" larang Prilly sambil duduk di sebalah Ali.
"Trus bolehnya gimana manggilnya??" Tanya Ali.
"Ya, apa gitu.. sayang kek.. lovely kek.. apa kek gimana terserah.. klo mau manggil 'Prilly' harus pake 'non'.. oke, ingat-ingat itu.." jawab Prilly.
"Iya bawel.." balas Ali.
"Kok..."
"Emang bawel kan kenyataannya kamu.. wleee..." ejek Ali lalu lari meninggalkan Prilly.
"Ih honey..." rengek Prilly lalu mengejar Ali.
******************
Yeayyy...
Gak seru?? Gak ada feel?? Gak jelas??
Maapkan.
Judul bagiannya apa.. alurnya ke gimana.. hihi.. maapkan. Maunya romanyu2 waktu jogging gitu, elah tapi kok ya fikiranku merumus ke permasalahan si Maemin... ntuhh. Huft.. maapkan lah ya..
Vote+commentnya selalu ditunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HANDSOME DRIVER
Fanfiction'Prilly Johana Oktavye' Siapa yang tak kenal dengan nama gadis blasteran Indonesia-Jerman itu. Gadis yang mempunyai paras cantik rupawan. Akal otak yang sangat cerdas dan berprestasi. Siapa yang tak akan terpesona dengannya?? Sosok Mahasiswi BeautyE...