Sepelang dari Bandara kemarin, Ali langsung mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ntah sedang apa dia. Padahal Resi dan Alexa juga sudah memberinya waktu berdua bersama Prilly dengan senang hati. Mungkin Ali syok, memdapat sang pujaan hati tak mengingatnya. 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk Ali menunggu. Ali merutuki dirinya sendiri. Ia sadar, ini salahnya. Coba dulu ia dengarkan Prilly untuk tidak pulang lebih dulu. Mungkin, kecelakaan itu takkan pernah terjadi.
"Ali.. makan yuk nak.. Li.." Panggil Bunda Resi di depan kamar Ali. Sepulang dari Bandara kemarin Ali tidak makan. Ia hanya makan perih tangis karena Prilly. "Li..." Panggil Bunda Resi lagi. Ali tak kunjung menjawab. Bunda khawatir. Pintu kamar Ali terkunci dari dalam. Bunda turun dengan perasaan panik dan khawatir ia mencari kunci serep kamar Ali.
"Bunda ngapain sih??" Tanya Alisa.
"Jangan banyak tanya kamu Lis, bantuin Bunda, cari kunci serep kamar abang kamu.. Bunda khawatir.." jawab Bunda Resi.
"Abang kenapa??" Tanya Alisa.
"Kamu mau bantu Bunda, apa liat abang kamu menderita di dalam kamar sana.." ucap Bunda Resi.
"Hi.. abang.. yayaya Lisa bantu.." ucap Alisa lalu bangkit membantu Bundanya mencari kunci serep kamar Ali.
"Nah ini.." pekik Alisa.
"Ketemu Lis??" Tanya Bunda Resi. Alisa mengangguk. Dengan cepat Bunda Resi menyahut kunci di tangan Alisa lalu pergi ke kamar Ali dan membukanya.
"Ali.. astagfirullah.." pekik Bunda Resi. Alisa yang mendengarnya lalu menyusul Bundanya dikamar abangnya itu.
"Bang Ali kenapa Bun??" Tanya Alisa mendekat.
"Ini Lis, abang kamu.." Bunda Resi saking paniknya tak sanggup menjawab.
"Eee.. kita bawa ke RS aja Bun, yuk!!" Ajak Alisa.
"Gimana cara bawanya Lis??" Tanya Bunda Resi.
"Kita papah Bun, sama-sama.." jawab Alisa. Bundanya itupun mengangguk setuju akhirnya mereka berdua memapah Ali bersama membawanya ke dalam mobil Alisa dan menuju Rumah Sakit terdekat.
Bunda Resi dan Alisa menunggu Ali yang sedang diperiksa oleh dokter di ruang UGD. Selama itu, Bunda Resi tak bisa diam. Dia mondar-mandir kek setrikaan pakaian. Alisa yang milhatnya jadi tak tega.
"Bunda.. tenang ya Bun.. duduk yuk! Abang pasti baik-baik aja kok!" Ucap Alisa mencoba menenangkan Bunda Resi. Baru saja duduk tiba-tiba..
'Klekkkk...' Pintu ruang UGD itu terbuka. Bunda pum langsung berdiri lagi menyambut sang Dokter untuk menanyakan bagaimana keadaan Ali.
"Gimana keadaan anak saya dok??" Tanya Bunda Resi cemas.
"Ali terkena stress ringan. Mungkin dia sedang banyak masalah. Biarkan dia beristirahat. Nanti klo sudah sadar tolong panggil suster, agar di cek ulang tensi darahnya dan juga jangan lupa paksa Ali makan. Dia kekurangan asupan makanan.." jelas sang Dokter. Bunda Resi manggut-manggut mengerti. "Yasudah saya permisi dulu.." pamit sang dokter pergi meninggalkan Bunda Resi dan Alisa. Bunda Resi dan Alisa pun akhirnya masuk ke dalam ruang UGD tersebut. Bunda Resi duduk di kursi samping bangsal Ali sambil menatap Ali nanar tak tega.
"Kamu kenapa Li?? Maafin Bunda ya, nak... Coba sebelumnya kamu tau bahwa Prilly telah lupa akan semuanya.. Tapi Bunda takut nak, sampein berita itu ke kamu, pasti kamu tak kan mau menunggu Prilly lagi.. pasti kamu akan berpaling lebih dulu dari Prilly bila Bunda katakan itu sebelumnya.." ucap Bunda Resi.
"Jadi Bunda tau semuanya tapi Bunda gak bilang gitu sama Abang.." Bunda Resi hanya mengangguk lemah. "Ya Allah Bunda.. suka banget liat anaknya menderita.. Bunda tau, sekarang kak ii udah ada pengganti, apa gak egois, Bang Ali disuruh nunggu segitu lama sementara Kak ii... Kak ii udah lupa akan cinta mereka Bun, untuk apa Bunda suruh abang bertahan.. egois tau gak.." ucap Alisa. Bunda Resi hanya menunduk sesal.
"Prilly..." lirih namun masih bisa di dengar. Tapi, entah dari mulut siapa kata itu terucap.
"Prilly..." Lagi?? 'Hah, di saat tak sadar pun ia mampu mengingat gadis pengkhianat itu' Pikir Alisa.Bunda Resi dengan sigap bangkit dan buru-buru memanggil suster sesuai perintah dokter tadi. Sementara Bunda memanggil suster, Ali perlahan membuka matanya sambil terus memanggil nama gadisnya itu. Alisa bergidik. Tak percaya bahwa abangnya akan menjadi lelaki yang sangat setia seperti ini. Biarpun gadisnya itu sudah tak ingat lagi dengannya tapi dia masih sabar dan betah menunggunya.
"Dek.." panggil Ali lirih ketika sadar adanya Alisa disitu.
"Apa Bang??" Tanya Alisa.
"Mana Prilly??" Tanya Ali membuat Alisa muak. Bukannya menanyakan "ini dimana.?" , "gue kenapa?" , malah menanyakan gadis itu. Huft.
"Mana gue tau.." jawab Alisa mengangkat kedua bahunya. Ali mengangkat satu alisnya. Ia berhasil menangkap sikap ganjil pada diri adiknya itu. "Lo kenapa??" Tanya Ali.
"Kenapa? Gapapa.. Lo tuh yabg kenapa?? Kenapa bisa masuk UGD kek gini??" jawab Alisa.
"Gue kemarin agak pusing gitu, trus tau, gue tidir, bangun-bangun udah di sini.. Emang gue kenapa??" Balas Ali.
"Lo stress kata dokter. Lo mikirin apa sih bang ampe stress gini??" Tanya Alisa.
"Stress?? Gila dong.. Hahaha.. Mikirin sapa ya?? Mikirin lo, kuping gue cumpleng ntar.. Mikirin Bunda, gak ah, banyak maunya.. hihi.. Mikirin Prilly ajadeh, diem anaknye.." jawab Ali mulai bisa cengengesan.
"Inget lo, Prilly lupa sama lo dahan.." ucap Alisa.
"Ye, gak juga, kemaren gue dipeluk tuh.." ucap Ali ngeles.
"Atas dasar apaan?? Cinta apa kasian lihat lu nangis??"
DEG
Pertanyaan Alisa itu tadi membuat dada Ali sakit. Ia bungkam seribu bahasa.
"Bang lo kenapa??" Tanya Alisa. Ali tak menggubris. "Bang.. hello.. bang Ali... lo kenapa??" Jerit Alisa.
"Gapapa" ucap Ali singkat lalau membelakangi Alisa.
***************
Ali...
Cepet sembuh...
Yang bener tuh, yang stress penulisnya hihi..Thanks for read!
Vote and Commentnya always ditunngu gaes.. ♥✌
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HANDSOME DRIVER
Fanfiction'Prilly Johana Oktavye' Siapa yang tak kenal dengan nama gadis blasteran Indonesia-Jerman itu. Gadis yang mempunyai paras cantik rupawan. Akal otak yang sangat cerdas dan berprestasi. Siapa yang tak akan terpesona dengannya?? Sosok Mahasiswi BeautyE...